webnovel

Terjebak di Dunia Albheit

Albheit Online, dunia yang penuh imajinasi dan menarik perhatian massal. Setiap orang yang bermain game ini tidak akan lepas dari bermain game ini. Fitur-fitur yang futuristik memanjakan para pemainnya. Game ini juga punya banyak rahasia yang selalu diperbaharui. Sampai pada akhirnya pada tahun ke tujuh game ini akhirnya memberhentikan berjalannya server game ini. Seorang laki-laki yang dirinya adalah seorang pemain profesional dan memiliki 6 karakter laki-laki dengan job class berbeda, terburu-buru untuk memainkan game ini sebelum ditutup. Dia terlambat mengikuti semua orang yang sudah mencoba semua fitur yang sebelumnya dibatasi karena dia harus menghadapi ujian. Karena merasa ada satu job class yang belum pernah di coba, akhirnya dia memainkan job class terakhir dengan membuat karakter baru. Awalnya dia ingin membuat karakter laki-laki lagi, tetapi merasa ingin mencoba fitur baru ini, akhirnya dia membuat karakter perempuan. Walau akhirnya dia menyadari tidak bisa menggantinya. Tetapi karena dia tidak ingin membuang waktu dengan membuat karakter baru lagi, akhirnya dia tetap memakai karakter baru itu. Namun, di saat server sudah hampir tertutup dan semua orang sudah keluar dari game ini, dia masih saja bermain sampai lupa waktu karena dia ingin menikmati waktu terakhirnya. Akhirnya begitu server sudah ditutup, dan sistem logout sudah tidak bisa digunakan, dia baru tersadar. Dia terjebak dalam game itu! Namun dia tidak putus asa, melainkan dia berjuang sebagai pemain terakhir di game itu. Dengan semua informasi yang dia miliki selama 6 tahun bermain game ini, dia mencoba menjalani hidup di dalam game ini dengan sebaik mungkin.

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
50 Chs

CH.7 Bayaran

Malam itu aku tidak berlama-lama lagi di perpustakaan, malahan aku diajak pergi makan bersama dengan laki-laki dengan nama Jireikou Shiyu itu. Malam terlewati dengan menyenangkan sambil membahas semua informasi yang sekiranya aku butuhkan.

Malam berganti pagi dan hari baru dimulai. Sekarang setidaknya aku mulai terbiasa dengan kebiasaan setiap hari sambil menyesuaikan jadwal untuk tiap jamnya. Walau untuk sekarang aku sedang tidak ada pekerjaan alias menganggur.

"Permisi."

"Iya tunggu sebentar."

Pagi-pagi ini tiba-tiba sudah ada yang mengetok pintu dengan nada suara yang tidak aku kenali sebelumnya. Aku yang sedang tidak melakukan apa-apa selain membuka jendela sistem game yang masih tersisa langsung menuju pintu untuk menjawab panggilan itu, walau aku masih mengenakan pakaian tidurku.

"Permisi nona, saya adalah salah satu prajurit yang kemarin bersama nona sewaktu menanggulangi gerombolan monster yang mendekat. Ada panggilan untuk nona karena sudah mau membantu kami. Apa nona bisa ikut saya untuk menuju markas kami supaya kami bisa membayar kebaikan nona?"

"Apa itu harus kalian lakukan?"

"Sayang sekali nona tidak bisa menolak."

"Baiklah, tunggu sebentar di dalam, aku akan berganti pakaian dulu. Silahkan masuk."

Sebenarnya aku bisa saja menggunakan sistem untuk berganti pakaian yang aku miliki, tetapi itu hanya berlaku untuk pakaian untuk bertarung dan pedang serta perlengkapan lain saja. Kurasa semua yang tidak berhubungan langsung dengan sistem game, tidak bisa disatukan.

"Sudah selesai nona?"

"Tentu, ayo kita pergi."

Walau sebenarnya aku tidak mau untuk mendapat bayaran apa pun dari melindungi rumahku sendiri, tetapi sesuai perkataannya, ini tidak bisa ditolak. Lagipula uang yang kumiliki sudah jauh lebih dari cukup, tidak butuh uang tambahan lagi.

Selagi berjalan menuju markas yang dibicarakan itu, aku membuka pertanyaan karena penasaran. Rupanya prajurit itu terkejut karena tiba-tiba aku berbicara kepadanya. Entahlah karena apa, tetapi aku tidak peduli juga.

"Oh ya apa kau diberi tahu soal bayaran apa yang akan diberikan untukku? Kalau soal uang sebaiknya aku menolak saja."

"Tidak ada pembicaraan yang pasti nona, tetapi yang pasti bukan uang."

Bukan uang? Aneh sekali, kalau bukan uang lalu apa? Memangnya ada hal lain lagi selain uang sebagai bayarannya? Atau mungkin itu adalah sebuah benda? Ada sih kemungkinan kalau suatu benda diberikan sebagai bayarannya, walau tidak umum dalam hal ini.

Tanpa membahas sesuatu yang lain, akhirnya kami langsung menuju ke markas yang dibicarakan oleh prajurit yang membawa diriku ini. Melihat situasi ini membuatku semakin penasaran saja, tetapi tinggal waktu yang menjawab. Jadi hanya bisa sabar menunggu.

"Selamat datang nona di markas kami. Silahkan masuk."

"Jadi ini markas kalian? Sebuah bar?"

Daripada markas, lebih menujuk bar aku katakan. Bagaimana tidak, ini adalah tempat biasanya orang-orang yang berbeban berat dan ingin mabuk berkumpul di malam hari. Tentu saja ketika dia berbicara soal ini adalah markasnya, aku spontan saja terkejut.

"Bar ini hanyalah tampilan luarnya saja. Kami bekerja sama dengan pengusaha bar ini agar bagian belakang dari bar ini kami pakai sebagai markas dan tempat latihan, cukup luar tempatnya."

"Hah~ katakan apa saja, aku juga tidak akan begitu peduli. Tunjukkan jalan masuknya kepadaku."

Dan benar saja, ketika kami masuk ke dalam bar ini, kami langsung menuju ke bagian belakang gedung bar ini. Oh ya walaupun aku adalah seorang laki-laki aslinya, tetapi aku belum pernah menyentuh apalagi meminum minuman keras apa pun. Jadi ketika aku masuk bar tadi, bau alkohol yang menyengat langsung membuatku sedikit pusing.

"Ketua, saya sudah membawa nona ini sesuai yang ketua perintahkan."

"Bagus, kembali berlatih."

"Baik!"

Ketua ini… jadi kemarin yang aku ajak bicara adalah ketua dari para prajurit ini. Namun ada satu hal yang meragukan buatku. Biasanya prajurit itu adalah milik negara kerajaan, tetapi prajurit-prajurit ini bahkan tidak tinggal dekat dengan istana atau punya gedung sendiri.

Ya walau begitu aku tidak layak mengomentari karena itu sama sekali bukan urusanku. Yang aku harapkan sekarang adalah berbicara secukupnya, menerima bayaran, dan pulang. Aku tidak ingin membuang waktu berhargaku walau aku menganggur di rumah.

"Selamat datang nona, maafkan atas ketidaknyamanannya waktu masuk ke tempat ini. Pasti nona terganggu dengan bau alkohol yang menyengat bukan?"

"Hahaha… tidak apa-apa kok, hanya sedikit saja. Jadi…"

"Oh iya, perkenalkan namaku Tekirou Satou."

"Baiklah Tekirou-san, jadi apa maksudmu memanggilku ke sini?"

Sebenarnya tanpa dijelaskan pun aku sudah tahu bahwa dia mau membayar diriku entah dengan apa pun itu. Namun semoga saja dia bukan membayar dengan cara yang merepotkan. Aku tidak mau kesulitan hanya karena bayaran ini.

"Sesuai yang nona tahu, nona sudah membantu kami sewaktu kejadian itu yaitu penyerangan segerombolan monster yang terjadi. Karena bantuan itu, kami akan memberi imbalan kepada nona."

"Baiklah… jadi imbalan apa yang kita bicarakan di sini?"

"Melihat nona sudah memiliki rumah dan bisa tinggal sendiri, kurasa nona sudah memiliki uang yang cukup. Jadi kami menawarkan hal lain yang mungkin nona inginkan. Apa ada sesuatu yang nona inginkan?"

Sesuatu yang aku inginkan? Pertanyaan macam apa itu, mana bisa aku menjawab dengan polos bahwa aku ingin pergi dari dunia ini dan pulang ke duniaku sendiri. Pertanyaan seperti ini tidak mungkin bisa aku jawab, tidak ada sesuatu yang aku inginkan.

"Tidak ada, aku tidak menginginkan apa pun. Kalau bisa sebaiknya lupakan bahwa aku akan menerima imbalan, aku tidak ingin menerima apa pun hanya karena melindungi rumahku sendiri."

"Mana bisa begitu nona, itu seharusnya menjadi tugas kami untuk melindungi warga kota ini, tetapi nona malah membantu kami."

Bukannya aku ingin membantu kalian, tetapi seseorang memanggilku agar aku melawan monster-monster itu. Lagipula yang daripada bayaran atau imbalan, aku lebih ingin tahu jelas semua yang sedang terjadi di sini. Juga kalau bisa semua fakta tentang apa yang mendasari terjadinya semua hal ini.

"Tolong jangan berkata seperti itu. Kalau memang mau memberi imbalan untukku, lakukan saja sesuai kehendakmu, aku akan menerimanya asal bukan hal yang terlalu besar dari hal yang kulakukan."

"Baiklah kalau nona berbicara seperti itu. Jun-san, tolong ambilkan barang yang sudah aku siapkan."

Oh sebuah barang? Untunglah kalau begitu, bukan sesuatu yang merepotkan. Lagipula aku membenci hal yang terlalu ribet seperti masalah yang sedang kuhadapi sekarang, yaitu terjebak dalam dunia ini.

"Ini ketua barang yang ketua inginkan."

"Terima kasih, silahkan kembali. Nona, terimalah ini."

"Sebuah surat?"

Kenapa dia memberikan diriku sebuah surat? Apa jangan-jangan ini adalah surat yang penting atau apa pun itu yang berharga. Hah~ padahal aku sudah berkata untuk jangan memberikanku sesuatu yang nilainya lebih dari yang aku lakukan.

"Benar, ini adalah surat undangan untuk hadir di pesta ulang tahun tuan putri Tifaria, mohon hadir karena tidak semuanya bisa dapat undangan ini. Oh ya undangan itu berlaku untuk dua orang, jadi nona bisa mengajak satu orang lagi selain nona sendiri kalau nona ingin."

"Bagaimana bisa aku mendapatkan sebuah kesempatan yang begitu berharga seperti ini sedangkan yang kulakukan hanyalah melindungi diri sendiri?"

"Sudah menjadi suatu tugas untuk kami memberikan undangan ini untuk orang yang berjasa melindungi negara kerajaan ini. Mohon diterima saja dan menghadirinya."

Mau bagaimana lagi, aku orang yang paling tidak suka membuat orang lain merasa sedih hanya karena tindakanku yang seharusnya bisa aku lakukan sebaliknya. Dengan amat terpaksa kurasa aku harus menghadiri acara ulang tahun tuan putri Tifaria ini.

Hmm, kalau aku tidak salah dengar bahwa undangan ini tidak hanya untuk diriku saja, tetapi bisa untuk satu orang lain lagi. Tidak ada yang kukenal selain Aeru, kurasa aku akan mengajaknya. Juga aku tidak tahu harus menggunakan pakaian apa untuk menghadirinya, jadi dia bisa memilihkan pakaian yang mungkin cocok untukku.

"Baiklah aku akan terima undangan ini dan menghadiri acara itu."

"Terima kasih, kalau begitu mari aku antarkan pulang."

"Tidak usah, aku harus pergi ke suatu tempat lain terlebih dahulu. Aku bisa pergi sendiri."

Seharusnya sih memang aku langsung pulang ke rumah langsung, tetapi aku mengubahnya menjadi menuju rumah keluarga Hoshiro dulu untuk menemui Aeru. Lagipula kalau tidak mengubah arah ini, aku juga akan pulang langsung tanpa perlu diantarkan.

"Kalau begitu aku antarkan ke luar saja."

"Baiklah kalau Tekirou-san memaksa."

Setelah aku diantarkan sampai ke luar bar saja, aku langsung mengucapkan salam dan berterima kasih. Selanjutnya aku langsung menghilang dengan berlari di atas atap rumah-rumah yang ada. Ini cara cepat untuk menghindari keramaian dan menyingkat waktu.

Yang aku harapkan adalah Aeru mau membantuku dan aku bisa mengajaknya pergi karena aku tidak mau sendirian di istana negara kerajaan Kogaroya ini. Namun setelah aku pikir-pikir lagi, tidak buruk juga kesempatan ini, aku bisa belajar banyak hal dan mungkin bisa bertemu dengan raja Koshiyu yang kemarin laki-laki yang aku temui di perpustakaan katakan.

"Nouki-san, Aeru-san, permisi."

"Sebentar!"

Kurasa Aeru sedang sedikit sibuk karena suaranya yang begitu jauh dari dapur menggema sampai ke luar rumahnya. Tidak ada suara balasan dari Nouki itu, mungkin dia sedang tertidur karena biasa menjaga di malam hari.

"Oh nona ternyata, silahkan masuk nona."

"Baiklah, terima kasih."

Setelah dipersilahkan masuk dan duduk di kursi, aku mulai menjelaskan apa maksud kedatanganku dan menyampaikan kemauanku untuk mengajaknya pergi ke istana untuk menghadiri acara ulang tahun tuan putri Tifaria ini.

Yang aku harapkan darinya hanyalah ucapan setuju dan niat membantu diriku, tidak lebih dari itu. Dan ternyata jawabannya memang sesuai yang aku harapkan, dia mau membantuku menangani semua ini. Kurasa dia memahami situasiku di sini ini.

"Terima kasih Aeru-san sudah mau membantuku."

"Tidak masalah, justru itu suatu kesenangan buatku untuk bisa menghadiri acara ulang tahun anggota negara kerajaan ini. Tidak pernah ada acara terbuka untuk umum, selain yang terjadi dulu sekali, sewaktu acara yang diadakan oleh ratu Kioku."

Kata-kata yang diucapkannya membuatku terkejut. Lagi-lagi aku mendengar nama ratu Kioku dari mulut orang yang berbeda. Semakin sering nama itu disebut, semakin membuat rasa penasaranku meningkat. Kurasa memang aku harus mencari asal usul ratu Kioku itu.