1 SINOPSIS

Aluna, wanita yang mengalami banyak masa kelam di hidupnya. Wanita keras kepala yang selalu menyembunyikan luka, tampil bahagia hingga tak berdaya. Aluna, wanita yang merasa kehilangan masa depan karena trauma, bertemu dengan ardan yang penuh kejutan.***

Aku aluna, anak kedua dari dua bersaudara. Namun sekarang aku menjadi anak tunggal karena kakakku pergi ke alam yang berbeda. Aku tinggal sendiri dan berkelana di kota orang bukan tanpa alasan, selain karena aku ingin mandiri aku juga ingin pergi dari masa laluku. Orang tuaku sama sekali tidak keberatan, bahkan mereka cenderung mengabaikan, sudahlah toh aku sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu.

Aku bekerja di salah satu penerbit di bandung, sebagai editor naskah misteri dan action. Tak umum memang seorang wanita manangani naskah berbau kekerasan dan konflik mencekam, tapi karena hal ini membuatku lupa akan kejamnya dunia jadi aku menjalaninya dengan bahagia. Aku cukup tertutup sebagai editor, walau banyak yang berkata aku cerewet, meledak-ledak dan terlihat ramah, aku welcome dengan siapapun yang mau berteman denganku, tapi jika itu menyangkut latar belakang serta masalah pribadi aku memilih untuk menjauh. Tak jarang aku memblokir nomor penulis naskah yang terang-terangan mendekatiku, tentunya saat naskah yang ku tangani selesai dan naik cetak. Dengan alasan tertentu aku berpakaian layaknya pria, kemeja over size, topi polos, hoodie kebesaran, jarang bersentuhan dengan alat make up bahkan mungkin tidak pernah menyentuhnya lagi sejak saat itu. Hanya rambut yang ku biarkan memanjang.

Hari-hariku berjalan seperti biasa sampai dia datang memporak porandakannya, seorang direktur perusahaan dengan hobi menulis cerita tentang psikopat gila, dingin, jarang memperhatikan jika diajak berbicara. Sudah beberapa kali dia menggunakan jasa penerbitan kami, tapi aku belum pernah bertemu dengannya. Dia dengan angkuhnya mengutus seseorang saat rapat atau dengan seenaknya meminta ganti layout dan cover padahal tanggal pengedaran buku hanya tinggal menghitung hari, untungnya bukan aku yang menangani naskahnya dan aku bahagia walau aku sering membaca cerita yang ditulis olehnya. Sampai pada suatu waktu, mas dimas orang yang menangani naskahnya cuti menikah dan dia memintaku untuk mengurus naskah penulis songong itu.***

Semua cerita yang ku tulis muncul begitu saja dalam benakku, terkadang saat suntuk aku terpikir ide baru. Tapi aku bingung, kenapa aku sering menulis hal-hal sadis yang bahkan aku sendiri tak tahu bagaimana rasanya. Semua bukuku laris tanpa tahu siapa yang menulis, aku selalu menyembunyikan identitas kepenulisanku dan untungya penerbit yang mengolah naskahku tak keberatan dengan aku yang tak pernah datang saat rapat karena menulis hanya hobi bagiku. Bahkan aku memilih untuk menerbitkannya secara indie dan tidak pernah mau menerima royalty atas karyaku, hanya satu buku yang ku minta untuk dokumentasiku pribadi.

Namaku ardan, ditengah keramaian kota aku mengarungi samudera bisnis, terseok dalam langkah dan memikul beban tanggung jawab. Tak jarang orang yang ingin menjatuhkanku saat melihat kelemahanku, maka darinya aku selalu bersikap dingin tak tersentuh, membangun tebing kokoh yang tak mudah untuk dilewati. Satu-satunya orang yang mau bergaul denganku tanpa melihat status sosialku adalah daniel, sahabatku saat kuliah, walau kadang aku tak menghiraukan omongannya dia tetap betah berdekatan denganku. Dialah yang meminjamkan modal awal usahaku ini, aku tak akan pernah seagung ini tanpanya.

Nama editorku mas dimas, dia loyal ramah dan selalu memberiku kelonggaran, dia tahu bagaimana sifatku, aku seperti memiliki kakak jika berdiskusi dengannya. Hanya dia yang pernah bertemu denganku saat editing berlangsung, dan mas dimas setuju tentang aku yang ingin menyembunyikan identitasku. Baru-baru ini aku mengirim naskah anyarku, awalnya mas dimas menyanggupi sampai akhirnya dia cuti menikah. Aku ingin menarik naskahku tapi dicegah olehnya, dia berkata ada orang yang berbakat untuk naskahku kali ini. Sebenarnya aku tidak tertarik, namun karena hormatku dan rasa terimakasih karena telah membimbingku aku iyakan usulannya. Hari-hariku dimulai saat aku bertemu dengannya untuk yang pertama kali, gadis riang, galak, namun pendiam dan tertutup.***

avataravatar