webnovel

Apa Aku Bermimpi?

Netta berdiri sambil merasa gelisah, pikirannya telah berkelana kemana-mana. Ponselnya berbunyi, diambilnya ponsel tersebut dari dalam saku blazernya. Nama mama tertera di layar ponselnya. Aduh, ma! Nggak pas banget, sih! batin Netta.

" Halo, ma!" N

" Sayang! Apa kamu sibuk?" M

" Iya, ma! Aku lagi meeting!" N

" Tapi ini penting, sayang!" M

" Apa terjadi sesuatu lagi pada papa?" N

" Apa Max melakukan sesuatu lagi?" N

" Tidak, sayang! Papamu sehat! Kenapa kamu membawa-bawa papa Malv?" M

" Sejak kapan mama menganggap pria brengsek itu sebagai papa Malv? Dia sudah menghancurkan keluarga kita dan membuat papa sakit!" N (Netta mengurungkan niatnya menyusul Max ke atas saat dia mengingat apa yang dilakukan Max pada keluarganya. Ditekannya tombol 5 pada liftnya)

" Ada yang harus kami ceritakan pada kamu, sayang!" M

" Aku tidak bisa kesana ma!" N

" Bisakah kita VC sebentar?" M

Max berjalan gontai memasuki rumahnya, langkahnya terhenti saat dilihatnya Pak Maman berlari kearahnya.

" Kok, sudah pulang, Tuan?" tanya Maman.

" Aku resign, Pak!" jawab Max berjalan lesu menuju ke rumahnya dan naik ke lantai 2. Diraihnya minuman yang ada di dalam lemari, lalu dia menegaknya dengan cepat. Matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit dan tubuhnya bergetar hebat. Hujan lebat diluar sana, pikiran Max melayang beberapa tahun yang lalu, saat dia dan Netta kehujanan. Max dengan langkah sempoyongan berjalan keluar menuju balkon. Dinginnya air hujan membasahi tubuhnya, dia menengadahkan tangannya.

" Hahahaha! Lihatlah hidupmu, Maximiliano! Ini adalah karma yang kamu terima karena menyakiti wanita!" teriak Max dengan airmata yang keluar bersama air hujan.

" Max!" panggil seseorang. Max memutar tubuhnya, dilihatnya sosok wanita yang selama ini sangat dirindukannya sedang berdiri di pintu balkon.

" Hahaha! Bahkan aku bisa melihatnya saat ini! Aku pasti sudah terlalu banyak minum!" kata Max.

" Masuklah! Kamu bisa sakit!" kata wanita itu mengajak Max.

" Pergilah! Aku tidak pantas berhalusinasi tentangmu!" kata Max.

" Aku nyata, Max!" kata wanita itu yang kemudian menarik tangan Max ditengah hujan hingga dia ikut kehujanan.

" Kita masuk!" ajak wanita itu. Max masih tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. Tangan itu sangat terasa menyentuh kulitnya. Suara itu, tubuh itupun sangat nyata menarikku! batin Max.

" Lihatlah! Kau aseperti anak kecil yang tidak pernah bermain hujan-hujan!" kata wanita itu. Max menyentuh pipinya dan mencubitnya.

" Auuwww!" teriak Max.

" Aku nyata, Max! Ini benar-benar aku!" kata wanita itu lagi.

" Untuk apa kamu kemari?" tanya Max dingin sambil meraih sebotol wisky dari dalam lemari minumannya.

" Hentikan! Apa kamu mau masuk RS lagi?" kata wanita itu marah lalu merampas minuman dari tangan Max.

" Kamu ingin melihatku hancur bukan? Apa kamu akan puas jika aku mati? Atau kamu mau melakukannya sendiri?" tanya Max dengan bertubi-tubi. Netta menutup bibir Max dengan jari tangannya. Deg..deg! Deg..deg! Kedua mata mereka saling mengunci, jantung mereka berdua berdetak sangat kencang.

" Jangan bicara seperti itu!" ucap Netta lalu melepaskan tangannya dari bibir Max.

" Mandilah dulu, kita akan bicara lagi nanti setelah kamu sadar sepenuhnya!" kata wanita itu. Max tidak pernah bisa melawan Netta, sejak dia merasa jatuh dalam cinta yang dalam pada wanita itu. Max berjalan gontai ke dalam kamarnya dengan sedikit sempoyongan. Netta menatap tubuh besar itu dengan tatapan nanar.

" Apa dia selalu seperti ini, Mbok?" tanya Netta pada Marni saat dia turun dan akan membuatkan teh jahe untuk Max.

" Iya, Nyonya!" jawab Murni yang melihat Netta basah.

" Saya akan mengambilkan handuk untuk Nyonya!" kata Murni kemudain berlalu mengambil handuk.

" Ini, Nyonya! Apa nggak sebaiknya Nyonya sekalian ganti baju?" tanya Murni.

" Aku tidak membawa baju!" jawab Netta.

" Dikamar Tuan Muda ada baju-baju wanita, Nyonya!" jawab Murni.

" Kemana istrinya? Apa dia tidak mengikutinya kesini?" tanya Netta dengan tangan bergetar mengeringkan rambut dan tubuhnya menahan cemburu.

" Siapa maksud Nyonya?" tanya Murni heran.

" Kak Vina! Apa Max menikah lagi dengan orang lain selain dia?" tanya Netta sedikit kesal.

" Tuan Muda sudah lama bercerai dengan Nyonya Vina!" jawab Murni.

" Apa?" kata Netta terkejut, gerakan tangannya terhenti dan matanya menatap tajam wanita setengah baya disampingnya itu.

" Mbok, jangan bercanda!" kata Netta yang tidak percaya dengan ucapan Marni.

" Saya bicara sebenarnya, Nyonya!" jawab Murni.

" Serius?" tanya Netta dengan mata membulat.

" Iya, Nyonya!" jawab Murni.

" Iya, Nyonya! Tuan Max sudah bercerai 5 tahun yang lalu!" kata Maman yang datang dari arah depan. Netta menatap bergantian kedua orang tersebut, lalu pergi keruang tamu untuk mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Dicarinya nama mamanya lalu ditekannya nomor tersebut.

" Halo, ma!" N

" Ya, nak?" M

" Kenapa mama nggak cerita semua? Kenapa hanya sebagian saja?" N

" Apa kamu sudah tahu?" M

" Tahu apa?" N

" Kalo dia sudah lama bercerai dengan istrinya?" M

" Jadi itu benar?" N

" Iya! Setelah kejadian di haru ulang tahun perkawinan mereka, yang mama dengar Max langsung meninggalkan Vina dan menceraikannya! Dia mencarimu seperti orang gila, Net!" M (Netta terduduk lemas disofa)

" Dia...bercerai?" N

" Iya, sayang! Dia melawan semua orang dan bersujud meminta restu pada mama sama papa juga kakakmu!" M

" Apa? Ber...su...jud?" N

" Iya! Dia memohon-mohon agar hubungannya dengan kamu kami restui, tapi papa sama kakakmu sangat marah dengan apa yang telah dia lakukan pada keluarga kita!" M

" Max...melakukan...itu?" N

" Iya! Apa kamu akan memaafkan dia, sayang?" M

" Aku akan menelpon mama lagi!" N

Netta mematikan panggilannya, dia meletakkan ponselnya di meja dengan perasaan bercampur aduk. Tanpa bisa ditahan lagi, airmatanya jatuh begitu saja di kedua pipinya.

Sementara itu Max membersihkan tubuhnya dibawah siraman air hangat shower. Dia menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun yang banyak. Dia tidak mau bertemu dengan Netta dalam keadaan seperti tadi. Setelah selesai mandi, dia memakai handuk dan keluar dari kamar mandi. Dia terkejut saat keluar dari kamar mandi dan melihat Netta duduk di sofa kamarnya. Glekkk! Netta menelan salivanya melihat tubuh kekar Max yang menurutnya selalu bisa memancing gairahnya, meskipun tubuh itu terlihat sedikit lebih kurus. Max masuk ke dalam walk in closetnya dan memakai pakaian sementara Netta masuk ke dalam kamar mandi. Netta terkejut saat berada di dalam, karena disana telah tertata rapi semua peralatan mandi dengan merk yang biasa dipakainya. Max! batin Netta. Tok! Tok! Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu. Max berjalan kearah pintu dan membukanya.

" Ini teh jahe yang dibuat oleh Nyonya Netta, Tuan Muda!" kata Marni sambil membawa 2 gelas teh dan sepiring roti.

" Trima kasih, Mbok!" jawab Max.

" Sama-sama, Tuan Muda! Permisi!" kata Marni lalu pergi meninggalkan MAx yang menutup pintu kamarnya. Hampir satu jam Netta berada di kamar mandi, sedangkan Max berdiri di pintu balkon sambil merokok dengan air hujan sesekali menerpa wajahnya. Netta keluar dengan memakai sebuah lingerie berwarna merah yang sangat transparan dengan dalaman senada.

" Apa kamu tidak merasa dingin?" tanya Netta memeluk Max dari belakang.