webnovel

Tergoda Wanita Penggoda

Di usianya yang sudah 25 tahun, Anita tak kunjung menemukan juga seorang pria yang mau mempersunting dirinya. Bukan karena ia jelek ataupun tak sempurna, hanya saja para lelaki di desanya tidak berani untuk mendekati Anita karena Anita merupakan putri tunggal seorang juragan yang begitu kaya raya. Kesal karena tak ada lelaki yang mau dekat dengannya, akhirnya Anita pun seringkali bertindak duluan. Anita sering menggoda lekaki yang ia temui di jalan. Akbar, seorang pria beristri namun sudah lama ini istrinya tak pernah pulang ke rumah karena memilih pergi dengan pria yang lebih muda dari Akbar. Dia sudah berusia 40 tahun. Memiliki begitu banyak bulu tipis di sekitaran dada bidang miliknya. Akbar adalah lelaki yang menjadi korban Anita. Setiap kali Akbar berjumpa dengan Anita, pasti Anita selalu saja menggodanya membuat Akbar menjadi tergoda.

Euis_2549 · Urban
Not enough ratings
20 Chs

Baru Mau Lepas Pakaian

Anita menjadi heboh sendiri dengan asumsi yang telah dibuatnya itu.

Pak Amir sampai bingung sendiri harus melakukan tindakan apa yang tepat agar anaknya segera sadar.

"Anita, anakku sayang, apa Bapak saat ini perlu panggilkan orang hebat untuk bisa menyembuhkan dirimu, Nak? Apa Bapak perlu memanggil seorang ustadz, Nak? Kamu mau Bapak panggilkan? Sadar lah, Nak. Ini udah pagi, Sayang. Cepat bangun dan segera shalat subuh dulu ya, Nak. Jangan terhanyut terus di dalam mimpimu itu. Kan udah gede, malu dong masih suka mimpi kayak gitu. Mimpi yang aneh pula. Mimpi sih boleh saja, Sayang, tapi yang wajar ya, Nak. Mimpi lah sewajarnya. Ayo bangun, dan berusaha lah untuk membuat mimpimu itu menjadi nyata," ucap Pak Amir dengan begitu lembut.

Pak Amir menjadi ngawur saat berucap karena dia sendiri menjadi pusing dengan tingkah laku Anita.

"Hah? Maksudnya apa, Pak? Apa maksud dari semua ini? Anita mimpi? Anita hanya mimpi? Jadi tadi itu Anita hanya bermimpi saja ya, Pak? Anita bermimpi malam pertama bersama dengan Bang Akbar. Huwa ... jadi semua itu hanya mimpi saja? Tidak! Anita sudah sangat bahagia loh, Pak. Anita pikir semua itu nyata. Anita sudah sangat bahagia, Pak. Sangat bahagia. Benar-benar bahagia. Kenapa semuanya hanya mimpi sih? Tidak! Ini ga bisa Anita biarin, Pak. Anita maunya itu nyata. Bukan hanya mimpi semata. Anita tidak mau," cicit Anita.

Anita menjadi begitu sangat kecewa karena semuanya itu ternyata hanya mimpi saja. Anita sudah sangat bahagia karena bisa menikah dan akan menikmati malam pertama bersama dengan Akbar, tapi nyatanya kebahagiaan yang dirasakannya itu harus hangus saat dirinya terbangun.

Anita harus bisa menerima kenyataan kalau semuanya itu hanyalah mimpi.

"Astagfirullah ... mesum kamu ya, Nak. Pake mimpi malam pertama segala lagi. Ck, dasar kamu itu ya, Nak. Ngomong-ngomong tadi kamu itu mimpinya sudah sampai mana, Nak? Apa sudah ... astaga ... Ya Allah, anak Bapak," kaget Pak Amir.

"Apa sih, Pak. Orang tadi Anita itu baru mau melepas pakaian saja kok dengan Bang Akbar. Eh sayangnya Anita malah keburu bangun. Jadinya ga jadi deh menikmati malam pertamanya. Bapak sih malah keburu ngebangunin Anita. Padahal dikit lagi loh, Pak. Ah Bapak mah gitu. Ga asik ah. Jarang-jarang loh Anita mimpi yang indah kayak gitu. Ck, Bapak sih," keluh Anita yang langsung saja merajuk seketika.

"Alhamdulillah deh kalau belum sampai ke inti mimpinya, Nak. Kamu masih aman ternyata. Semoga kamu tetap menjadi putri Bapak yang polos ya, Nak," cicit Pak Amir.

"Ish ... Anita itu kan udah dua puluh lima tahun loh, Pak. Jadi wajar saja kalau Anita bermimpi seperti itu. Ga ada yang salah dalam hal itu, Pak. Yang salah itu kalau Anita melakukannya secara langsung. Nah itu baru salah. Itu juga ga akan salah kalau Anita melakukannya dengan suami Anita. Justru itu ibadah, Pak. Ayolah, Pak, Anita pengen nikah, Pak. Anita pengen ibadah. Cepat nikahkan Anita, Pak," pinta Anita.

"Iya nanti ya, Nak. Sekarang juga kamu bisa kok buat ibadah. Cepat ibadah, Nak. Tunaikan ibadahmu itu, Nak. Sekarang sudah waktunya buat kamu shalat subuh. Sana cepat shalat subuh dulu. Ini udah pagi banget loh. Hampir telat kamu loh, Nak," ujar Pak Amir.

"Eh, iya kah, Pak? Hm ... ya udah deh iya. Anita mau mandi dulu, habis itu baru shalat," ucap Anita.

"Nah itu baru bagus, Sayang. Ya sudah Bapak pergi dulu ya," ucap Pak Amir.

"Hn, iya, Pak," sahut Anita.

"Kamu jangan tidur lagi loh, Sayang. Cepat mandi dan shalat subuh. Nanti telat kamu," peringat Pak Amir.

"Iya siap, Pak," patuh Anita.

Sebelum keluar dari dalam kamar Anita, Pak Amir pun kemudian langsung saja mengelus kepala Anita terlebih dahulu, baru setelah itu Pak Amir langsung keluar dari sana.

Saat Pak Amir keluar, Anita langsung meremas selimut yang menutupi kakinya itu. Dia langsung cemberut seketika. Anita langsung melempar bantal dan juga guling miliknya itu ke sembarang arah.

Jujur saja sampai saat ini Anita masih sangat kesal karena semuanya itu ternyata hanya mimpi saja.

"Ck, kenapa bisa itu semua hanya mimpi sih? Padahal aku sudah sangat bahagia banget. Hiks, aku bahagia bisa nikah dengan Bang Akbar. Aku juga bahagia karena mau malam pertama dengan Bang Akbar. Mana tadi itu Bang Akbar genit banget lagi sama aku. Aku suka deh Bang Akbar yang genit kayak gitu. Tadi itu seketika sikap Bang Akbar yang dingin menghilang seperti ditelan bumi. Ck, kenapa? Kenapa hanya mimpi sih? Aku baru aja mau lepas pakaian. Ck, baru mau lepas pakaian loh. Mending tadi kalau udah selesai malam pertamanya, eh ini mah baru mau lepas pakaian. Huwa ... ga terima aku loh diginiin. Berasa dipermainkan oleh mimpi kalau gini caranya mah. Sedih aku sedih. Susah move on nih pasti kalau gini. Aku pasti bakalan sulit buat move on dari mimpiku tadi malam. Ga tahu lagi dah aku benci nih. Hiks," celoteh Anita.

Sekitar jam 7 pagi, Anita baru keluar dari dalam kamarnya.

Anita masih terlihat tidak bersemangat, alasannya hanya satu, yaitu karena mimpi saja.

Anita masih cemberut sampai sekarang ini. Dia masih tidak bisa untuk tersenyum.

Anita langsung menuju ke ruang makan, meski sedang dalam perasaan yang tidak senang, Anita tetap harus mengutamakan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

"Jika perutku sudah terisi penuh dan aku sudah sangat kenyang, maka aku akan usahakan untuk bersedih lagi. Aku akan sedih karena itu hanya mimpi. Coba aja nyata, mungkin saat ini aku bisa sarapan bareng dengan Bang Akbar. Ya Allah, kapan Anita nikah, Ya Allah? Anita pengen nikah. Anita ga mau jadi perawan tua. Anita malu, pasti orang-orang bakalan ngomongin Anita ga laku. Kenapa sampai sekarang aku belum nikah juga ya? Apa karena aku ga cantik ya? Masa sih aku ga cantik? Kok bisa ya aku jadi ga cantik? Padahal ibu itukan cantik, bapak juga ganteng. Masa aku sebagai anak semata wayangnya malah jelek sih? Aneh banget ini mah. Apa dulu saat bapak dan ibu membuat diriku, waktu itu adonannya salah ya? Sepertinya sih iya. Tapi masa sih gagalnya fatal gini. Aneh banget ah," cicit Anita.

Saat itu Lucas tanpa sengaja melewati Anita. Sampai sekarang ini Lucas masih saja takut jika bertemu dengan Anita. Lucas takut nanti Anita akan menggoda dirinya kembali.

Anita pada saat itu melihat saat Lucas lewat sana, dan dengan segera Anita pun langsung memanggil Lucas.

"Lucas, sini dulu," panggil Anita.

'Aduh ... kok Kak Anita malah melihat aku segala sih'. Batin Lucas.