webnovel

Lagi? Lagi?

Netta makan dengan lahapnya, seperti orang yang belum makan beberapa hari.

" Apa kamu tidak makan, sayang?" tanya Netta yang melihat Max hanya melihatnya makan.

" Apakah semua makanan yang kamu pesan ini akan habis, sayang?" tanya Max yang sudah merasa kenyang hanya dengan melihat makanan yang di pesan Netta.

" Kita habiskan sama-sama, sayang! Entah kenapa hari ini aku sangat ingin makan ini semua bersamamu! Bukannya ini semua makanan kesuakaanmu?" tanya Netta.

" Iya, sayang! Tapi kenapa harus memesan 2 porsi 2 porsi semua? Kan pesan 1 porsi saja bisa kita makan bareng-bareng!" kata Max sedikit kesal. Hik...hik...hik...hik...huuuuuu! Netta mulai menangis lagi.

" Eh! Iya, iya! Kita makan sama-sama, ya! Ayo! Lihat! Aku makan juga! Ok! Jangan nangis, ya! Aku minta ma'af! " kata Max panik melihat Netta yang cengeng. Huffttt! Apa dia sekarang berubah jadi wanita cengeng? Tapi kemarin dia tidak seperti itu, malah dia sangat tegas! batin Max. Netta benar-benar menghabiskan makanan tersebut, membuat Max tidak percaya akan nafsu makan kekasihnya itu.

" Perutmu tidak apa-apa, sayang?" tanya Max mengusap perut Netta yang sedang duduk bersandar di sofa.

" Nggak! Memangnya kenapa?" tanya Netta cuek.

" Nggak pa-pa!" jawab Max. Ponsel Max berdering, nama Bayu tertera diponselnya.

" Aku terima telpon dulu, ya, sayang!" kata Max lalu pergi agak menjauh dari Netta. Telpon dari siapa, sih? Kenapa nggak dditerima disini saja? Apa dia punya kekasih lain di sana? batin Netta, perlahan airmata Netta menetes di kedua pipinya. Max yang sedang menelpon melihat ke arah Netta dan terkejut melihat Netta telah menangis lagi. Max segera mematikan panggilannya dan mendekatoi Netta.

" Sayang! Ada apa lagi? Kenapa kamu menangis?" tanya Max mengusap airmata Netta dengan sabar.

" Aku tidak menangis....!" jawab Netta.

" Lalu ini apa?" tanya Max menunjukkan tangannya yang basah karena airmata Netta.

" Aku tidak tahu kenapa airmataku tiba-tiba keluar sendiri!" jawab Netta sekenanya. Max memeluk dengan lembut kekasihnya itu.

" Kamu kenapa, sih? Kok, sedikit-sedikit mengeluarkan airmata? Sensi sekali perasaanmu!" kata Max bertanya.

" Entahlah! Akhir-akhir ini aku suka sedih kadang marah jika mengingat kamu!" kata Netta mengeluarkan keluh kesahnya.

" Iya, aku salah, aku minta maaf! Jangan menangis lagi, Ok! Aku akan disini terus!" kata Max mencium kening Netta. Tok! Tok!

" Masuk!" Kata Max melepaskan pelukannya.

" Bos! Ini dokumen untuk meeting siang ini!" kata Komang dengan tersenyum. Max melihat ke arah Komeng, Komeng menganggukkan kepalanya pada Max.

" Kamu boleh pergi!" kata Netta ketus.

" Iya, Bos! Permisi! Permisi, Pak..."

" Sudah nggak usah pamit!" kata Netta kesal.

" Iy...iya! Permisi!" kata Komeng lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

" Sayang! Kamu jangan begitu, dong! Dia kan sekretaris kamu!" kata Max.

" Aku mau cari sekretaris cowok aja lagi!" kata Netta.

" Lho, tapi kenapa?" tanya Max heran.

" Aku nggak suka mereka liat-liat apalagi senyum-senyum sama kamu!" kata Netta kesal.

" Astaga, darling! Mereka punya mata! Masak iya kalo di depanku harus tutup mata?" kata Max benar-benar pusing memikirkan sikap Netta yang possesif.

" Harusnya tu aku yang marah kalo kamu deket-deket sama pria lain! Apalagi sampai melihatmu dengan pakaian mini kayak gini!" kata Max kesal.

" Tapi ini pakaian kantor sayang!" jawab Netta tersenyum.

" Apa celana panjang atau midi skirt nggak bisa dipakai?" kata Max mencubit pipi Netta dengan gemas.

" Apa kamu cemburu?" tanya Netta tersenyum.

" Tentu saja! Siapa yang nngak cemburu kalo kekasihnya cantik, seksi dan..."

" Hebat diatas ranjang!" bisik Max ditelinga Netta lalu menggigit telinga itu.

" Maxxxx! Ahhh!" sahut Netta tersipu malu saat Max memujinya seperti itu dan dia mendesah karena gigitan Max ditelinganya.

" Jangan lakukan itu jika di dekatku, sayang! Ato aku akan selalu memakanmu! Aku sudah berpuasa selama 5 tahun dan hanya sekali melakukannya denganmu!" tutur Max memeluk Netta dengan erat. Netta hanya diam dan tersenyum bahagia, dia merasa sangat nyaman berada di pelukan Max. Aroma tubuh Max begitu memabukkan baginya saat ini.

" Kamu harus meeting, sayang!" bisik Max.

" Tapi aku mengantuk!" jawab Netta.

" Baiklah, tidurlah! Biar aku yang memimpin meeting!" kata Max.

" Tapi aku mau seperti ini terus!" kata Netta merajuk.

" Apa kamu ingin semua pegawaimu menganggur akibat perusahaan ini bangkrut?" tanya Max.

" Max nggak asik!" ucap Netta sebel, lalu dia berdiri dan akan berjalan memasuki kamarnya.

" Berikan surat kuasamu dulu, sayang!" kata Max. Lalu dengan cemberut Netta berjalan ke arah keja kebesarannya diikuti oleh Max. Dia mengambil sebuah kertas yang berisi tentang pemberian kekuasaan untuk mengatur perusahaan. Netta menandatangani surat tersebut begitu juga dengan Max, lalu dia masuk ke dalam kamar dan berbaring. Max hanya tersenyum lalu membawa surat dan dokumen dari Komang.

Beberapa saat setelah kepergian Max, Netta yang tertidur tiba-tiba mual dan langsung berlari ke arah closet duduk di kamar tersebut dan membukanya. Hoekkkk! Hoekkkk! Ah! Hoekkkk! Hoekkkk! Semua makanan yang dimakannya keluar begitu saja. Hoekkkk! Hoekkkk! Ada apa denganku? Kenapa mual sekali? batin Netta. Netta terduduk lemas di kursi dekat closet. Wajahnya terlihat pucat dan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Netta mencoba berjalan pelan kearah ranjang, tapi kembali rasa mual itu menyerangnya. Hoekkk! Hoekkk! Netta akhirnya duduk di kursi itu lagi untuk beberapa lama. Setelah dirasa mualnya sedikit hilang, dia kembali berbaring di ranjang dan tertidur.

" Sayang!" panggil Max setelah selesai memimpin meeting selama 2 jam lebih.

" Ya, sayang!" sahut Netta yang masih berbaring di ranjang. Max berjalan menuju ke kamar Netta dan melihat kekasihnya itu berbaring sambil memejamkan matanya.

" Kenapa kamu...astaga! Kenapa wajahmu pucat sekali, sayang?" tanya Max panik saat melihat wajah pucat Netta.

" Aku habis muntah-muntah, Max! Semua yang aku makan tidak tersisa!" jawab Netta.

" Apa makanan itu beracun? Aku akan menuntut rseto itu jika memang benar!" kata Max marah.

" Tapi kamu kan nggak apa-apa, Max!" sahut Netta.

" Ah, iya! Tapi kenapa kamu..."

" Aku hanya masuk angin saja! Beberapa hari ini aku selalu terlambat makan!" kata Netta.

" Kita ke Rumah Sakit, ya!" ajak Max.

" Nggak perlu, sayang! Ini aku sudah baikan! Peluk aku!" pinta Netta. Max memeluk wanita di hadapannya itu dengan erat.

" I love you, darling! Kamu harus selalu baik-baik saja!" ucap Max lembut.

" I love you too!" jawab Netta yang merasa sangat nyaman mendapat pelukan Max, seakan apa yang dirasakannya tadi hilang tak berbekas.

" Istirahatlah lagi! Aku akan membereskan pekerjaanmu dan kita bisa pulang!" kata Max. Netta mengangguk melepaskan pelukannya pada Max. Karena Netta bilang memuntahkan semua makanannya, Max memesan kembali beberapa makanan untuk dimakan oleh Netta. Dengan lahap lagi Netta memakan semuanya.

" Apa perutmu masih mual?" tanya Max sesekali sambil beres-beres..

" Nggak, sayang! Aku malah merasa sehat sekali!" ucap Netta tersenyum.

" Baiklah! Sejam lagi kita pulang!" kata Max lalu mengecup rambut Netta dan keluar dari kamar itu. Mereka pulang setelah Max membereskan semua pekerjaan Netta.