1 Hadiah Anniversary (21+)

NIT

Alarm mobil dinyalakan oleh Bass, usai ia menutup pintu mobil sedan berwarna hitam miliknya. Kini langkahnya menuju ke depan pintu rumahnya dan ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu, karena kebetulan pintunya terbuka sedikit, membuatnya heran mengapa sudah hampir tengah malam seperti ini istrinya masih terjaga.

Cklek

Bass menutup pintu rumahnya dan melangkah perlahan menuju ke area ruang tengah rumahnya yang gelap dan hanya diterangi oleh lampu sudut berwarna biru.

"Gisel? Kau belum tidur?" tanya Bass sembari meletakkan tas kerjanya di atas meja. Kini ia tengah berjalan menuju ke dapur, dimana lampunya masih terlihat menyala.

Namun sayang, Bass tidak menemukan sang istri berada di sana dan membuat Bass memilih untuk menuju ke lantai dua rumahnya, dimana kamarnya berada di sana. Ia menaiki satu persatu anak tangga sembari memainkan ponselnya, melihat group chat kantornya yang sedang membicarakan tentang acara fun day yang akan diadakan akhir pekan nanti.

Bass

[Aku akan mengajak keluargaku]

Aaron

[Kau terlalu mencintai keluargamu, Bass]

Bass menggelengkan kepalanya seraya terkekeh, melihat balasan dari teman-temannya yang selalu mengagungkan dirinya sebagai suami yang sangat mencintai keluarganya.

Cklek

Pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka, padahal tangannya baru saja hendak meraih gagang pintu tersebut. Bass mengernyit, merasa ada yang tidak beres di rumahnya. Tangannya mendorong pelan pintu kamarnya dan ….

"SURPRISE!" seru sang istri sembari memegang cup cake dengan lilin angka 5, dimana hari ini adalah perayaan anniversary pernikahan mereka yang ke-lima. Gisella Andreana, wanita yang sudah dinikahi oleh Bass sejak lima tahun lalu dan telah melahirkan dua anak yang lucu untuk Bass, malam ini terlihat sangat cantik dan juga seksi dengan kemeja putih kebesaran yang transparan dan tanpa mengenakan bawahan, memperlihatkan bagian dalam pakaian Gisel yang membuat Bass tergoda akan kemolekan sang istri.

"Bass?" panggil Gisel, melihat suaminya yang melamun, sepertinya ia masih kaget dengan kejutan yang baru saja diberikan oleh sang istri.

"Happy anniversary, babe …," ucap Bass, kemudian mendekat pada Gisel dan memberikan isyarat agar mereka meniup lilin bersama.

Ffuuh!

Lilin mati dan membuat kamarnya menjadi gelap. Bass mengambil kue yang sedang dipegang oleh Gisel dan meletakkannya pada sebuah meja kecil yang berada di dekat pintu kamar yang kini masih terbuka sedikit.

Cklek

Bass pun menutup pintu kamarnya dan membuat kamar menjadi benar-benar gelap tanpa penerangan sama sekali.

"Bass," ucap Gisel dengan langkah kaki mendekat pada sang suami. Ia tahu apa yang harus diberikannya kepada Bass malam ini.

Tanpa mengucap sepatah katapun, tangan Bass dengan gesit menarik pinggang Gisel dan membuat keduanya sangat dekat tanpa jarak.

"Bass—"

"Sssst! Jika kau sudah memulainya, jangan pernah membuatku berhenti untuk melakukannya," sela Bass berbisik. Bass mengecup leher Gisel dan membuat sang istri bergidik merinding.

Kecupannya berpindah ke pipi dan kemudian berakhir pada bibir lembut Gisel. Ia melumat bibir bawah Gisel dengan sangat lembut, sembari tangannya mengusap punggung sang istri naik dan turun. Tangan kekarnya mengangkat kedua kaki Gisel dan membawa Gisel menuju ke tempat tidur. Ia menjatuhkan tubuh sang istri perlahan, bersamaan dengan tubuhnya yang berada di atas tubuh Gisel.

Bibir mereka masih saling berpagut dan posisinya saat ini membuat pagutan mereka semakin memanas, ditambah dengan tangan Bass yang mulai nakal dengan memijat lembut bagian dada Gisel yang kenyal dengan bentuk yang indah. Merasa permainan dari sang suami kurang puas, Gisel pun memilih untuk merubah posisinya.

Kini Gisel berada di atas tubuh Bass, duduk tepat di atas kedua paha Bass yang tengah tidur terlentang. Gisel menyeringai sembari membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan. Sementara itu Bass terus memandang Gisel tanpa kerjapan, melihat kemolekan tubuh sang istri yang selalu membuatnya tergoda.

"Sayang …," desis Bass saat merasa kepemilikannya mulai aktif karena sentuhan dari Gisel.

Gisel menarik tubuh Bass hingga terduduk dan mereka kembali berpagutan. Kini keduanya saling melepaskan pakaian mereka masing-masing hingga tak menyisakan sehelai benang pun pada bagian atas tubuh mereka.

Gisel turun dari tempat duduknya dan berlutut tepat di hadapan Bass. Membuka pelan ikat pinggang yang dikenakan oleh sang suami, kemudian menurunkan resleting celananya. Mata Bass terpejam, mulutnya terus meracau karena merasakan nikmat atas permainan Gisel di bawah sana. Sesekali desah dan desis terdengar membuat Gisel pun semakin bergairah mendengarnya.

"Gisel, stop!" perintahnya, karena merasa dirinya hendak mencapai klimaks.

Kini Bass berganti peran, memerankan peran Gisel sebelumnya. Bermain dan membuat sang istri merasakan hal yang sama seperti apa yang ia rasakan. Kenikmatan tiada tara yang selalu mereka dapatkan setiap kali bermain sebelum bercinta.

"Bass, sudah Bass … sudah …," cicit Gisel sudah merasa tidak tahan dengan jemari Bass yang terus menggelitik di area sensitifnya.

Bass kembali mengecupi setiap lekuk tubuh sang istri, hingga berakhir pada bibir Gisel. Ia kembali melumatnya hingga keduanya telah siap melanjutkan aksi yang lebih panas lagi.

Melihat Gisel yang sudah siap mendapat serangan darinya, Bass pun tak segan-segan menancapkan kesaktiannya pada liang yang sudah membuatnya merasakan surga dunia selama lima tahun pernikahan mereka.

Tubuh Bass yang bergerak layaknya push up terus membuat Gisel mengeluarkan suara yang membuat Bass semakin bergairah.

Peluh terus mengucur deras pada tubuh keduanya, gerakan Bass pun sudah tak beraturan lagi. Semakin cepat dan semakin membuat Gisel pasrah. Cairan hangat yang menyembur di dalam membuat keduanya telah berhasil mencapai akhir percintaan mereka malam ini.

Tubuh Bass tergolek lemas menindih Gisel yang berada di bawahnya. Mereka tengah mengatur napas karena olahraga malam kali ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya, sangat melelahkan namun membuahkan hasil yang memuaskan bagi keduanya.

"Terima kasih, Gisel … terima kasih," ucap Bass, kemudian memberikan kecup pada kening Gisel sebagai tanda terima kasihnya.

***

"Selamat pagi."

"Selamat pagi."

"Selamat pagi."

Bass hanya membalas semua sapaan itu dengan senyum dan anggukkan. Banyak sekali yang menyapanya setiap pagi, setiap kali ia tiba di kantor. Bagaimana tidak, Bass memiliki posisi yang cukup menjanjikan kehidupan dan martabatnya.

General Manager, sebuah jabatan yang telah diduduki oleh Bass sejak tiga tahun lalu. Bass bisa dengan mudah mendapatkan posisi tersebut berkat bantuan Om Santa –paman Gisel- selaku pemilik perusahaan tersebut.

"Hai Pak Bos! Bagaimana pagi hari ini?" tanya Aaron, ketika melihat kedatangan Bass ke ruangan kerja mereka. Di ruangan yang biasa disebut general office, Bass lah yang memiliki kedudukan tertinggi.

"Masih seperti biasa," jawab Bass begitu hambar.

"Ngomong-ngomong … hari ini kita kedatangan rekan kerja baru, pengganti Carlos," ujar Aaron, kebiasaannya setiap pagi selalu memberikan informasi tentang apapun. Aaron yang kerap dipanggil Bigos oleh teman-teman kantornya adalah biang gosip yang selalu update berita terkini.

"Lalu?"

"Dengar-dengar rekan baru kita nanti adalah pria lulusan Barcelona dan memiliki pengalaman kerja yang hebat di beberapa negara. Siap-siap posisimu bisa tergeser olehnya," cicit Aaron menakuti.

"Kau tidak pelu menakutiku. Aku adalah keponakan pemilik perusahaan ini. Mustahil bagi siapapun untuk menyingkirkanku dari posisiku saat ini."

avataravatar
Next chapter