webnovel

Godaan Yang Mematikan

" Kenapa, sayang?" tanya Brian menghentikan langkahnya dan mengernyitkan dahinya.

" Apa aku harus menjawabnya?" tanya Fatma balik.

" Aku janji tidak akan melakukan apa-apa padamu, sayang!" kata Brian dengan wajah sayu. Entah kenapa Fatma hanya menganggukkan kepalanya saat ditatapnya kedua bola mata suaminya yang tidak menyiratkan kebohongan. Lalu Brian masuk ke dalam shower sambil masih menggendong istrinya di depannya dengan Fatma melingkarkan kakinya dipinggangnya. Brian menyalakan shower dan memandikan istrinya. Sebuah posisi yang sangat sulit untuk dilukiskan oleh Brian, karena tanpa bisa ditahan, boo-boo telah meminta keluar di bawah, tapi Brian telah berjanji pada istrinya untuk hanya mandi saja. Brian memejamkan matanya saat istrinya mengusap bagian-bagian favorit Brian dengan sabun cair.

" Kamu basah, sayang!" bisik Fatma menggoda suaminya sambil tersenyum.

" Diamlah, sayang! Boo-boo sudah menegang di bawah sana!" sahut Brian datar. Fatma tidak perduli, dia ingin tahu sejauh mana suaminya bisa menahan godaannya dan menepati janjinya yang jika berhubungan dengan olahraga favoritnya dia selalu mengingkari janji tersebut. Fatma dengan sengaja menempelkan tubuhnya ke Brian dan mengeluarkan desahan kecil.

" Ahhh! Perih sekali!" kata Fatma lembut, membuat dada Brian semakin menggelora, hasratnya telah sampai di ubun-ubun.

" Turunkan aku, sayang! Aku ingin membersihkan milikku!" bisik Fatma menahan tawanya merasakan tubuh suaminya yang bergetar akibat ucapan Fatma tentang daerah intim istrinya.

" Apa kamu sudah kuat?" tanya Brian masih dengan mata terpejam.

" Iya, sayang!" jawab Fatma. Brian menurunkan Fatma perlahan lalu dengan cepat dia bermain solo dihadapan istrinya akibat hasrat yang tidak dapat dia tahan lagi.

" Kau membuatku panas, sayang!" ucap Brian sambil melakukan solo dihadapan Fatma. Karena tidak tega pada suaminya yang telah menahannya dengan sekuat tenaga, akhirnya Fatma memerintahkan suaminya untuk melakukan padanya.

" Kamu yakin, sayang?" tanya Brian dengan tatapan kuatir.

" Iya! Aku yakin! Anak kita yang menginginkannya!" kata Fatma lembut. Akhirnya Brian dengan senang hati melepaskan hasratnya pada istrinya dengan lembut.

" Sayang! Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Brian pada Fatma yang kembali mengantuk setelah shalat dzuhur dan makan siang.

" Iya, sayang! Aku hanya mengantuk saja!" jawab Fatma lalu menguap.

" Aku akan menemanimu, sayang!" kata Brian memeluk Fatma dari belakang.

" Pergilah kerja! Aku...!" Fatma tidak meneruskan kata-katanya karena dia telah tertidur pulas.

" Bidadari surgaku! Maafkan suamimu yang tidak pernah dapat menahan hasratnya!" ucap Brian lirih ditelinga Fatma lalu mencium rambut istrinya itu. Sementara sang istri tidak dapat mendengar karena sudah berkelana ke alam mimpinya. Ponsel Brian berbunyi, diraihnya ponselnya dan nama Papa tertera di layar. Huh! batin Brian kesal.

" Assalamu'alaikum, pa!"

- " Wa'alaikumsalam! Dimana kamu?" -

" Dirumah, pa!"

- " Apa maksudmu dirumah? Apa kamu tahu betapa pentingnya meeting ini?" -

" Tapi istriku lebih penting, pa!"

- " Jangan banyak alasan! Papa tahu isi kepala kamu! Apa kamu tidak kasihan padanya yang sedang hamil besar gitu?" -

" Apa maksud, papa?"

- " Apa perlu papa jelasin, dasar anak mesum!" -

" Aku pria normal, pa! Dan dia istriku!"

- " Papa tahu dia istrimu! Apa adikmu itu tidak bisa menahan diri barang sehari?" -

" Tadi Marsa bilang Zahirah jatuh, makanya aku pulang!"

- " Kenapa tidak ke rumah sakit kalo begitu?" -

" Karena dia sudah tidak apa-apa, pa!"

- " Lalu untuk apa kamu masih disana?" -

" Aku capek, pa! Maksudku..."

- " Kesini sekarang! Tinggalkan Zahirah bersama Marsa!" -

" Tapi, pa..."

- " Apa kamu mau papa minta Zahirah tinggal di rumah orang tuanya?" -

" Dia tidak mungkin mau, pa!"

- " Apa kamu mau bertaruh?" -

" Dia sangat mencintaiku dan menurut padaku, pa!"

- " Ok, kalo itu keputusanmu! Tidurlah!" -

Fahmi menutup ponselnya dan menghubungi seseorang. Anak Nakal! Apa dia pikir dia bisa meremehkan aku? batin Fahmi.

" Assalamu'alaikum, Mas!"

- " Wa'alaikumsalam, Mas!" -

" Apa kabarnya?"

- " Alhamdulillah baik, Mas! Mas gimana?" -

" Alhamdulillah juga baik, mas!"

- " Alhamdulillah!" -

" Apa mas ada waktu sebentar?"

- " Ins Yaa Allah ada!" -

" Saya ingin berbicara tentang anak-anak kita!"

Sementara Brian yang baru saja mendapat telpon dari papanya menjadi gelisah, dia tidak bisa tidur memikirkan ucapan papanya. Apa maksud papa dengan ucapannya? Mana mungkin istriku meninggalkan rumah tanpa seizinku? Argghhhhh! Kenapa juga aku melawan orang tua itu! Aku bisa gila menebak-nebak seperti ini! batin Brian. Ditatapnya wajah cantik istrinya yang tertidur dengan damai.

" Ini semua gara-gara kamu, sayang! Kenapa kamu tidak bisa membuatku menahan diri! Setiap inci tubuhmu sangat memabukkan dan menggodaku! Rasanya aku benar-benar telah menjadi budak cintamu, sayang!" kata Brian ambigu. Lalu dia perlahan menyusul istrinya ke alam mimpi karena dia merasa lelah pada tubuh dan pikirannya.

Fatma membuka matanya karena alarm Adzan azar dari ponselnya berbunyi. Dia mencoba untuk bangun, tapi dia merasakan ada sesuatu yang berat menindih perutnya. Matanya turun ke arah perutnya yang terlihat membuncit, sebuah tangan besar terlihat sedang memeluk perutnya.

" Habib? Astaghfirullah! Kenapa pria ini ada disini? Apa dia tidak bekerja?" tanya Fatma Ambigu. Terdengar dengkuran halus dari mulut suaminya yang sedang tertidur pulas. Perlahan Fatma meretas ingatannya dan dia baru sadar jika tadi suaminya pulang untuk melihat dirinya dan sempat bercumbu dengannya. Ishhh! Orang ini, tidak ada puas-puasnya! Tubuhku sampai terasa remuk karena perbuatannya itu! batin Fatma. Lalu perlahan dia mengangkat tangan suaminya dan meletakkan diranjang, Brian bergerak pelan dengan merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Fatma turun dari ranjang dengan perlahan dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi. Astaghfirullah! Kenapa tubuhku seperti macan tutul begini! Apa tidak bisa melakukannya tanpa meninggalkan jejak? batin Fatma yang melihat banyak bekas kissmark ditubuhnya saat bercermin. Fatma hanya membiarkan saja tanda itu disana, karena dia yakin tidak akan bisa hilang hanya dengan sabun, dia pernah mencobanya hingga membuatnya malah bertambah merah dan nyeri.

Beberapa lama kemudian Brian meraba-raba ranjang disebelahnya, kosong! Brian membuka kedua matanya dan melihat ke sebelahnya, dimana dia? batin Brian.

" Sayang!" panggil Brian. Dilihatnya kamar mandi yang tertutup, dengan segera dia bangun dan berjalan kesana.

" Sayang! Apa kamu di dalam?" tanya Brian. Saat dia akan mengetuk pintu kamar mandi tersebut, Fatma membuka dan hampir saja kepalanya jadi korban tangan suaminya sendiri.

" Sayang! Aku..." sapa Brian manja.

" Mandilah! Sudah tiba saat shalat azar!" kata Fatma yang menghentikan kedua tangan Brian yang mengambang di udara, padahal dia ingin memeluk istrinya.

" Iya!" jawab Brian lesu lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Fatma tertawa cekikikan dibalik tangannya karena melihat wajah dan tingkah suaminya yang lucu tersebut. Lalu Fatma berjalan ke arah mushalla dan mengaji sambil menunggu suaminya datang. Brian yang telah selesai mandi dan merasa tubuhnya segar, menjadi kesal karena tidak menemukan istrinya di kamar.

" Ada apa dengan wanita hamil itu? Kenapa sekarang dia lebih suka kemana-mana sendirian saja! Huh!" kata Brian ambigu. Dipakainya sarung dan baju kokonya lalu berjalan ke arah mushalla.