25 Dia Melahirkan Anakku?

POV Dino

Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan ruang perawatan Bara. Aku melihat Rere. Wanita itu mahasiswa magang di kantorku. Sebagai atasan aku tidak mengenal dia secara pribadi karena pekerjaan dia tidak berhubungan denganku.

Gadis itu masih sama seperti yang dulu. Dia tidak seperti ibu beranak satu. Masih sulit aku percaya jika malam itu aku menghamilinya. Aku masih tak paham dengan sikapnya. Kenapa Rere pura-pura tidak mengenalku? Ada rasa bersalah yang terselip di dalam hatiku. Aku telah menuduhnya yang bukan-bukan. Aku menuduhnya menjebakku demi harta. Kegilaan macam apa ini. Aku mencari tahu siapa Rere sebenarnya? Ternyata dia anak salah satu Crazy Rich Surabaya. Pantas saja dia tidak terima penghinaanku pagi itu.

Aku tidak tahu harus memulai darimana. Mungkin aku ikuti saja permainannya seolah kami tidak kenal satu sama lain. Aku tidak pernah melupakan wajahnya sejak malam itu. Wajahnya selalu menghantuiku. Aku bermimpi buruk karena telah menodainya. Aku telah merenggut kehormatannya. Aku tahu dia masih perawan saat aku tiduri. Bercak darah itu membuktikannya. Aku merenggut mahkotanya lalu menghinanya.

Aku pantas dibenci. Tuhan, aku tidak menyangka perbuatanku malam itu meninggalkan bagian diriku padanya. Dia hamil putraku. Dia melahirkan seorang diri tanpa suami. Ayah macam apa aku? Hanin punya adik.

Aku menatap foto Rere dan juga Leon. Melihat wajah anak itu membuat hatiku teriris. Aku memiliki seorang putra tapi tidak tahu tentang keberadaannya. Kenapa aku tak punya ikatan batin dengannya? Apa karena anak yang dilahirkan diluar pernikahan?

"Kamu gapapa Dil?" Aku coba membuka obrolan dengan Dila. Aku tahu dia sedang cemburu. Bara dan Rere sudah membuatnya naik pitam. Drama apalagi yang akan mereka mainkan? Fix Bara ingin membuat Dila cemburu dengan mengakui adik tirinya sebagai istri. Gila! Lo enggak waras Bar. Aku hanya tersenyum menanggapi akting jelek mereka.

"Aku gapapa," ucapnya sok tegar.

Aku tahu dia menangis dalam di hatinya. Dila tidak mau memperlihatkan kesedihannya pada orang lain. Aku kenal dengannya. Aku sepupunya yang tiba-tiba jatuh cinta padanya. Butuh cukup lama aku bisa menyukai wanita setelah kematian Ananya. Sekarang perasaanku terombang-ambing. Aku memiliki anak dari wanita lain. Bagaimana reaksi mama dan Dila jika tahu?

Dunia ini sangat sempit. Takdir seolah mempermainkan kami. Aku dan Bara bertukar peran. Selama hampir empat tahun aku menjadi ayah yang baik untuk anak-anak Bara sementara dia menjadi ayah yang baik untuk anakku. Kenapa takdir kami begitu kejam? Apa yang harus aku lakukan pada Rere dan Leon?

"Maafin aku sudah meninggalkan kamu di Pangkor Laut Resort. Seandainya kamu ikut bersama kami pasti tidak akan terdampar akibat terjangan tsunami itu."

"Sudah No. Aku gapapa. Sudah takdirku." Dila menahan tangis. Dia terlihat tegar.

Dila kalo mau nangis, menangis saja. Kenapa ditahan? Aku kadang sebal dengan sikapnya. Aku terus mengemudikan mobil menuju KL. Anak-anak sudah rindu dengan Dila.

Aku masih tak bisa fokus. Aku masih terbayang peristiwa malam itu. Aku sudah menyelidiki peristiwa di bar. Memang ada yang menjebakku malam itu. Mereka bahkan sudah menyewa seorang wanita agar drama penjebakan itu semakin sempurna. Beruntung Rere mengetahui rencana mereka dan menggagalkannya. Sayangnya, Rere bernasib apes dan malah menghabiskan malam bersamaku karena meminum wine yang sudah dicampur obat jahanam itu.

Aku menciptakan neraka dalam kehidupan Rere. Pasti tak mudah untuk dia melewati hari-harinya. Hamil diluar nikah dan pria yang menghamilinya tidak menikahinya.

"Dila kamu baik-baik saja?" Aku mencoba membuka obrolan dengan Dila. Aku tahu dia sedang tidak baik. Dia cemburu dan perasaannya hancur.

"Kamu yang tidak baik-baik No."

"Apa?" Aku kaget karena Dila tahu kerisauanku.

"Aku tahu kamu dari tadi gelisah karena banyak pikiran. Apa yang kamu pikirkan?"

Aku tergagap tak bisa menjawab pertanyaan Dila. Aku belum bisa cerita persoalanku padanya. Biar saja ini menjadi rahasiaku. Belum saatnya mereka tahu. Selama tiga jam dalam perjalanan kami hanya diam. Sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di rumah. Anak-anak berlari menyambut kedatangan 'Ama' mereka. Hanin, anakku dengan Ananya menyambut hangat kepulangan Dila. Hanin tahunya Dila ibunya bukan Ananya. Hanin masih terlalu kecil ketika istriku meninggal dunia. Sampai sekarang aku masih mencari tahu siapa yang membunuh istriku. Gesa, asisten pribadinya menghilang pasca kejadian malam itu. Detektif sewaanku sudah menemukannya di Jakarta tapi gagal untuk bicara. Gesa terlalu takut. Aku rasa dia dikejar pembunuh Ananya selama ini sehingga memilih menetap di Indonesia. Aku tahu jika pembunuh istriku bukan orang biasa. Polisi mereka bungkam sehingga kasus ini samar.

Aku kembali ke kamar untuk beristirahat. Pikiranku tidak tenang. Aku mengambil ponsel lalu menghubungi Tia.

"Rencana apa yang sedang dijalankan Bara. Kenapa mengakui Rere sebagai istrinya?" Aku langsung to the point. Bicara ke inti tanpa perlu basa-basi.

Aku mendengar tawa Tia. Kenapa gadis usil itu mentertawaiku?

"Kenapa Pak? Anda cemburu?" Tia malah menggodaku.

"Bukan. Aku kasihan pada Dila. Dia menangis karena tahu Bara punya istri. Aku ingin cerita tapi…."

"Jangan pernah cerita Pak Dino." Tia mencegahku. Sepertinya Tia sangat takut jika aku ikut campur urusan Bara dan Dila.

"Lantas apa keuntungan yang aku dapatkan?"

"Aku akan membantu anda untuk dekat dengan Rere atau pun Leon."

"Tia aku bukan orang bodoh. Aku ingin memastikan Leon anak kandungku atau bukan. Kamu bisa bantu? Jika kamu bantu aku akan membantu akses Bara untuk dekat dengan triplets. Aku tahu jika ingatan Bara telah kembali." Aku menyunggingkan senyum meski Tia tidak bisa melihatnya.

"Pak Dino," panggil Tia dengan nada panik.

"Iya."

"Saya….."

"Bantu aku atau membongkar rahasia Bara pada Dila? Kamu pilih yang mana?" Aku malah mengultimatum Tia.

Aku tahu jika Tia dan Rere bersahabat baik. Aku juga menyelidiki latar belakang Tia. Bodohnya aku, bisa menyelidiki Bara, Rere mau pun Tia tapi tidak bisa menyelidiki dalang dibalik kematian istriku. Aku tahu jika misteri kematian Ananya sengaja ditutupi agar aku tidak bisa membongkarnya.

"Baik Pak." Tia terlihat ketakutan dengan ancamanku. Aku pastikan mereka akan menyatukan Dila dan Bara. Pada akhirnya aku akan menjadi pecundang. Aku tidak bisa memiliki Dila. Cinta Dila hanya untuk Bara begitu juga sebaliknya.

"Aku butuh cepat sampel rambut Leon. Kamu harus segera membawanya padaku."

"Tapi Pak."

"Aku tidak terima alasan. Cepat lakukan atau aku mempersulit hubungan Bara dan Dila."

"Baik," balas Tia cepat.

Aku mematikan teleponku dan memilih tidur di kamar. Aku berikan Dila waktu bersama anak-anak. Aku melihat mama. Ingin segera cerita pada mama tentang Leon tapi aku harus melakukan tes DNA dulu untuk meyakinkan jika anak itu benar-benar darah dagingku.

Rere pura-pura tak kenal denganku. Baiklah jika itu keinginannya. Aku akan ikuti sandiwaranya. Sejauh mana dia berpura-pura. Gadis itu keras kepala dan gengsian.

Tia benar-benar ketakutan dengan ancamanku. Dia segera mengirimkan sampel rambut Leon padaku. Bagaimana Tia melakukannya aku tidak tahu. Dia masih di KL bersama Bara dan Rere. Aku segera membawa sampel rambut Leon ke rumah sakit. Petugas labor juga mengambil sampel rambutku. Untung saja aku kenal dengan dokter labor sehingga hasilnya bisa diketahui dengan cepat.

Tiga hari setelah itu aku mendapatkan kabar. Syaiful, dokter labor menelponku untuk membacakan hasil tes. Dadaku berdenyut nyeri. Entah kenapa aku tidak tahu. Aku segera meluncur menuju rumah sakit. Tak sabar ingin tahu hasilnya.

Aku terduduk dalam ruangan pribadi Syaiful. Ternyata benar. Leon benar-benar darah dagingku. Hasil tes membuktikan 99,99 % persen jika Leon anakku. Ya Tuhan, mataku berkaca-kaca. Aku memiliki seorang putra yang kehadirannya tidak aku tahu. Sebagai seorang ayah aku akan bertanggung jawab padanya dan juga ibunya. Entah kenapa aku berpikiran untuk menikahi Rere agar Leon mendapatkan pengakuan secara hukum. Masa bodoh dengan Rere. Mulai hari ini aku akan 'Mengejar Cinta Ibu Anakku'. Aku tidak mungkin berpisah dari Leon. Bagaimana pun Hanin harus dekat dengan adiknya. Pernikahan jalan satu-satunya agar Hanin dan Leon bisa tinggal satu atap.

Sepertinya aku harus bekerja sama dengan Bara. Aku membantu rencananya mendekati Dila dan dia membantuku mendekati Rere. Sepertinya ini sama-sama menguntungkan. Aku segera menghubungi Bara dan mengajaknya untuk bertemu.

avataravatar
Next chapter