19 Part 19

"Gimana? Udahan marahannya?" tanya Figo dingin. Dia sepertinya harus lebih tegas pada Ervina. Di sini, Figo adalah kekasih perempuan itu, bukan seekor binatang peliharaan yang harus menuruti segala ucapan majikannya.

Baginya, beberapa hari ini, sudah cukup dia dan Ervina bermain-main dengan perasaan. Tidak seharusnya, Figo mengorbankan banyak hati, demi kesenangannya sendiri.

Mereka sedang ada di sebuah cafe. Figo sengaja mampir, tanpa bertanya lebih dulu pada Ervina. Lagipula, perempuan itu tidak menolak ajakannya, artinya memang Ervina mau.

"Figo, Aku kan bilang, satu bulan aja gak lama kok," jawab Ervina tetap pada pendiriannya, untuk melanjutkan kesepakatan yang sudah mereka buat.

"Kalau Kamu yakin sama Aku, pasti gak butuh banyak waktu, satu bulan itu lama untuk sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun pacaran."

"Aku ngerti, tapi aku pengen coba jalan yang satu ini,"

"Terserah."

"Kamu jangan marah dong, kan Kamu udah setuju."

"Aku terpaksa, supaya kamu gak semakin keras kepala."

"Berati ucapanku bener dong?"

"Ervina, Aku harus jelasin berapa kali lagi sih, Aku itu ketiduran di sana."

"Sama Zalfa kan?" tanya Ervina sedih.

"Iya, tapi kan di sana ada Bang Delvis, ada Dewan. Kalau Kamu bilang, Aku ketiduran sama Zalfa, jadi beda arti. Aku tidur iya, Zalfa enggak."

"Iya, dia gak tidur, soalnya kebangun sama suara handphone Kamu, terus ngangkat telpon dari Aku, seakan dia mau nunjukin bahwa kalian lagi bahagia."

"Aku gak tau harus jelasin kayak gimana lagi sama Kamu."

Flashback on

Setelah mengecek handphonenya, Figo memastikan bahwa ternyata telpon Ervina memang diangkat di riwayat panggilannya. Tapi, berani sumpah. Bahwa, Figo sama sekali tidak tau soal ini.

"Aku bener-bener gak tahu," ucap Figo lemah. Dia tau, bahwa kekasihnya sedang kesal sekali saat ini, selama ini. Sebisa mungkin, Figo tidak pernah lalai, apalagi sampai handphonenya dipegang oleh Zalfa. Wanita itu benar-benar selalu punya cara, membuat Ervina marah.

"Aku yang tahu, gimana perempuan itu angkat telepon Kamu, dengan tanpa rasa bersalah, dia bilang Kamu lagi tidur."

"Aku gak yang seperti kamu pikirkan, Kamu bahkan lebih tau Aku dari siapapun, Zalfa sekalipun."

"Kamu cuma pengen ngelindungin Zalfa kan? Perempuan itu hebat ya, bisa leluasa megang handphone Kamu, Aku aja yang udah lama banget rasanya pacaran sama Kamu, gak pernah tuh, sekalipun kamu kasih handphone ke Aku."

"Aku ke sini bukan mau bahas handphone, Aku cuma pengen ngelurusin kesalahpahaman antara Kamu dan Aku."

"Aku tau, ini kekanak-kanakan. Tapi, Aku pengen kita istirahat dulu," ucap Ervina dengan mantap, perempuan dewasa itu, terlihat sangat frustasi..

"Maksud Kamu?" tanya Figo, tidak mengerti maksud Ervina. Dia merasa ambigu dengan kata istirahat yang Ervina katakan.

"Ya, Kamu dan Aku istirahat sejenak dari hubungan ini."

"Sampai kapan?"

Figo bahkan tidak bisa membayangkan, bagaimana dia bisa melewati hari, tanpa senyuman Ervina yang selalu menjadi penyemangat hidupnya selama ini.

"Entah, mungkin sampai lelah ini benar-benar hilang."

"Aku yakin, masih banyak cara lain, selain istirahat."

Figo masih berusaha untuk memperbaiki semuanya.

"Cara lain? Apa? Aku lelah banget, ini semua terlaku drama, Kamu bareng Aku, tapi pikiran Kamu terbagi untuk perempuan lain, ini gak adil."

"Tapi, hati Aku seutuhnya buat Kamu," jawab Figo cepat.

"Seutuh apapun itu, pada akhirnya bisa terbagi juga, Aku pengen banget bilang selamat sama Zalfa, dia sudah berhasil membuat Kamu memikirkan dia terus."

"Enggak. Aku sudah sangat yakin sama kamu."

Figo terus menyakinkan Ervina, bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada Zalfa.

"Feeling seorang perempuan itu kuat, bahkan ketika kamu bilang enggak, Aku bisa merasakan bahwa sesungguhnya Kamu sedang berusaha keras agar Aku percaya, tapi bibir kamu bergetar."

"Aku harus apa, biar hubungan kita baik-baik aja?" Pertanyaan final itu akhirnya Figo keluarkan, dia bukan menyerah, tapi Figo ingin tahu, apa yang sebenarnya sedang diinginkan sang kekasih.

"Istirahat. Kita cuma perlu istirahat, agar otak kita berpikir secara logika, Kamu harus tau, siapa yang sebenarnya kamu butuhkan, hubungan ini lama kelamaan jadi gak sehat, cuma Aku yang berusaha untuk menghubungi kamu lebih dulu, menanyakan kamu sedang apa, atau sekedar tanya udah makan siang atau belum, sepele banget, tapi aku merasa kita udah sangat jauh."

Ervina berkata sembari berkaca-kaca. Jika biasanya Figo akan memeluk dan menenangkan perempuan itu, kali ini dia membiarkan Ervina untuk menangis, dia ingin tahu apa yang sebenarnya Ervina rencanakan.

"Ok, kita istirahat. Aturan mainnya, silahkan kamu atur sendiri, aku ngikut. Asal, hubungan kita baik-baik saja setelahnya. Selamat beristirahat, jangan lupa minum vitaminnya," ujar Figo. Masih dengan khasnya, selalu memperhatikan Ervina dari hak yang terkecil sekalipun.

Figo bukan tidak ingin berdebat, atau takut kalah, watak perempuan itu sama kerasnya dengan Zalfa, dia akan tetap pada keinginannya, tanpa bisa mendengar keinginan orang lain, egois.

Figo benar-benar pergi dari hadapan Ervina. Dia menjalankan motornya dan meninggalkan rumah sang kekasih. Tidak seperti biasanya, Figo seperti itu, Figo yang biasanya, selalu sabar menghadapi Ervina dengan segala sifat dan sikap Ervina. Kini, lelaki itu sedang kecewa.

Dia pikir, setelah Figo melamar Ervina, wanita itu menjadi yakin dengan perasaannya yang selama ini tidak pernah main-main. Kurang apa lagi Sebenarnya dia. Bahkan Figo selalu menomorsatukan sang kekasih daripada dirinya sendiri. Itu juga, yang membuat Delvis selalu menyindirnya. Figo tau, tapi dia tidak perduli, baginya Ervina adalah mimpi yang terwujud, serta doa yang dikabulkan Tuhan untuknya. Jadi, tidak ada alasan yang membuatnya meninggalkan Ervina hanya karena perempuan itu kekanak-kanakan.

Setelah itu, paginya Ervina bilang tidak ingin dijemput, padahal setiap harinya mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Figo bahkan rela untuk tinggal di salah satu tempat yang searah dengan Ervina, agar dia tidak terlalu lama ketika menjemput.

Siang harinya, Ervina bilang tidak ada makan siang bersama, tidak pulang bersama dan banyak hal lain yang berubah sejak saat itu, Figo menurut saja. Dia yakin, setelah Ervina puas dengan segala permainannya. Hubungan mereka baik-baik saja. Jadi, ini adalah salah satu alasan Figo, supaya Ervina tetap merasa dihargai.

Malam itu, di bawah hujan yang mengguyur tanah, Figo memilih meninggalkan Zalfa demi Ervina. Karena beberapa hari menyiksa itu, akhirnya Ervina menghubunginya dan membutuhkannya. Karena cinta, Figo tidak merasa bahwa dia dicari hanya saat dibutuhkan saja.

Padahal, Ervina meminta agar mereka tidak bertemu, tidak perlu bertegur sapa selama satu bulan, sekalipun di media sosial, tetap tidak boleh. Jelas ini semua sangat sulit untuk Figo, tidak banyak orang tahu, Figo rela menunggu Ervina keluar rumah, atau memastkan bahwa perempuan itu pulang dengan selamat, setelah dua hari berlalu, dan tidak ada masalah. Barulah, Figo berani mengajak Zalfa pulang bareng.

Flashback off

avataravatar
Next chapter