webnovel

Eh, mereka ngapain?

Siang hari sinar matahari sedang sangat tajam menyorot bumi. Sangat direkomendasikan untuk para insan beristirahat sejenak dari segala aktifitas, namun seakan tidak berlaku kepada para sekelompok pemuda sedang berlarian ketakutan menuju ke semak-semak perkebunan. Mereka berjumlah lima diantaranya Tanka, Riko, Fino, Yoga dan Moses.

"Huff, huff, bentar coy bentar" Riko yang posisinya paling depan menghentikan langkahnya mendadak karena sadar dua langkah lagi berpijak akan terjebur ke sungai, yang kemudian karena si Riko berhenti mendadak empat orang dibelakangnya saling tubruk, mereka semua menjadi benar-benar terjebur kedalam sungai.

Byuurrr!!

Basah kuyuplah mereka semua!

"Hoissh kampret lo Rik!" - Fino

"Kunyuk!" - Yoga

"SETAN!" - Moses.

"Malaikat!" - Tanka

"What?" - all serempak menoleh ke arah Tanka.

"Hahaha" Tanka tertawa lepas sembari menyiram air ke arah Riko si penyebab mereka semua menjadi terjun bebas ke air sungai seperti ini.

"Ya maap coy maap" - Riko

"Maap nih maap" disusul mereka semua menciprati si Riko dengan air.

"Oihh ampun oii ..." Ronta Riko sambil membalas menciprati air pada mereka.

"Hahaha" mereka semua saling tertawa riang di air sungai selepas kejadian menengangkan terlewati beberapa menit yang lalu, bermula dari pergi kelayapan seperti kebiasaan yang mereka semua lakukan kemudian ikut dikejar-kejar oleh polisi intel akibat ikut berpartisipasi dalam judi sabung ayam yang diselenggarakan secara ilegal di tanah lapang, berlokasi di dalam perkebunan di sekelilingi pohon karet.

Dirasa cukup bermain air, dengan pakaian yang basah kuyup mereka beranjak keluar dari air sungai lalu jalan berpencar ke sembarang arah menuju pulang ke rumah masing-masing.

"Tan" panggil Moses.

"Hm" Tanka menoleh, begitupun teman-teman mereka semua ikut berhenti dan saling pandang lagi.

"Ntar malem kite jadi ye?" Kata Moses

"Beres" Tanka mengunjuk ibu jari.

"Beras beres lo mah, biasanye geh kayak karet, melar mulu" protes Moses

"Samper aja ntar kerumah," - Tanka

"Oke ..."

Sesudah berpencar masing-masing, Tanka berjalan seorang diri menuju pulang ke rumahnya yang berbeda desa dari lokasi ia saat ini, jaraknya pun cukup jauh sekitar 2 km melewati ladang-ladang dengan beragam jenis tanaman.

Cuaca disiang itu sangat terik, rasa haus sangat terasa ditenggorokan, enggan balik ke jalan raya utama Tanka memilih beralih melewati persawahan. Setelah sampai di persawahan sana, mengambil air dari parit yang memang sangat jernih bahkan bisa untuk diminum.

"Hufff ... gila panas betul ni hari"

Melangkahkan kaki kembali untuk melanjutkan perjalanan, api Nahas baru saja beberapa langkah berpijak di galengan, kakinya tergelincir.

"Awh, awh, awh, sompret!"

Menolah-noleh ke seluruh penjuru arah melihat ada gubuk di dekat punden (punden adalah hutan kecil yang berada di tengah persawahan jauh dari perkampungan)

"Awh, awh, selonjorin kaki disitu dulu aja kali ya"

Ia pikir jarak sampai di rumah kalau di tempuh berjalan kaki masih memakan waktu cukup panjang, kemudian memilih untuk beristirahat sejenak di gubuk itu sambil untuk mempijit sedikit kakinya yang sakit.

Melucuti pakaian yang masih basah kuyup kemudian ia gantung di dalam gubuk sana. Selesai mempijiti kaki Ia tiduran terlentang sambil memejamkan mata. Rasa kantuk datang menghampiri seiring angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya.

___

Kemudian ada datang dua pemuda bernama Riyan dan Rifin datang menuju gubuk itu. Mereka datang dari arah berlawanan tidak melihat keberadaan Tanka didalam gubuk sana karena terhalang pembatas gubuk.

Gelagat mereka sangat mencurigakan semacam gelagat maling yang takut keberadaanya dilihat orang. Mereka membawa benda di tangan berupa gagang pancing dan juga matras.

Riyan menolah-noleh mengamati situasi, merasa aman tak ada seorang pun yang melihat keberadaan mereka, kemudian Riyan memeluk Rifin dan melumat bibir Rifin.

Sambil menikmati ciuman Riyan, Si Rifin sesama waspada takut aksi itu diketahui orang kemudian lanjut membalas apa yang sedang Riyan lakukan. Riyan dan Rifin sengaja berada di belakang gubuk itu agar percumbuan mereka tidak diketahui orang yang berada di sawah.

Riyan melucuti setiap helai busananya begitu juga Rifin. Mengelar matras yang memang sudah mereka siapkan. Riyan berdiri di atas matras itu sementara Rifin jongkok mengulum kontol Riyan. Riyan mengusap-usap kepala Rifin sambil menyodok-nyodok kontolnya semakin kedalam mulut Rifin.

Setelah puas saling ngulum kontol, Rifin nungging dan Riyan pun melakukan riming.

"Ohh yess ... aahh ... aahhh" Desah Rifin merem melek ke'enakan.

"Enak sayang?" bisik binal Riyan memainkan lidahnya di lubang kenikmatan belakang milik si Rifin.

"Uhh ... enak banget Yan, aahhh teruss Yan, aahh ..."

Desahan desahan terus meluncur dari mulut Rifin yang kemudian terdengar di telinga Tanka didalam gubuk sana, langsung membuka kedua matanya.

Tanka kedip-kedip kedua kelopak mata menghadap ke arah langit-langit gubuk sambil memperhatikan baik-baik suara apa itu, suara orang atau suara setan?

"Aahh ...Yan ... aaahhh ... aahhh"

Suara desahan Rifin semakin terdengar jelas di telinga Tanka kemudian Tanka mengintip secara pelan-pelan.

"Eh, mereka ngapain?" Tanka kaget melihat mereka berdua sedang telanjang berdua seperti itu, awalnya ingin langsung menengur tapi sengaja ia tahan mulutnya sendiri dan memperhatikan baik-baik apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan.

Lalu ...