webnovel

Ch.2

Bab 2

Amethyst [Bumi]

Kacau. Cukup dengan satu kata itu, keadaan diriku bisa terdefinisikan dengan baik. Saat ini aku berada di dunia yang dipenuhi alien. Bentuk mereka sama sepertiku. Namun, mereka tetap alien. Aku bahkan tidak tahu bahasa apa yang mereka gunakan. Padahal aku sudah memakai sihir penerjemah. Jadi, ke kerajaan manapun aku pergi, seharusnya aku bisa mengerti bahasanya. Hanya dua kemungkinan yang dapat kusimpulkan. Pertama, ada kerajaan yang tidak diketahui keberadaannya. Kedua, mereka adalah alien. Lebih tepatnya aku berteleporasi ke dunia alien.

Dunia yang berbeda dengan dunia dimana oneiroi berada. Sepertinya menyelinap ke perpustakaan kerajaan tidak sia-sia. Meski dulu ku kira yang ku baca adalah dongeng. Dongeng mengenai dunia yang berjalan berdampingan dengan oneiroi. Dunia dimana alien hidup. Ditulis di buku itu bahwa alien-alien ini sangatlah lemah. Mudah ditipu. Dan memiliki banyak wajah. Meski yang terakhir in salah. Mereka hanya punya satu wajah! Mungkin yang punya banyak adalah bangsa pyrinas! Merekakan dapat berubah! Yang membuatku lebih yakin ini adalah dunia alien, karena aku tidak bisa menggunakan teleportasi ke oneiroi. Ataupun ke tempat-tempat yang kutahu lainnya. Entah bagaimana caranya aku bisa sampai sini. Yang ku lakukan 2 hari yang lalu hanyalah melatih sihir teleportasiku. Sudah 2 hari pula aku berusaha mencari cara kembali dengan sihir sihir yang ku bisa. Namun hasilnya tetap nihil. Aku tidak membawa tongkat sihirku dan sekarang aku merasa lemas. Aku rasa energiku sekarang hanya tersisa sedikit. Aku haus mencari makanan supaya energiku kembali. Tapi bagaimana caranya?! AKU TIDAK INGIN BERBICARA DENGAN ALIEN!

Kurasa rasa takutku pada alien sangat tinggi. Sial. ini sepertinya gara-gara buku yang ku baca di perpustakaan kerajaan itu. Setelah melewati banyak lahan padi dan lahan jagung aku kembali melihat rumah alien. Rumah mereka sekilas tampak seperti rumah bangsa konikos tapi lebih aneh lagi karena warnanya yang mencolok dan bertabrakan satu sama lain. Beberapa alien itu memperhatikan ku berjalan, lalu saat mereka hendak mendekatiku tentu saja aku langsung berlari. Aku berlari sekuat tenaga sambil mengangkat gaunku. Sial. Aku merasa semakin lemas. Dan akhirnya aku sampai pada batasanku. Dunia di sekeliling mendadak menggelap. Sepertinya aku akan dibunuh alien.

Aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri. Yang jelas saat ini aku berada di ruang yang dipenuhi alien yang berlalu lalang seperti sibuk karena sesuatu yang mendesak. Apakah sedang perang disini? Aku ingin pergi melarikan diri tapi salah satu tanganku terasa sangat sakit saat digerakan. Apaan ini?! Apakah tanganku ditusuk panah kecil?! Apakah aku diracuni alien-lien ini?! Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Aku harus hidup dan kembali ke oneiroi secepatnya. Aku masih belum ingin mati dan masih banyak yang ingin ku lakukan bersama Amber

"Hei kalian para alien! Lepaskan aku Lepaskan panah beracun ini!" teriak ku pada alien-alien yang sedang berlalu lalang. "Hey! Kalian! Lepaskan ini dan beritahu aku jalan menuju kerajaan oneiroi!"

Terlihat beberapa alien datang menghampiri ku. Sepertinya laki-laki berjas putih itu pemimpin mereka. "Kau pemimpin mereka?! Lepaskan aku! Kau akan menyesal jika keluargaku tau kau menusukan ja-.." belum selesai aku berkata, kalimatku sudah terpotong dengan ucapan pimpinan alien itu. "Apakah anda baik-baik saja? Perkenalkan saya Adrian dokter yang berjaga di UGD ini. Apakah anda bisa memberitahu identitas anda kepada kami? Atau mungkin ada wali yang bisa kami hubungi?" ucap pimpinan alien itu padaku

Aku sungguh tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku menatapnya dengan serius. Kepalaku sedang berpikir dengan keras. Sial!. Bagaimanapun aku tidak merasakan tanda tanda bahaya dari mereka selain dari panah yang menusuk punggung tanganku ini. Sial. andaikan saja aku tidak kehabisan energi aku pasti akan kabur dari sini menggunakan sihirku. "Nona?" pimpinan alien itu berkata lagi kepadaku. Sepertinya dia menunggu jawaban dariku. Tapi aku benar benar tidak tahu dia bertanya apa. Argh sial.

"Cukup lepaskan panah ini dan beritahu aku jalan ke kerajaan oneiroi" aku berkata dengan sungguh sungguh pada mereka. Sungguh. Aku hanya ingin pulang ke rumah dan menjalani hari-hariku seperti biasa lagi. "Maaf nona, bahasa apa yang anda gunakan, apakah anda bisa menggunakan bahasa Indonesia? Atau mungkin Inggris?" mata pemimpin alien itu menatap padaku. Sepertinya dia baru saja bertanya lagi padaku. "Kalian bicara apa sebenarnya? Energiku bisa benar-benar hilang jika terus seperti ini" ucapku pada mereka.

Salah seorang alien perempuan yang datang bersama pemimpin alien itu berkata pada pimpinannya "Dok coba pake Joogle translate saat dia bicara." lalu si pimpinan alien itu dengan mata berbinar berkata "Wah! Bener juga idenya. Terimakasih sus" lalu pimpinan alien itu mengeluarkan benda kotak yang tipis. Lalu saat pimpinan alien itu menyentuhnya terlihat cahaya keluar dari benda itu. Apakah itu alat sihir di dunia ini? Atau itu pintu teleportasi di dunia ini?!

"Nah, nona coba berbicara apa saja" pimpinan alien itu berkata sesuatu padaku sambil menyodorkan benda kotak ke dekatku. Apa ini? Terlihat ada tulisan seperti di dalam buku di dalam benda kotak itu. "Ini buku? Jadi bukan portal teleportasi?" tanpa sadar aku menyuarakan kekecewaan ku saat menduga benda kotak itu adalah sebuah buku.

Lalu sesaat setelah aku berbicara. Bahkan mataku masih menatap benda kotak itu. Mungkin hanya sepersekian detik, benda kotak itu tiba-tiba mengeluarkan suara dan mengulangi ucapanku barusan. Sial! Aku sangat kaget ketika benda itu tiba-tiba mengulangi perkataanku.

"Yunani. Bahasa yang nona ini gunakan ternyata yunani. Wah untung kamu terpikirkan ide ini ya sus"

Apalagi yang membuat pimpinan alien itu senang? Apakah dia senang karena aku kecewa itu bukan portal teleportasi? Atau dia bukan bicara padaku?

"Hei nona, nama saya Adrian, saya dokter yang sedang bertugas di UGD saat ini. Saya bertanya terkait identitas nona agar proses administrasi dapat kami lakukan. Atau mungkin ada wali yang bisa dihubungi? Seperti orangtua atau saudara nona" tak lama setelah dokter itu berbicara panjang, benda kotak itu berbicara lagi. Dalam bahasa oneiroi. Sial. jadi benda kotak itu adalah alat terjemah.

"Identitas? Nama? Saya Amethyst De Aldello. Orangtua? Hmmm.. duchess Diamond De Aldello adalah ibuku. Atau kau juga bisa hubungi kakakku Amber. Ah, kami bangsa magissa dari oneiroi. Cepat panggil mereka atau beri tahu jalan menuju kerajaan oneiroi. Aku ingin pulang." ucapku panjang lebar. Tentu saja. Akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mereka. Sial. sepertinya aku lupa berkata untuk melepaskan panah yang menusuk ini.

Terjadi percakapan antara alien-alien itu.

Pimpinan alien : "Sepertinya terjemahannya kurang akurat. Joogle emang gitu sih."

Alien perempuan : "masa sih dok"

Pimpinan alien : "bener, saya gak bohong. Nih masa bangsa impian terus induk perusahaan."

Alien perempuan : "oh iya dok bener. Tapi dok, setidaknya kita sudah tahu nama nona ini Amethyst De Aldello."

Pimpinan alien : "hmm. Biar saya tanya lagi"

Tak lama pimpinan alien itu bertanya lagi padaku lewat kotak penerjemah itu "apakah anda berasal dari negara yunani? Apakah ada passpor untuk memverifikasi identitas anda"

"Apa itu passpor? Oh iya lepaskan panah ini. Ini sangat sakit" kataku sambil menyodorkan tanganku yang ditusuk panah.

"Anda tidak tahu passpor? Apakah imigran gelap? Itu bukan panah nona, itu jarum infus bukankah di Yunani juga ada jarum infus. Anda kekurangan nutrisi. Sepertinya anda sudah berhari-hari tidak makan. Jadi kami beri infus supaya anda mendapatkan nutrisi dan kembali sehat" setelah alat itu menerjemahkan kalimat dari pimpinan alien, aku merenung sebentar. Memikirkan arti dari kalimat tersebut.

Jadi ini bukan panah? Namanya apa tadi? Jarum infus ya. Jika fungsinya menjadikan ku sehat kembali, artinya ini adalah therapeía. Jadi disini therapeía bukan pakai sihir tapi memakai jarum infus ini. Apakah jarum infus mengobati segala penyakit?

"Tapi ini sakit. Lepaskan saja dan beri aku makanan. Tapi apa itu passpor apakah itu semacam sihir? Tapi aku bukan penyihir gelap. Itu sudah dilarang oleh federasi daratan dan lautan. Artinya dimanapun sihir gelap itu dilarang. Mengapa kau malah bertanya tentang kegelapan?" tanyaku pada alien itu dengan bantuan kotak penerjemah.

Terjadi percakapan antara alien-alien itu. (lagi)

Pimpinan alien : "sus, sepertinya nona ini sudah gila. Dia bilang di bukan penyihir gelap bahkan berbicara mengenai federasi seperti itu. Dia juga tidak tahu mengenai passpor"

Alien perempuan : "saya juga dengar mbak Joogle bilang apa dok. Sepertinya kita harus menelepon polisi"

Pimpinan alien : "betul sus saya sudah pusing dengan nona ini, tapi jangan menelepon polisi. Saya kurang percaya pada polisi. Saya punya kenalan yang bekerja di kepolisian juga. Meskipun dia tidak bekerja di wilayah kita"

Alien perempuan : "ah baik dok, lalu ini bagaimana infusnya? Lepas saja?"

Pimpinan alien : "lepas saja. Sepertinya dia sudah baikan. Beri makanan dan vitamin yang saya resepkan ya sus."

Alien perempuan : "baik dok"

Pimpinan alien : "oh ya, siapa yang membawa nona ini ke rumah sakit?"

Alien perempuan : "kepala desa gatot subroto pak, tapi beliau sudah pergi lagi karena ada yang urus, beliau cuma bilang nona ini pingsan dijalan"

Pimpinan alien : "oh, begitu, baik silahkan sus, saya akan menghubungi teman saya dulu."

Alien perempuan : "baik dok"

Sial. mereka berbicara berdua tanpa menerjemahkannya padaku. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Yang jelas setelah selesai berbicara, pimpinan alien itu pergi dengan alat penerjemah itu, dan alien perempuan ini mencabut panahnya. Sial. Rasanya sakit sekali saat panah nya tercabut. Oh. maksudku jarum infus, bukan panah.