webnovel

Mulai Goyah

" Teman!" jawab Axel gugup.

" Teman? Wanita? Apa kekasih ato istri lo? Ato..."

" Bukan! Hanya teman saja!" kata Axel.

" Ow!" sahut Netta.

" Lo gimana kabarnya Netta?" tanya Axel.

" Baik!" jawab Netta.

" Bisa kita duduk disitu, Netta?" tanya Axel menunjuk bangku yang diduduki Maman tadi dengan setengah memohon agar Netta bersedia duduk bersamanya.

" Boleh! Ketemu kawan lama harus di manfaatkan!" kata Netta. Kawan lama? Apa kamu hanya menganggapku seperti itu? batin Axel. Sedangkan Max? Bagaimana perasaanmu padanya sekarang? batin Axel lagi.

" Lo sekarang tinggal dimana?" tanya Axel.

" Gue tinggal di sini, tapi hanya sementara saja karena gue akan kembali ke Italy!" jawab Netta.

" Ow! Apa lo bahagis dengan pernikahan lo?" tanya Axel.

" Tentu! Anak gue satu!" jawab Netta enteng, tapi terasa sangat menyayat di hati Axel.

" Baguslah kalo lo bahagia! Gue sebenernya malu sama lo, Net!" kata Axel.

" Kenapa?" tanya Netta.

" Karena kelakuan Max ke lo!" jawab Axel.

" Sudahlah! Itu hanya masa lalu! Gue udah ngelupain semua!" kata Netta datar, dia selalu berusaha melupakan semua yang terjadi antara dia dan Max. Mulai saat ini dia ingin mengubur masa lalunya dalam-dalam dan melupakan jika dia pernah mengalami hal itu.

" Netta! Apa lo tahu jika sejak dulu gue suka sama lo?" tanya Axel langsung. Dia sudah tidak bisa lagi menahan semua isi hatinya.

" Sorry! Gue nggak tahu!" kata Netta.

" Axel!" panggil seorang gadis. Axel dan Netta menoleh kearah gadis tersebut.

" Kamu kemana saja? Aku mencari-carimu!" kata gadis itu.

" Siapa dia?" tanya gadis itu saat melihat Netta.

" Dia teman kuliah gue! Tapi apa gunanya gue bilang sama lo?" kata Axel sewot.

" Dia siap Xel?" tanya Netta.

" Gue tunangan Axel!" jawab gadis itu tegas.

" Jangan ngaku-ngaku, ya! Bukan, Netta! Dia hanya cewek manja!" jawab Axel dan Netta bisa melihat betapa kecewanya gadis itu saat mendengar Axel bicara seperti itu padanya.

music....

What would i do

" Hallo!" N

" Saya sudah mendapatkan infonya Nyonya!" F

" Bagus!" N

" Saya kirim lewat WA!" F

Netta yang mendapatkan panggilan telpon dari Frans mematikan panggilannya dan menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya kembali.

" Sepertinya kalian ada yang harus dibicarakan, sebaiknya gue cabut dulu!" kata Netta datar.

" Tapi gue masih pengen ngobrol, Netta!" kata Axel lagi.

" Dengar Xel! Gue rasa lo tahu kita nggak seharusnya ngobrol berdua, karena lo tahu persia alasannya kenapa!" kata Netta malas, lalu pergi meninggalkan Axel yang merasa kesal pada Max dan gadis yang baru datang tadi.

" Lo to ya! Udah gue bilang nggak usah ngikutin gue!" kata Axel kesal.

" Tapi, sayang..."

" Sudah! Nggak usah panggil-panggil sayang lagi! Lo tahu gue nggak pernah cinta sama lo!" kata Axel marah.

" Kenapa kamu marah-marah, sayang? Apa karena dia? Apa dia wanita yang kamu cintai hingga aku tak ada artinya sama sekali?" tanya gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

" Cukup! Lo pengen tahu? Ok, gue akan kasih tahu! Denger ucapan gue baik-baik! Dia Arnetta Johanson! Memang wanita yang membuat gue pertama kali jatuh cinta sampai sekarang dan selamanya! Lo nggak akan bisa membuang dia dari hati gue!" tutur Axel kasar. Seketika airmata dari gadis itu jatuh dikedua pipinya dengan deras.

" Kenapa kamu tega mengatakan ini semua, Axel? Apa salahku? Setelah aku memberikan semua padamu dan aku rela dibuang oleh keluargaku demi kamu!" kata gadis itu hancur.

" Cih! Lo kira gue nggak tahu kalo lo nggak cuma sama gue aja?" ucap Axel sinis. Plakkk!

" Lo..." kata Axel dengan mata memerah menahan amarah.

" Jaga bicaramu! Meskipun aku bukan orang kaya dan terhormat seperti dirimu, tapi mahkota dan tubuhku bukan untuk diobral!" kata gadis itu lagi. Lalu dia berlari pergi meninggalkan Axel yang terpaku mendengar ucapan gadis itu. Kenapa gue merasa sedih karena telah berkata seperti itu padanya? Arghhh! Persetan dengan dia! batin Axel.

Netta memasuki kamar inap putranya dengan tersenyum, karena melihat Malv yang tertidur lelap bersama dengan Kenda.

" Netta! Aku pergi dulu sama Ken sebentar, dia menungguku di parkiran!" kata Diana yang melihat Netta masuk ke dalam kamar.

" Iya! Take your time!" kata Netta tersenyum, lalu Diana meraih tasnya dan mereka mencium pipi Netta dan pergi. Netta duduk di sofa lalu mengeluarkan ponselnya, dia menelpon Wayan.

" Selamat siang, Bos!" W

" Bagaimana perusahaan?" N

" Baik, Bos!" W

" Apa dia sudah ambil barang-barangnya?" N

" Sepertinya belum, Bos! Kemarin kata security Pak Max dipapah sopirnya karena sakit!" W

" Apa? Apa maksudmu?" W ( Wayan menjauhkan ponselnya dari telinganya karena Netta berteriak)

" Apa maksudmu sakit?" N (Netta lupa jika dia berada di dalam kamar Malv yang sedang tidur dengan Kenda. Dilihatnya kedua anak itu, Malv sedikit bergerak, tapi kemudian dia tertidur lagi. Lalu Netta masuk ke dalam kamar mandi)

" Kamu yakin kalau dia sakit?" tanya Netta dengan nada tidak percaya.

" Iya, Bos! Security kantor tadi membenarkan hal itu!" W

Apa benar yang dikatakan Pak Maman kalo dia memang sakit? Tapi tadi pagi...! Arghhh! Kenapa dengan gue? Tidak! Gue nggak boleh goyah! Dia pasti hanya masuk angin saja! batin Netta.

" Hallo, Bos!" W

" Eh, saya besok akan ke kantor!" N

" Iya, Bos!" W

Netta mematikan ponselnya, dia keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa. Apa tadi Pak Maman datang untuk melihat dia? Apa karena itu istrinya menangis? Tapi Axel? Persetan dengan keluarga Smith! batin Netta. Netta membuka pesan dari Frans dan membacanya, jantungnya berdetak kencang saat dia membaca pesan itu yang mengatakan jika Max dirawat di Rumah Sakit itu karena maag akut. Netta segera melakukan pencarian di Google tentang penyakit Max. Netta merasa seluruh tubuhnya lemas bagai tak bertulang saat membaca tentang penyakit tersebut. Separah apakah penyakitnya? batin Netta. Lalu dia berdiri dan menghampiri brankar anaknya, diusapnya rambut Malv dengan lembut. Apakah aku salah jika tidak jujur tentang Malv? batin Netta ragu. Ditekannya bel untuk memanggil perawat, karena dia ingin memastikan sesuatu. Tidak lama kemudian pintu kamar Malv diketuk dan masuklah seorang perawat perempuan.

" Selamat Siang, Bu! Ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu.

" Bisa saya titip anak saya sebentar? Saya harus membeli sesuatu!" kata Netta.

" Bisa, Bu!" jawab perawat itu, lalu Netta bergegas keluar dari kamar Malv dan pergi ke bagian informasi.

" Selamat Siang, Bu! Ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai RS itu.

" Dimana letak Ruang VVIP untuk penyakit dalam?" tanya Netta.

" Ibu keluar saja dari pintu lalu belok ke kanan, berhadapan dengan Ruang VVIP anak, Bu!" jawab pegawai itu. Netta langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Dia menyusuri koridor Rumah Sakit dan sampai di tempat yang di tuju. Dia menghirup nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Didekatinya meja perawat yang khusus untuk merawat pasien VVIP dengan diagnosa penyakit dalam.

" Selamat Siang, sus!" sapa Netta.

" Selamat Siang, Bu! Ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu.

" Apa ada pasien yang bernama Max...ximiliano...Smith?" tanya Netta dengan nada bergetar.