webnovel

Kejam?

" Kenapa nggak kamu bilang sendiri?" tanya Ken.

" Eh...Dia tidak mungkin mau bertemu denganku!" kata Max menundukkan kepalanya.

" Mana Max yang aku kenal dulu? Yang sangat tangguh dan sombong?" tanya Ken yang terdengar bagai sindiran di telinga Max.

" Aku sekarang tidak memiliki apa-apa, Ken!" kata Max pelan.

" Sorry! Aku hanya menuruti Tata saja waktu itu!" kata Ken.

" Tidak! Dia pantas untuk dipuja dan dimanja! Kamu sangat beruntung memiliki dia!" kata Max datar.

" Aku harus kembali ke rumah sakit! Dr. Dewa menungguku untuk pemeriksaan terakhir sebelum aku diperbolehkan pulang!" kata Max. Ken menggerakkan kepalanya kedepan.

" Ok! Good luck!" kata Ken. Max menganggukkan kepalanya, dengan langkah gontai dia berjalan keluar dari ruang sidang dan menuju ke parkiran, dilihatnya Dewa sedang berbicara dengan Netta dan mereka terlihat sangat mesra.

" Aku benar-benar jatuh cinta padamu, Netta!" kata Dewa memegang kedua tangan Netta.

" Wa' disini banyak orang!" kata Netta.

" Aku tidak perduli! Kecantikanmu membuat aku lemah dan tidak berdaya!" kata Dewa. Dewa mengangkat kedua tangan Netta mendekati bibirnya, Netta akan menolak saat dilihatnya Max sedang berjalan mendekati mereka.

" Aku merasa tersanjung, Wa'! Kamu juga sangat tampan dan mempesona!" kata Netta tiba-tiba.

" Benarkah? I love you, Arnetta!" kata Dewa kemudian memeluk Netta dengan lembut. Max yang melihat adegan itu terhenti langkahnya dan memutar tubuhnya.

" Pak Max?" panggil Dewa. Shittt! batin Max kesal. Dia memutar kembali tubuhnya mendekati Dewa.

" Dokter Dewa! Nyonya Banner!" sapa Max.

" Mereka telah bercerai, Pak Max! Dan dia akan menjadi istriku sebentar lagi!" kata Dewa bangga. Netta hanya diam mendengar Dewa berkata seperti itu. Cerai? Tapi mereka sudah memiliki seorang putra! batin Max.

" Selamat, Dokter! Nyonya!" kata Max datar.

" Trima kasih! Anda harus berterima kasih pada calon istri saya, karena dia yang menyuruh saya menjadai Dokter yang menangani penyakit anda dan yang membiayai semuanya!" kata Dewa.

" Iya! Trima kasih atas semua kebaikan Nyonya pada saya! Saya tidak bisa membalas semuanya, tapi jika ada yang bisa saya lakukan, akan saya lakukan!" kata Max menunduk.

" Sayang! Apa yang ingin kamu minta pada Pak Max?" tanya Dewa yang sudah berani memanggil sayang-sayang. Netta sedikit kesal dengan sikap Dewa yang sok akrab padanya.

" Apa dia sudah bisa bekerja lagi?" tanya Netta.

" Sudah!" jawab Dewa.

" Kembalilah kerja mulai besok! Dan saya mau kamu jadi OB!" kata Netta datar. Astaga! OB? Malang bener nasib gue! Seumur-umur nggak pernah bikin apa-apa sendiri! batin Max mengepalkan tangannya dan Netta bisa melihat itu.

" Kalo kamu nggak mau juga nggak apa-apa!" kata Netta.

" Saya akan masuk jika memang menurut Dokter Dewa saya sudah sehat!" kata Max.

" Silahkan!" Kata Dewa tanpa melepaskan tatapannya pada Netta.

" Aku harus kembali ke RS, sayang!" kata Dewa memeluk pinggang Netta, Netta terkejut tapi membiarkan saja karena ada Max disitu. Max diam dan melihat kearah lain, dia merasa hatinya seperti tercabik-cabik.

" Iya! Aku akan pulang dengan Ken!" jawab Netta pelan. Dewa hendak mencium bibir Netta, saat Ken memanggil.

" Ta! Ayo!" panggil Ken. Huffttt! Untung lo datang Ken! batin Netta.

" Aku pulang!" kata Netta!" lalu berjalan bersama dengan Ken menuju ke mobilnya. Sedangkan Max masuk ke dalam mobil Dewa dan menuju ke RS.

" Udah jadian aja?" tanya Ken.

" Gue udah janji sama dia!" kata Netta.

" Aku dengar dia masih perjaka, alias anak mama alias nggak pernah punya pacar!" kata Ken.

" Lo sudah selidiki? Cepet banget!" kata Netta.

" Lo bisa ajarin macem-macem gaya sama dia!" kata Ken lagi.

" Dikondisikan tuh mulut!" kata Netta kesal.

" Max gimana?" tanya Ken.

" Besok gue suruh kerja jadi OB!" kata Netta. Ciiittttttt! Mobil Ken mendadak berhenti begitu aja.

" Gila lo ya? Gue masih mau idup!" teriak Netta.

" Serius?" tanya Ken melihat Netta.

" Apa?" tanya Netta marah.

" OB?" tanya Ken.

" Iya! Daripada Cleaning Service!" jawab Netta.

" Diaaaa... mau?" tanya Ken ragu.

" Iya!" jawab Netta.

" Serius? Sampe segitunya kamu, Ta?" tanya Ken lagi.

" Udah! Ayo jalan! Nanti Malv nyari-nyari!" kata Netta kesal. Ken menjalankan lagi mobilnya dengan pelan sambil berpikir.

" Benar-benar buta tu si cinta!" kata Ken pelan tapi Netta masih bisa mendengarnya. Netta terdiam, pikirannya melayang pada malam pesta ulang tahun perusahaan dan perkawinan mereka. Ken mencium Vina dengan mesra dan Vina mengumumkan jika dia sedang hamil. Pasti anak mereka sudah sebesar Malv, tapi kemana Vina kemarin saat suaminya sakit? Apa dia berbohong agar istrinya tidak khawatir? batin Netta.

" Apa kamu akan menagih biaya rumah sakitnya? Dia sudah jatuh bangkrut saat ini!" kata Ken.

" Ide yang menarik!" jawab Netta.

" Dia bahkan tidak memiliki apa-apa lagi!" kata Ken.

" Orang tuanya sangat kaya, bukan!?" kata Netta.

" Dia dibuang oleh keluarganya, Ta! Dia tidak dianggap oleh mereka!" kata Ken lagi. Sejak Ken berhubungan dengan Diana, dia merasa jika dirinya adalah orang yang jahat. Karena itu dia berusaha untuk merubah semua kelakuannya di masa lalu demi Diana dan putrinya.

" Apa maksud lo?" tanya Netta terkejut.

" Kamu yang memintaku menghancurkan dia, bukan?" kata Ken.

" Apa gue sekejam itu? Apa gue adalah wanita yang kejam sehingga membuat dia menjadi seperti sekarang ini, Ken?" tanya Netta tidak mengerti.

" No! Kamu adalah seorang ibu yang hebat! Dan mantan istri yang menjengkelkan!" kiata Ken dengan nada menghibur.

" Eh he!" Netta terkekeh mendengar ucapan Ken.

" Apa lo bahagia dengan Diana?" tanya Netta lagi.

" Ya! Aku sangat mencintai dia, Ta! Aku pikir aku tidak akan bisa jatuh cinta lagi selain denganmu!" jawab Ken.

" Lupakan semua yang terjadi, Ta! Dia sudah menerima balasan darimu!" kata Ken tegas. Netta bergeming, dia masih merasa marah dengan semua yang terjadi.

" Apa kamu masih mencintainya?" tanya Ken tiba-tiba. Netta terdiam, mereka telah sampai di rumah dan hanya duduk di dalam mobil.

" Honey!" panggil Diana memotong percakapan mereka sambil mengetuk kaca jendela mobil.

" Yes, baby?" jawab Ken setelah kaca terbuka.

" Kenapa kalian duduk disitu?" tanya Diana.

" Kami hanya bicara tentang sesuatu!" kata Ken tersenyum. Lalu mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Keesokan harinya Max pagi-pagi telah datang dan masuk ke pantry. Dia bingung apa yang harus dilakukannyasebagai seorang OB, karena dia tidak bisa walau hanya sekedar membuat kopi atau teh.

" Lho, Pak Max?" panggil seorang OB.

" Ketut! Bisa bantu saya?" tanya Max.

" Iya, Pak! Tentu saja!" kata Ketut.

" Ajari saya membuat kopi dan teh!" kata Max tanpa malu.

" Biar saya saja, Pak, yang membuatkan! Bapak kembali saja ke ruangan, nanti saya antar!" kata Ketut.

" Tidak! Sekarang pekerjaan kita sama, saya juga seorang OB sepertimu!" kata Max datar.

" Apa? Bapak jangan bercanda! Mana mungkin..."

" Ayo, ajari saya!" kata Max memotong perkataan Ketut.

" Iya...Pak!" jawab Ketut bingung. Ketut mengajari Max membuat kopi dan teh, lalu memberitahu apa saja tugas dari OB itu. Max memperhatikan baik-baik, dia tidak mau jika nanti Netta kecewa padanya.