webnovel

Kemarahan Suami

Tok! Tok! Mira mengetuk pintu kamar Brian dan Fatma.

" Assalamu'alaikum, Nyonya Muda!" sapa Mira.

" Wa'alaikumsalam! Masuk, Mir!" ucap Fatma. Mira membuka pintu kamar mereka.

" Ada apa, Mira?" tanya Fatma dengan posisi duduk di atas ranjang.

" Ada Nona Muda Briana sama Tuan Muda Daffa di luar!" kata Mira tanpa berani memandang ke arah Fatma.

" Mereka berdua? Apa mereka bersamaan?" tanya Brian kaget.

" Saya tidak tahu, Tuan Muda! Tapi mereka berdua di depan pintu bersama!" jawab Mira.

" Apa mereka disuruh masuk saja?" tanya Fatma pada suaminya.

" Tidak usah! Aku sudah sembuh gara-gara mereka kesini bersama!" jawab Brian menarik jarum infusnya.

" Astaghfirullah, Habib?" teriak Fatma saat melihat tingkah suaminya itu. Dengan cepat Fatma mengambil kapas dan memberinya alkohol lalu menempelkannya pada bekas jarum di tangan Brian.

" Saya perisi dulu, Tuan Muda! Nyonya Muda!" kata Mira.

" Iya, Mira! Teruskan pekerjaanmu!" kata Fatma. Setelah Mira keluar dari kamar mereka, Fatma menangkup wajah suaminya.

" Sayang! Jangan terlalu keras pada adikmu!" kata Fatma mengingatkan.

" Apa maksudmu, sayang? Aku tidak mau Bre dekat-dekat dengan adikmu!" kata Brian lembut. Brian yang tadinya menahan amarah, seolah lemah jika telah berhadapan dengan istrinya.

" Memangnya kenapa, sayang! Bukankah mereka saudara?" tanya Fatma pura-pura tidak tahu. Fatma sebenarnya telah mengetahui jika Briana menyukai adiknya, karena itu gadis itu sudah merubah penampilan dan sikapnya.

" Apa kamu tidak tahu kalau adikku sepertinya menyukai adikmu?" tanya Brian balik.

" Jodoh ada di tangan Tuhan, Habib! Sekeras apapun kita berusaha menghalanginya, jika Allah telah menentukannya, kita bisa apa?" tutur Fatma.

" Tapi aku tidak mau seluruh keluargaku dibenci oleh kakakmu! Cukup aku saja yang dibenci olehnya!" kata Brian sedih. Fatma menyadari jika Arkan memang sangat membenci suaminya karena kesalah pahaman yang tercipta sejak awal dulu.

" Tidak baik kamu suudzon pada seseorang, Habib! Kakakku tidak membencimu, habib! Dia hanya sedikit marah padamu!" ucap Fatma mencoba untuk mencairkan hati Brian.

" Kau memang selalu menjadi wanita yang berhati emas, sayang! Karena itulah aku sangat beruntung memilikimu di hidupku!" kata Brian dengan terharu.

" Alhamdulillah! Kamu juga imam yang baik untukku, habib!" sahut Fatma. Perlahan Brian meraih dagu istrinya lalu mengecup lembut bibir Fatma. Fatma memejamkan matanya sambil merasakan lembutnya bibir suaminya.

" Beri aku satu ronde!" bisik Brian ditelinga Fatma. Fatma sontak membuka matanya dan menatap suaminya yang telah memasang wajah penuh harap.

" Apa kamu tidak kasihan dibawah sana boo-boo mencari rumahnya?" rayu Brian lembut dengan mata puppy eyesnya. Huh! Kalo sudah memasang wajah seperti itu, Fatma mau tidak mau harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

" Bagaimana dengan...kedua adik kita, say...yang?" tanya Fatma berbisik terbata, karena Brian telah bermain di dadanya dan membuat tubuhnya bergelenyar aneh.

" Ssstttt! Nikmati saja suamimu ini!" ucap Brian langsung melepaskan seluruh pakaian yang menempel pada istrinya dan mencumbunya bagai singa kelaparan.

" Pelan...pelan...say...yang! Ada...an...nak kita!" ucap Fatma terbata menikmati setiap sentuhan suaminya itu.

" Iya, sayang! Jangan bicara lagi! Tapi...mendesahlah dan sebut namaku!" bisik Brian. Fatma berusaha menahan suaranya karena takut terdengar kedua adiknya.

" Jangan ditahan, sayang! Aku sangat menyukai saat kau mendesah dan menyebut namaku!" kata Brian disela permainannya.

" Ta...pi...say...yang...ahh! Brian!" akhirnya desahan itu lolos dari bibir Fatma.

Sementara di ruang tengah yang tidak seberapa jauh dari kamar mereka, kedua anak manusia itu hanya terdiam tanpa mengeluarkan kata apa-apa. Suasana semakin terasa hening saat Mira selesai dengan kegiatan memasak dan mencuci piringnya. Samar-samar mereka berdua mendengar suara desahan dan teriakan dari dalam kamar Brian dan Fatma.

" Astaghfirullah! Apa mereka tidak malu bermain saat ada tamu disini?" ucap Briana dengan wajah yang telah bersemu merah. Daffa yang juga mendengar ikutan memerah wajahnya karena malu juga. Kak Fatma? Apa yang kakak lakukan? Apa kakak sekarang telah berubah menjadi wanita liar? Astaghfirullah! Maafin Daffa, Kak! batin Daffa.

"Akhhhh...kkkk!" teriak Brian lalu dengan cepat dibungkam oleh Fatma. Lalu Brian terjatuh diatas tubuh Fatma sesaat setelah menyemprotkan cairannya ke rahim Fatma.

" Pelankan suaramu, Brian! Kamu membuatku sangat malu!" kata Fatma sebel sambil beranjak setelah Brian menyingkir dari atas tubuhnya.

" Kamu kenapa sayang? Apa kamu tidak mau ku sentuh?" tanya Brian lagi. Fatma berjalan ke arah kamar mandi dan melakukan mandi junub. Brian menyusul istrinya ke dalam kamar mandi.

" Kamu terlihat sangat seksi saat hamil, sayang! Bagian tubuh kesukaanku jadi membesar!" ucap Brian yang telah melingkarkan tangannya dipinggang Fatma saat istrinya itu mandi di dalam shower.

" Brian! Apa yang kau lakukan? Ada Bre dan Daffa diluar! Kalau kamu masih mesum, aku akan membuatmu tidur diluar!" kata Fatma mengancam. Dengan cepat Brian melepaskan pelukannya dan keluar dari shower untuk menunggu Fatma selesai mandi junub. Wajahnya ditekuk dengan kesal, dia sangat takut jika Fatma benar-benar menyuruhnya tidur diluar. Tidak memeluk Fatma sehari saja Brian bisa uring-uringan dikantor, bahkan semua kena marah. Fatma seleai mandi dan memakai piyama mandinya. Lalu dia keluar dari kamar mandi tanpa melihat suaminya yang mengesalkan itu.

" Dia kenapa, sih? Apa gara-gara moodnya? Tapi ini kan sudah hampir 5 bulan kandungan!' ucap Brian ambigu. Fatma bingung harus bagaimana nanti jika bertemu dengan kedua adiknya. Dia merasa malu karena percintaannya baru-baru ini. Fatma mengeringkan rambutnya lalu memakai kembali pakaiannya dan mengoleskan sedikit bedak juga lipstik. Fatma keluar dari kamar tanpa menunggu suaminya setelah menyiapkan pakaian untuk suaminya.

" Bre!" sapa Fatma berjalan mendekati Briana.

" Kak Zahirah!" balas Briana yang berdiri diikuti Daffa, mereka saling peluk dan cium.

" Daffa!" sapa Fatma. Daffa mencium kening dan tangan kakaknya lalu memeluknya.

" Kak Fatma!" balas Daffa.

" Ehmm!" dehem Brian yang melihat Daffa memeluk lama istrinya. Wajahnya terlihat ketidak sukaan karena hal itu, tapi Fatma bergeming karena masih kesal dengan ulah suaminya.

" Kak Ian!" sapa Briana.

" Bre!" jawab Brian memeluk adiknya.

" Kak Brian!" sapa Daffa.

" Hmm!" sahut Brian hanya menganggukkan kepalanya saja lalu duduk di dekat istrinya sambil merentangkan tangan di belakang Fatma dengan kaki disilangkan diatas paha. Daffa yang melihat reaksi kakak iparnya itu hanya diam saja.

" Kenapa kalian bisa berdua?" tanya Brian dingin. Fatma hanya diam melihat sikap suaminya yang seperti itu, dia tidak berani menyela pertanyaan itu.

" Kami hanya kebetulan bertemu di depan!" jawab Briana gugup.

" Kok bisa kebetulan?" tanya Brian lagi menatap Daffa yang hanya menundukkan kepalanya.

" Bre juga nggak..." Brian menatap tajam adiknya yang terus menjawab pertanyaan kakaknya.

" ...tau!" ucap Briana kemudian menundukkan kepalanya.

" Daff! Apa keperluanmu kesini?" tanya Brian tegas.

" Bang Arkan menyuruh Daffa melihat Kak Fatma!" jawab Daffa tegas dan berani melihat Brian. Sementara Briana takut melihat sikap kakaknya yang seperti itu.

" Untuk apa abangmu itu menyuruhmu? Apa dia tidak bisa datang sendiri? Apa dia menganggap aku ini suami yang tidak bertanggung jawab?" cerca Brian. Fatma hanya terdiam mendengar kemarahan suaminya.