26 Part 26

Zalfa tidak bisa tidur lagi, sementara Figo sudah terdengar dengkurannya. Mungkin, lelaki itu benar-benar kelelahan.

"Lo kenapa gak tidur?" tanya Zalfa pada Dewan. Lelaki itu sibuk bermain game sambil duduk di kursi single itu.

"Mana bisa tidur, berisik banget liat dia ngorok." Alasan Dewan, padahal dia ingin menemani Zalfa yang terlihat belum tidur.

"Liat apa denger?" tanya Zalfa, dia tersenyum tipis, sudah besar, tapi tida bisa membedakan hal kecil seperti ini.

"Cuci tangan." Kesal Dewan, perkara salah kata saja dipermasalahkan.

"Tidur gih, Lo gak capek emang, tadi kan habis ngejar tukang nasi goreng haha." Zalfa masih geli, membayangkan Dewan berlari mengejar tukang nasi goreng.

Dewan menaruh handphonenya, setelah dia keluar dari game yang sedang dia mainkan, sebenarnya sih karena game yang sedang dimainkannya itu sudah hampir kalah. Jadi, dia malas dan mematikannya.

"Tidur gih!" Perintah Dewan. Lelaki itu memainkan selimut Zalfa dengan jari-jarinya entah untuk apa. Tapi, siapapun yang melihat ini pasti sangat merasa gemas. Seseklai, Dewan melihat ke arah Zalfa yang sedang memperhatikannya.

"Belum ngantuk lagi," ucap Zalfa jujur, dia memang tidak bisa tidur lagi, mungkin karena kekenyangan juga.

"Mau main sesuatu?" tanya Dewan, dia mencoba untuk mengisi kekosongan ini, dengan mengajak Zalfa bermain game. Dia juga belum tau game apa yang asik untuk dimainkan berdua.

"Game apa?" tanya Zalfa. Dia sama sekali tidak terpikirkan, harus memainkan game apa. Lagipula, Zalfa tidak biasa bermain game. Apalagi yang di handphone, dia sangat kurang update.

Zalfa mencoba untuk duduk, tapi badannya masih lemas. Dia akhrinya, kembali merebahkan dirinya.

"Jangan dipaksain, sebentar." Dewan bangun, kemudian berjalan ke belakang, dia berjongkok, lalu menekan sesuatu di belakang tempat tidur Zalfa, sehingga perempuan itu seperti orang bersandar sekarang.

"Makasih," ucap Zalfa tulus. Zalfa bahkan tidak tau, tempat tidurnya bisa dibegitukan. Dia sudah merasa lebih nyaman sekarang.

"Hmm. Gimana kalau kita masing-masih boleh kasih tiga pertanyaan. Nanti kalau udah selesai, langsung suit lagi," ucap Dewan yang sudah memikirkan kira-kira permainan apa yang sekiranya akan seru jika dimainkan berdua.

"Jangan yang aneh-aneh." Zalfa sudah was-was duluan, dia bukan tidak percaya pada Dewan tapi, secara logika. Lelaki itu kan isengnya luar biasa. Dia hanya waspada saja.

"Enggak. Pokoknya gini, siapapun yang menang suit, maka bisa tanya ke orang yang kalah maksimal tiga pertanyaan." Dewan kembali menjelaskan peraturan permainannya.

"Kenapa gak satu-satu aja?" Zalfa sepertinya sering melihat permainan ini di media sosial, memang seru sih, tapi deg-degan.

"Gak seru. Kan biar gak nanggung."

"Oke." jawab Zalfa mantap. Dia memiliki banyak pertanyaan untuk Dewan.

"Mau suit Nyang gimana?" tanya Dewan. Lelaki itu sih, semua jenis suit bisa.

"Gunting, kertas, batu aja." Dari semua jenis suit yang bisa dilakukan Zalfa hanya gunting, kertas batu, dan selalu perempuan itu awali dengan batu.

"Yeee Kalah!" Dewan sudah kegirangan, Karen dia kertas, dan Zalfa batu.

"Tiga kali, itu kan baru satu." Protes Zalfa, dia belum mau menyerah. Siapa tau, keberuntungan berpihak padanya.

"Oh yaudah, oke. Ayo, mulai!" Mereka kembali mengulang.

"Yes, menang!" Teriak Zalfa kegirangan. Dewan hanya bisa cemberut. Padahal satu lagi, dia akan menang, tapi Zalfa curang, dia menurunkan tangannya lambat.

"Yaudah, mau tanya apa?" Dewan sudah pasrah, dia akan tetap menjawab semua pertanyaan yang akan perempuan itu tanyakan, sekalipun pertanyaan itu adalah pertanyaan jebakan.

"Jangan lesu gitu dong, senyum! Pak Dewan yang terhormat, Saya mau bertanya. Kapan terakhir Anda jatuh cinta?" tanya Zalfa.

"Uhuks." Dewan langsung batuk. Kalau soal masalah cinta, lelaki itu bukan juaranya.

"Kenapa bahas yang itu sih, gak asik banget."

"Jawab aja sih, kan sudah sepakat tadi." Zalfa merasa menang, jika Dewan sudah tau tentang Zalfa yang mengejar-ngejar Figo, dia juga harus tahu, Dewan suka pada siapa, biar tidak hanya dia yang selalu diledekin terus.

"Saat ini," jawab Dewan.

"Maksudnya sekarang lagi suka sama orang?" Zalfa bingung dengan pernyataan Dewan, tapi dia juga bingung sih, dengan pertanyaannya sendiri. Awalnya iya semangat, banyak yang ingin ditanyakan, saat sudah waktunya, semua pertanyaan itu, seperti loncat-loncat keluar dari pikirannya.

"Iya," jawab Dewan dengan tegas.

"Gimana orangnya?" tanya Zalfa kepo,

"Cerewet, sok cantik, kepedean, pecicilan."

"Siapa namanya, kok mau sih Lo sama dia?" Zalfa sedikit emosi, dia memang sering kesal dengan lelaki itu. Tapi, Dewan anak yang baik, jangan sampai salah pilih pasangan, dia akan sedih bila itu terjadi.

"Tetttt. Sudah selesai dong. Kan cuma tiga."

Zalfa tidak sadar, bahwa dia sudah menghilangkan kesempatan emas. Karena terlalu asik bertanya.

"Satu lagi deh, pleaseee." Mohon Zalfa, karena satu lagi, dia bisa tanya namanya.

"No." Dewan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pelit! Yaudah, ayo suit lagi, pasti Gue menang lagi." Zalfa sudah percaya diri.

"Yess! Menang!" Teriak Dewan. Kemudian lelaki itu dicubit Zalfa.

"Awwsss, sakit tau," ringis Dewan sembari memegangi tangannya yang dicubit tadi.

"Jangan keras-keras, nanti Figo kebangun, kasian dia kelelahan."

"Bodoamat. Jangan banyak alasan, sekarang giliran Gue yang tanya,"

"Iya, apa?" tanya Zalfa dia sudah lemas duluan sebelum mendengar pertanyaan dari Dewan.

"Sebutkan tiga alasan kenapa ngejar Figo!"

Zalfa melihat ke arah Dewan, yang sedang menatapnya dengan serius. Kemudian, perempuan itu melirik ke arah Figo.

"Dia tidak menunjukan bahwa dirinya baik, Dia selalu bersembunyi dan ingin ditemukan, yang terakhir Gue tau Figo suatu saat Akan luluh."

"Tiga hal yang Lo benci di dunia ini?"

"Jatuh cinta sendirian, move on sendirian dan takut sendirian."

"Satu hal yang Gak diketahui siapapun!"

"Pernah diem di gedung olahraga, cuma untuk mememani seseorang yang ketiduran tapi dia gak tau Gue ada di situ." Zalfa berkata sembari tersenyum, sekalipun hatinya perih, apalagi kisah dibalik semua itu, tidak seromantis yang orang lain banyangkan ketkma mendengar pernyataan Zalfa.

"Lo kalau udah cinta sedalam itu ya?"

"Cuma boleh tiga pertanyaan."

Zalfa menjawab, tapi dia ingat. Sudah berapa banyak pertanyaan yang dikeluarkan oleh Dewan. Sementara itu, Dewan memasang ekpresi wajah seperti Zalfa tadi. Merasa sangat manggung sekali.

"Ayo mulai lagi."

"Ayo, siapa takut."

Dan mereka mengulang, permainan itu, satu bertanya dan satu menjawab. Saking asiknya, mereka tidak sadar, bahwa Figo sudah tidak lagi mendengkur, karena lelaki itu sudah terbangun dari awal permainan itu di mulai, karena suara teriakan Dewan. Membuatnya sakit kepala, tapi ada hal lain yang membuatnya tambah sakit kepala. Yaitu pernyataan Zalfa tentang menemani seseorang di ruangan olahraga. Figo seperti kembali pada beberapa tahun silam, dia kembali flashback. Entah, ini hanya sebuah kebetulan, atau memang benar adanya. Orang itu, memang Zalfa

avataravatar
Next chapter