1 Si Gagal Move On

Seorang gadis berdiri dibawah terik matahari yang begitu menyengat, rasanya bahkan hampir membakar kulit. Gadis itu adalah Jessica, ia tak henti mengoceh dan mengeluh. Perawatan kulitnya selama ini mungkin akan menjadi sia-sia jika dia berada lebih lama lagi dibawah matahari.

Saat ini Jessica sedang menunggu sahabat tunggalnya itu, Graciella – Grace. Gadis yang satu itu belum juga menampakan batang hidung didepan Jessica. Cuaca hari ini benar-benar tak mendukung. Belum lagi dengan beberapa siswa usil yang menggodanya. Bersiul, sok-sok ramah menyapanya, menggombal dan hal lain yang membuatnya makin tidak betah berada disana.

Susah memang jika menjadi orang cantik, apalagi jika status yang disandang adalah JOMBLO. Mungkin sebutan yang cocok untuk Jessica adalah SINGLE, kata 'jomblo' tertalu miris untuknya.

"Grace, lo dimana sih?" seru Jessica begitu teleponnya terhubung dengan Grace.

'Gue di depan kelas.' Sedang apa gadis itu didepan kelas, sementara sahabatnya sedari tadi menunggunya diparkiran dan hampir gosong.

"Ngapain aja sih lo depan kelas? Gue udah nunggu lo dari tadi.." ujar Jessica dengan nada yang tak sabaran.

'Hah! Ngapain lo nungguin gue?'

"Grace…!"

Jessica mengamuk ditempatnya. Grace memang pikun atau berlaga pikun, bukankan gadis itu sendiri yang menjanjikan pada Jessica untuk mengantarnya pulang. Sekarang dia malah bertanya lagi pada Jessica. Benar-benar membuat geram.

Samar-samar terdengar kikikan dari seberang sana, sepertinya itu bukan suara Grace. Kikikan itu terdengar konyol dan menyebalkan.

Jessica berusaha menahan emosinya, "Sekarang lo lagi ngapain?" Jessica bertanya halus pada Grace.

'Gue lagi sama Andre.'

Andre? Makhluk seperti apa itu yang namanya Andre? Huh. Jadi karena salah satu makhluk aneh itu Grace melupakan Jessica. Kikikan konyol dan menyebalkan tadi pasti kikikan Andre yang sedang menggoda Grace.

"Pokoknya, sekarang lo cepetan kesini. Gue mau pulang!" setelah beteriak Jessica menutup teleponnya.

Apa hal-hal buruk dan tidak menyenangkan akan menghampirnya terus hari ini? Apa lagi yang lebih buruk?

'Deg'

Jessica tak bergerak saat Ninja merah itu berhenti disampingnya. Dalam dirinya ia berteriak untuk menjauh meninggalkan tempat itu, tapi otaknya terasa beku seketika dan saraf-saraf tubuhnya tak bekerja sedikit pun. Ada sesuatu yang membuatnya membuatnya ingin melihat sosok itu.

Sosok apa? Apa sebuah penampakan makhluk seram? Bukan. Jelas bukan, karena ini adalah siang bolong. Sosok itu… sosok itu terlalu menyakitkan baginya, sosok yang mampu mengeruk habis semua energinya, semua kekuatannya hingga dirasa Jessica dapat mati seketika karenanya. Lalu untuk apa memaksakan dirinya berada disana? Jessica juga tidak tahu. Hingga akhirnya Jessica menyerah dan menyiapkan dirinya untuk menerima konsekuensi berada diposisi itu.

Pria pengendara motor itu membuka helmnya. Dia melirik pada Jessica, mulutnya sudah terbuka seperti ingin menyapanya atau mengatakan sesuatu tapi tak ada satu kata pun yang keluar.

"Aldo!" Suara gadis lain menyela, memanggil nama pria itu sebelum sang pria dapat berbicara.

Hh, mereka lagi.

Jessica menutup matanya. Muak rasanya Jessica melihat pasangan itu, mungkin lebih tepatnya, sakit rasanya. Walau pun kini sedikit lebih baik, karena Jessica sudah mulai terbiasa melihat Aldo dan Karin bersama. Tapi tetap saja, rasa perih itu tak kunjung hilang. Memori Jessica selalu berputar mudur dan munculah bayangan dimana Aldo memutuskan meninggalkannya demi Karin.

Ketika rasa sakit itu mucul dan terasa begitu perih, Jessica masih selalu bertanya kenapa Aldo lebih memilih Karin daripada dia? Kenapa Aldo begitu menyakitkan sehingga Jessica bahkan tak sanggup lagi untuk mencoba bangkit. Kenapa Jessica mampu mencintai Aldo sedemikian dalam? Kenapa?

Jessica tersadar dan mendelik mendapati gadis yang bernama Karin sudah ada didepan matanya. Mau apa mereka?

"Kenapa? Ngapain lo liat-liat gue sama Aldo?" ketus Karin. Gadis itu menyeringai, sepertinya dia ingin mengibarkan benda perang.

"Gue punya mata, ya, dan nggak usah terlalu percaya diri deh. Siapa sih, yang ngeliatin kalian berdua?"

"Ouh.. galaknya." Karin bergelayut manja pada lengan Aldo bermaksud memanas-manasi Jessica.

Jessica mencoba menahan dirinya memperhatikan tingkah Karin. Dia tidak boleh terpancing, karena itulah yang Karin inginkan.

"Gue tau kok, lo masih sayang kan sama Aldo. Tapi sayanganya, sekarang Aldo sayangnya sama gue."

Jessica terkekeh sendiri sembari meringis. "Jangan sok tau." Jessica membuang muka dari Karin. Argumen ini sepertinya tidak akan berakhir dengan baik, memang seharusnya Jessica menghindari ini sejak tadi. Seperti mencari masalah saja.

"Gue nggak sok tau, gue bisa liat semuanya. Gue bisa liat gimana cara lo mandang Aldo, gue bisa ngeliat mata lo yang berkaca-kaca itu setiap kali liat gue sama Aldo... Uuh kacian… Haha… Dasar cewek gagal move on!" Ejek Karin.

Jessica Gagal move on, hah? Apa Jessica memang masih menyayangi Aldo, masihkah ada cinta? Apa selama ini Jessica masih berharap pada Aldo, bermimpi bahwa suatu hari Aldo akan menyesal dan meninggalkan Karin lalu kembali lagi pada dirinya. Tidak! Ya!

Jika memang benar seperti itu, Karin tidak perlu memperjelasnya bukan? Jessica hampir saja melayangkan tamparannya ke pipi mulus Karin. Tapi tangan Aldo menahannya.

Jessica menepis tangan Aldo, "jangan sentuh gue!" Selalu saja Aldo yang mengiris hatinya, disaat Karin menjatuhkannya dan memperlihatkan betapa menyedihkannya keadaan Jessica sekarang, Aldo malah membela Karin membuatnya semakin terpojok.

Tak adakah sedikit persaan iba Aldo terhadap Jessica. Bukankah dahulu nama Jessica pernah terukir dihatinya, menjadi pelengkap hidunya. Kemana perginya rasa cinta itu?

"Denger ya, Jess. Sekarang Aldo itu milik gue dan lo harus bisa terima itu, karena lo itu nggak ada apa-apa dibanding gue. Lo cuma cewek sampah!!" Karin mengacungkan jari telunjuknya tepat didepan wajah Jessica.

Jessica menatap telunjuk Karin, lalu pandangannya beralih pada Aldo dan kembali lagi pada Karin. "Gue bukan sampah, tapi lo itu tempat sampah karena lo mau terima sampah kayak Aldo. Lo kan tau Aldo itu mantan gue, artinya cowok lo itu yang sampah. Punya cowok bekas pacar orang kok dibanggain sih?" Jessica menatap Aldo dan Karin dengan berani. Sudah lama Jessica ingin mengatakan semua hal itu pada Aldo dan juga Karin, akhirnya lepas juga unek-uneknya itu.

"Apa lo bilang?!" Karin tak terima dikatai seperti itu, ia hampir menampar Jessica namun Aldo mencegahnya.

Jessica bersyukur, tapi dia tak berharap Aldo menolongnya, mungkin Aldo memiliki maksud lain. Bisa saja Aldo mencegah Karin karena ingin menampar Jessica dengan tangannya sendiri, semonga saja tidak. Rasanya pasti akan beribi-ribu kali lipat jika tangan Aldo sendiri yang melayang kewajah Jessica.

"Gue bukan sampah lo, dan Karin juga bukan tempat sampah. Jadi jangan pernah lo gangguin gue sama Karin lagi." Jessica hampir tak percaya Aldo akan berbicara seperti itu, lagi.. lagi.. dan lagi Aldo membuat goresan luka dihatinya.

Siapa yang mengganggu Karin, kapan Jessica pernah mengganggu gadis itu? Apa Jessica terlihat seperti gadis penggangu. Jelas tidak. Sesakit apapun hatinya, Jessica tidak pernah ingin berurusan dengan Karin, ia tidak ingin mencari masalah dengan Karin. Memikirkannya pun tidak. Hati lembut Jessica masih berfungsi, ia masih menghargai Karin, ia masih peduli pada Karin yang notabene-nya adalah sahabat Jessica… dulu. Sebelum Karin mengambil Aldo dan berubah menghujat Jessica.

Lalu bagaimana dengan tadi? Jessica ingin menampar Karin, kan? Itu manusiawi saja, selama ini Jessica sudah terlalu sabar dengan sikap Karin. Mungkin gadis itu sudah berada diujung kesabarannya selama ini dan hampir lepas kendali.

Karin masih menatap tajam Jessica, dia masih belum puas karena gagal menapar Jessica. "Lo dengerkan, apa kata Aldo. Kalau bukan karena dia, abis lo…" Setidaknya pembelaan Aldo membuatnya merasa senang.

Aldo tertegun menatap gadis yang dulu ada dihatinya, mungkin sekarang juga masih... Mungkinkah? Sudah pasti tidak karena sudah ada Karin yang menggantikan Jessica. Berkali-kali Aldo mengatakan itu sendiri.

Aldo membantu gadisnya untuk memakai helm. Karin segera naik ke atas motor dan mereka pun melesat pergi meninggalkan Jessica.

***

Hiks… Hiks… Hiks…

Kini Jessica meluapkan semua pilunya, menangis sejadi-jadinya dalam mobil Grace. Pertahanannya selama ini hancur sudah.

Jessica dan Grace sudah dalam perjalanan menuju rumah Jessica. Grace tiba diparkiran beberapa menit setelah Aldo dan Karin meninggalkan Jessica. Harusnya Grace datang lebih awal, sehingga tidak ada kejadian menyakitkan seperti itu.

"Udahlah, Jess. Sampai kapan lo mau nangisin Aldo mulu, dia aja tega ninggalin lo demi mak lampir itu. Lo nggak pantes nangis buat cowok brengsek kayak dia."

Jessica memang menangis karena Aldo tapi tidak sepenuhnya begitu. Bukan karena dulu Aldo meninggalkannya demi Karin, tapi kenyataan bahwa apa yang dikatakan Karin memang benar. Jessica masih menyayangi Aldo.

"Lo harus move on, lupain Aldo, cari cowok lain." saran Grace.

Jessica menggelengkan kepala.

Grace membuang napas kasar, "kalau gitu, mau sampai kapan lo kayak gini?" Jessica kadang memang keras kepala dan susah diajak ngomong.

Lagi-lagi Jessica hanya menggelengkan kepalanya, seperti hendak menjawab dia pun tak tau kapan ini berakhir. Jessica pun ingin semua ini segera berakhir, siapa yang mau terus menerus berada dalam kesengsaraan ini?

Grace hanya melirik Jessica sekilas karena dia juga harus berkonsentrasi dengan setir mobil. Grace mengerti apa yang dialami Jessica, tapi jika Jessica sendiri tidak bisa melupakan Aldo, apa yang bisa dia lakukan. Selama ini Grace sudah melakukan apa yang bisa dilakukannya tapi semuanya kembali lagi pada Jessica dan hatinya.

"Gue akan coba untuk lupain Aldo, tapi… mungkin gue nggak bisa cari pengganti Aldo." Kata Jessica masih dengan isakan tangisnya.

Hh, Grace sedikit lega mendengar ucapan Jessica, dalam hati ia berdoa semoga suatu hari nanti Jessica akan bertemu dengan seseorang yang lebih baik daripada Aldo, seseorang yang dapat memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus untuk Jessica. Seseorang yang tentunya bisa setia pada Jessica dan tidak akan meninggalkannya demi perempuan lain.

Sedang dalam hatinya sendiri, Jessica masih tidak yakin apa ia bisa melupakan Aldo. Grace benar, mau tidak mau Jessica harus bisa melupakan Aldo. Mengharapkan pria itu hanya akan terus membuatnya semakin terpuruk.

Sudah cukup luka yang ditorehkan Aldo padanya, Jessica harus bangkit dan berdiri dengan kakinya sendiri diatas bara api yang Aldo taburkan. Jessica yakin ia bisa menjalani hidupnya tanpa Aldo, buktinya dia masih bertahan hingga kini setelah hampir setahun Aldo meninggalkannya.

@jessicarianna1

@jessica.rianna

avataravatar
Next chapter