20 Part 20

"Aku gak tau harus mulai ini semua dari mana, tapi yang jelas. Aku lelah menyakinkan diri Aku sendiri, bahwa sebenarnya Kamu bisa jaga hati Kamu seutuhnya buat Aku."

Ervina memulai percakapan, diantara keheningan ini. Figo diam seribu bahasa, setelah dirasanya bahwa apapun yang dia katakan tidak didengar oleh Ervina.

"Percaya sama Aku," jawab Figo lirih.

"Sampai kapan? Wanita itu sepertinya tidak akan berhenti, sampai Kamu dan Aku pisah beneran, lelah banget rasanya pacaran tapi dikejar-kejar begini. Aku selalu khawatir, setiap kamu kerja. Kalian ngapain di sana."

"Kami gak ngapa-ngapain." Bantah Figo dengan sedikit membentak, lelaki itu terbawa emosi.

"Tolong jangan bentak Aku."

"Maaf," ujar Figo sadar, bahwa dia sudah salah.

"Gak harus kontak fisik, dia punya berbagai cara agar kamu bisa kembali sama dia, wanita itu terlalu licik, sementara Aku? Gak bisa jagain Kamu, maka dari itu sebelum kita melangkah lebih serius dan jauh lagi. Aku mau kamu benar-benar yakin, dan Aku juga yakin. Kita menjauh bukan untuk pisah, hanya untuk menyakinkan diri kita aja. Bahwa, kita saling membutuhkan."

"Tapi Kamu yang hubungi Aku duluan," ujar Figo. Dia tidak marah, dihubungi oleh Ervina. Tapi, Figo merasa ada yang aneh, jika memang keputusan Ervina untuk istirahat versi dia. Harusnya Ervina jangan menghubunginya.

"Karena sebenarnya Aku sulit sekali melakukan ini Figo, Aku merasa seperti sudah ketergantungan dengan Kamu. Dengan segala perhatian dan kasih sayang Kamu, padahal aslinya Aku harus segera sadar bahwa mungkin kita gak bisa bersama lagi."

"Ngomong apa sih Kamu. Sekarang Aku tanya, seberapa yakin Kamu sama Aku?" tanya Figo serius.

Ervina diam sejak, dia memikirkan dan mengukur seberapa yakin dirinya terhadap Figo.

"Kalau Kamu, seberapa yakin Kamu sama Aku?" tanya Ervina, ketika dia sudah mendapatkan jawabannya untuk Figo.

"99 persen." jawab Figo dengan mantap. Lelaki itu, memang sangat yakin, hanya saja Ervina tidak tau dengan hal itu, bahkan perempuan itu tidak bisa merasakannya. Ervina tidak tau, bagaimana Figo selalu mencoba untuk menjauhi Zalfa, memperlakukan Zalfa dengan tidak baik, agar perempuan itu segera mundur.

Jelas Ervina kaget, dengan ucapan Figo, karena dia awalnya ingin mengatakan pada Figo bahwa keyakinannya terhadap Figo hanyalah 75 persen.

"Kenapa diam? Di sini kayaknya emang cuma Aku yang yakin, Kamu cuma terbiasa sama Aku, mungkin aja sebenarnya hati Kamulah yang untuk orang lain."

"Kok Kamu jadi menyudutkan Aku sih," Ervina tidak terima dengan tuduhan Figo.

"Kapan sih, Aku gak ada buat Kamu? Kapan juga Aku gak nurutin semua ucapan Kamu? Sadar gak sih, hanya akrena Aku terlalu cinta jadinya Kamu terlalu nuntut Aku untuk ini dan itu, tapi aku gak keberatan, karena Aku tau, apapun yang Kamu lakukan untuk Aku, itu untuk kebaikan. Aku bahkan sampai lupa, bahwa Aku juga butuh teman. Karena hidup ini, bukan tentang kita saja. Ketika Kamu memutuskan untuk berhenti sejenak, Aku bingung harus ke mana, Aku gak tau harus cerita sama siapa, Kamu bahkan tahu, Aku gak punya keluarga. Sementara Kamu, punya segalanya dan semua yang Kamu inginkan."

"Figo, Aku tetep perduli sama Kamu,"

"Iya, karena Kamu butuh Aku kan?"

"Enggak!"

"Lalu, kenapa kamu masih ingin kita untuk istirahat? Jika memang Kamu sedang berusaha meyakinkan perasaan kamu, jangan biarkan Aku untuk berhenti membantu Kamu meyakinkan Aku lah yang sebenarnya mencintai Kamu dengan tulus. Kecuali, memang Kamu sedang membandingkan perasaan Kamu untuk aku dan perasaan Kamu untuk orang lain."

"Kok jadi Kamu nuduh Aku."

"Boleh kan, kali ini aja Aku minta, Kamu dengarkan Aku sekali saja. Kita gak butuh istirahat, Kita butuh lebih banyak waktu berdua, karena berhenti artinya selesai."

"Kamu mau kita putus?"

"Kamu yang mau Kita putus."

Ervina diam seribu bahasa, selama ini Figo selalu menuruti semua ucapannya, kali ini berbeda. Kekasihnya berubah menjadi seseorang yang tidak dia kenali. Ervina masih berharap yang sedang berbicara bukanlah Figo yang asli, karena Figo yang asli selalu berkata dengan lemah lembut padanya, tidak pernah menyudutkannya sedikitpun.

Apa ini adalah titik terlemah Figo, tapi kenapa sekarang, di saat dirinya sedang meyakinkan diri sendiri.

"Aku punya alasan kuat, untuk meminta kita istirahat sejenak." Ervina seharusnya memang jujur, tapi dia tida bisa. Ini terlalu berat untuknya. Figo akan marah besar, jika tau kenyataannya.

Lelaki itu cukup jeli, bahwa di sini bukan hanya permasalah Zalfa yang selalu mengejar Figo, tapi ada hal lain, yang membuat Ervina memutuskan itu. Biasanya segala sesuatu selalu Ervina yang memutuskan. Jadi, dia pikir, saat ini pun dirinya bisa mengatasi itu semua.

"Kamu cuma harus jujur, jangan memendam masalah sendirian, kalau Kamu sendiri tau, tidak mempu mengatasinya."

"Aku bisa."

"Berarti benar, Kamu sedang menyembunyikan sesuatu."

"Kalau Aku minta Kamu keluar dari perusahaan Kamu mau?" tanya Ervina dengan ragu. Meminta Figo berhenti dari sana, sama saja mempertaruhkan masa depan mereka.

"Aku tidak bisa." Jawab Figo dengan mantap.

Ervina tersenyum, dia sudah tau jawabannya.

"Aku masih mau, kita tetap istirahat." Ervina meminum lemon tea yang dipesannya. Tenggorokannya terasa kering, setelah mengatakan itu.

"Ya sudah, kalau itu keputusan Kamu, jika suatu saat terjadi sesuatu pada Kita, tolong jangan menyalahkan Aku ataupun diri Kamu sendiri." Figo berkata dengan nada lemah lembutnya. Terlihat sekali, bahwa Figo sangat menyayangi sang kekasih.

Ervina diam, seharusnya dia tidak perlu sedih, karena ini lah keinginannya. Dia tidak ingin Figo tau, alasan besar dibalik ini semua. Rasanya, seperti sedang dilepas oleh Figo. Padahal ini hanya satu bulan, bahkan sudah berjalan 4 hari, seharusnya sebulan bukan waktu yang lama.

"Ayo pulang!" Ajak Figo, setelah meliha jam di tangannya. Ervina mengangguk dan mengekor di belakang Figo. Setelah mebayar pesanannya. Figo dan Ervina meninggalkan cafe tersebut.

Di perjalanan, Ervina sempat meneteskan air matanya, Figo melihat itu. Tapi, dia tahan agar dirinya tidak lagi terlihat lemah di hadapan sang kekasih, dia ingin Ervina tau, bahwa sebagai lelaki Figo juga memiliki sikap.

Yang tidak habis pikir adalah, alasan konyol sang kekasih, hanya karena panggilan teleponnya diangkat Zalfa, Ervina seperti merasa Figo benar-benar selingkuh dengan Zalfa. Jika memang benar sekalipun kenapa tidak dari dulu saja.

Motornya berhenti di sebuah rumah yang sering sekali Figo datangi, meskipun orangtua Ervina terlihat sangat santai, atau mungkin lebih tepatnya perduli pada Figo, lelaki itu tidak pernah dendam, yang ada selalu menjaga sikap dan sopan santunnya.

"Salain untuk Ayah dan Ibu Kamu, tolong jaga nama baik Aku di depan orangtua Kamu, ketika mereka bertanya, kemana tukang ojek yang selalu antar jemput Kamu."

Figo berkata dengan nada yang santai, bahkan tersenyum dengan tulus, tapi siapapun yang mendengar itu menjadi sangat sedih

avataravatar
Next chapter