webnovel

Takut...

Guys...writer pengen ulasan kalian dong selain PS...

Jadi bisa kasih masukan yang mayoritas aku jadikan cerita

Jangan lupa ya...Biar akunya semangat nulis...

________________________________________________________________

" Apa ada yang menganggumu?" tanya Netta yang tiduran di dada Max setelah mereka makan malam tadi.

" Kenapa?" tanya Max.

" Dari tadi kamu diam saja dan menjawab sekadarnya!" kata Netta sambil memainkan jarinya di dada Max.

" Jangan melakukan itu!" kata Max.

" Kenapa? Apa kamu terasa geli?" tanya Netta tertawa pelan.

" Kau akan membangunkan dia!" kata Max. Dengan cepat Netta menarik jemarinya dan menyembunyikannya di bawah tubuhnya.

" Apa kau takut jika dia bangun?" goda Max.

" Tidak! Aku hanya takut tidak bisa berjalan besok pagi!" kata Netta.

" Aku akan menggendongmu!" jawab Max.

" Tidak! Apa kata wayan nanti!" kata Netta lagi.

" Cih! Pria mesum itu! Apa kau tahu dia sering merayu pegawaimu dan mengajaknya tidur?" kata Max.

" What? Are you serious?" tanya Netta kaget.

" Dia mengancam akan membuat mereka dipecat jika mereka tidak menurut!" kata Max kesal.

" Brengsek! Aku pikir yang aku lihat tempo hari adalah lelucon!" kata Netta.

" Apa maksudmu?" tanya Max.

" Aku melihat Wayan keluar dari kamar mandi wanita dengan zipper celana yang terbuka! Dia bilang toilet pria sedang dalam perbaikan, aku percaya saja!" kata Netta.

" Jika saja dia bukan orang kepercayaanmu, sudah aku tendang dia dari sana!" kata Max geram.

" Aku akan menendangnya, sayang! Sekarang katakan, apa yang membuatmu gelisah?" tanya Netta.

" Apa sangat terlihat?" tanya Max.

" Max, sayang! Kau sadari atau tidak, aku tidak butuh waktu lama untuk mengenal dirimu, darling!" kata Netta.

" Kemarilah!" panggil Max yang berbaring dan meminta Netta tidur dipelukannya.

" Aku sangat mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku! Aku tidak ingin kamu pergi lagi dari hidupku! Apa kamu tahu, jika kamu adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh ke jurang paling dalam yang disebut cinta? Kamu mengajarkan aku banyak hal, Arnetta Johanson! Bahkan dengan Vina saja aku tidak pernah merasakan hal semacam ini!" kata Max

" Anak kalian?" tanya Netta.

" Vina keguguran beberapa hari setelah pesta ulang tahun itu! Dan aku sangat merasa bersalah tapi entah kenapa juga merasa lega! Bukankah aku orang jahat? Aku adalah ayah dari calon anak itu, tapi aku senang saat Vina kehilangan calon bayinya!" kata Max sedih.

" Hei! Kamu sudah menebus semuanya! Aku mau kamu jangan lagi melihat ke belakang! Melangkahlah ke depan bersamaku dan anak kita!" kata Netta keceplosan.

" Ya! Aku akan menganggap anakmu adalah anakku! Dan aku kan menyayanginya seperti anakku sendiri!" kata Max tersenyum.

" Max, sebenernya..."

Tok! Tok! Tok!

"Tuan Muda! Ada Tuan Muda Axel dibawah!" kata Marni.

" Axel? Mau apa dia kesini? Mama?" kata Max dengan cepat.

" Kamu tunggu disini, jangan keluar!" kata Max lalu dia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah.

" Axel? Ada apa?" tanya Max. Axel berdiri dan menatap Max.

" Ada apa?" tanya Max lagi, dia melihat wajah adiknya sangat sedih.

" Mama!" kata Axel.

" Kenapa mama?" tanya Max.

" Mama jatuh! Dia..."

" Ayo!" kata Max berlari meninggalkan rumahnya dan masuk ke dalam mobil Axel. Dia lupa jika Netta menunggunya di kamar. Axel memacu mobilnya dengan sangat cepat menuju bandara, karena mereka akan menuju ke Jakarta dengan pesawat pribadi milik Axel.

Sementara itu Netta berdiri di balkon kamar, dia menunggu Max sengan harap-harap cemas. Tok! Tok! Pintu kamar Max diketuk.

" Masuk saja, Max!" teriak Netta.

" Maaf, Nyonya!" ternyata Mbok Marni yang membuka pintu.

" Mbok? Max mana?" tanya Netta.

" Tuan Muda pergi karena mamanya jatuh!" kata Marni.

" Astaga! Max!" ucap Netta ambigu. Netta memutuskan pulang kerumahnya malam itu juga, karena dia yakin Max tidak akan kembali dalam beberapa hari ke depan.

" Mommy!" sapa Malv.

" Hi, sayang!" jawab Netta memeluk buah hatinya.

" Mommy baik-baik saja?" tanya Malv.

" Iya, sayang! Kenapa memangnya?" tanya Netta.

" Mommy gak pernah memanggil Malv sayang!" kataMalv.

" Apa kamu tidak suka?" tanya Netta membelai rambut putranya.

" Tidak! Malv senang mommy panggil begitu!" kata Malv tersenyum. Kamu benar-benar persis seperti dia, sayang! batin Netta memandang lekat-lekat putranya.

" Kamu baru pulang, Net?" tanya Diana.

" Iya!" jawab Netta.

" Malv ke kamar dulu, mommy!" kata Malv.

" Iya, sayang! Jangan main laptop terus! Tidurlah yang cukup!" teriak Netta.

" Apa kamu tahu ada kejadian besar hari ini?" tanya Diana.

" Kejadian?...A...pa?" tanya Netta balik, dia takut jika Diana mengetahui dirinya bersama Max.

" Malv tadi melihat papanya!" kata Diana. Netta lega mendengar ucapan Diana. Apa? Melihat Max? batin Netta.

" Apa? Dimana?" tanya Netta kaget.

" Dijalan saat lampu merah! Dia melihat mantan kekasihmu itu sedang naik motor online!" kata Diana.

" Apa Malv mengatakan sesuatu?" tanya Netta penasaran.

" Dia bertanya apa orang berbulu itu jahat?" kata Diana.

" Lalu kamu menjawab apa?' tanya Netta lagi.

" Aku bilang nggak semuanya!" jawab Diana.

" Baguslah!" kata Netta.

" Aku mau tidur! Besok ada meeting!" kata Netta.

" Ok! Aku akan menunggu Ken, dia sedang lembur!" kata Diana.

" Ok!" kata Netta lalu berjalan ke arah kamarnya. Max! Aku harap kamu sabar, ya, sayang! Mamamu akan baik-baik saja! batin Netta yang sedang berbaring di atas ranjang. Perlahan matanya terpejam karena mengantuk.

Keesokan harinya saat Netta di kantor, Dewa datang membawa sebuket bunga mawar.

" Selamat Pagi, sayang!" sapa Dewa yang langsung masuk ke kantor Netta dan meletakkan bunga diatas meja kerja Netta. Netta terkejut dengan kedatangan Dewa yang tiba-tiba tanpa memberitahunya lebih dahulu.

" Pa...gi! Dewa? Ada apa kesini pagi-pagi? Apa kamu nggak kerja?" tanya Netta menahan kekesalannya.

" Aku kangen, sayang!" kata Dewa yang berjalan mendekati Netta.

" Dewa, please! Ini kantor, saya tidak mau jika pegawai saya membicarakan hal buruk tentang atasannya!" kata Netta tegas. Dewa yang semula ingin memeluk Netta hanya bisa berdiri dan duduk di depan Netta.

" Kamu kenapa, sih, sayang? Sejak kemarin aku telpon nggak bisa?" tanya Dewa cemberut.

" Maaf, Wa! Aku rasa aku nggak bisa meneruskan hubungan ini!" kata Netta dengan tegas.

" Apa? Jangan bercanda, sayang!" kata Dewa dengan wajah terkejut.

" Aku serius, Wa! Kamu cari saja wanita yang masih gadis, aku merasa nggak pantas bersanding dengan kamu!" kata Netta mencari alasan.

" Aku tidak perduli! Aku hanya mau kamu! Dan kamu sudah janji padaku, Netta!" kata Dewa marah.

" Aku nggak pernah janji menikah denganmu! Aku hanya berjanji aku akan mencoba menerimamu!" kata Netta.

" Tapi kamu belum mencoba! Atau sepertinya kamu hanya mempermainkan perasaanku saja!" kata Dewa curiga.

" Dengar, Wa! Aku sudah mencoba selama beberapa minggu ini dan entah kenapa aku tidak bisa mencintaimu!" kata Netta.

" Aku tidak mau pisah! Aku akan melamar kamu nanti malam!" kata Dewa.

" Aku akan menolak lamaranmu! Apa kamu mau orang tuamu malu?" kata Netta tidak suka.

" Aku tidak perduli! Aku Ida Bagus Dewa Brata anak dari petinggi disini tidak bisa dipermainkan! Camkan itu, Netta!" kata Dewa dengan marah.

" Aku tidak perduli kamu anak siapa! Dan aku tidak mempermainkanmu!" balas Netta tegas.

" Jika kamu tidak bisa menjadi istriku, jangan sebut namaku Dewa!" ancam Dewa lalu dia pergi meninggalkan Netta.