7 Teman Hantuku

Hari itu Devan sangat ketakutan setelah ia mendapati kejanggalan saat ia mengecek laptopnya. Ia ingin segera pergi mengunjungi dukun yang ia cari sebelumnya lewat internet. Akhirnya, ia menelpon Ara dan meminta Ara untuk menemaninya pergi ke tempat dukun itu. Tetapi Ara menolaknya, Ara malah menyuruh Devan untuk pergi ke psikolog karena perbuatannya sudah sangat tidak masuk akal.

Tetapi Devan bersih keras untuk pergi ke tempat dukun itu. Dan ia pun pergi sendirian. Devan berkeliling memutari jalan di sekeliling mall dengan mobilnya untuk mencari alamat Dukun itu, tetapi ia tidak juga menemukannya. Di saat ia sudah mulai putus asa, ia baru saja mengingat bahwa ia sudah menyimpan nomor telepon Dukun tersebut.

"Oh iya, kan gue udah ngesave nomor nya, duh.. devan.. devan.. bodoh banget sih lo".

Akhirnya Devan menelpon dukun itu dan menanyakan dimana posisi sang dukun, kemudian dukun tersebut pun memberitahukan arah menuju tempat prakteknya. Dan tanpa sadar Devan melaju mobilnya begitu saja tanpa memperhatikan jalan, hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah rumah gubuk, dengan pepohonan rindang di sekitarnya.

"Loh gue baru tau ada rumah gubuk di sekitaran mall"

Devan turun dari mobilnya, ia benar - benar terkejut melihat keadaan sekitar, seolah ia telah dibawa ke dimensi lain. Saat Devan melihat - lihat sekeliling rumah itu, sang dukun keluar dari rumahnya. Dukun itu persis seperti kakek penjual es dogger yang sebelumnya dibeli oleh Tama sepulangnya dari bengkel.

"Selamat datang cucuku, mari silahkan masuk"

"Ah, terima kasih mbah"

Devan masuk ke dalam rumah dukun itu. Di dalam rumah dukun itu ada beberapa pusaka yang tergantung di tembok. Selain itu, di dalam rumah itu juga cukup gelap, padahal diluar matahari bersinar cerah.

"silahkan duduk cucuku"

"baik mbah"

Devan merasa sedikit takut, ia terus saja melihat sekeliling ruangan yang nampak gelap itu.

"Jangan takut cu, ceritakan permasalahanmu", Kata mbah dukun itu.

Kemudian Devan bercerita bahwa ia sering sekali melihat teman nya yang sudah meninggal, bahkan ia mendapatkan surat dari temannya yang sudah meninggal itu, tetapi entah mengapa setiap kali ia ingin menunjukannya pada temannya (Ara), semua yang berhubungan dengan temannya yang sudah meninggal, langsung menghilang begitu saja.

"Selain itu mbah, kemarin saya merasakan hal - hal aneh di kosan saya sendiri mbah".

Lalu dukun itu menatap wajah Devan.

"Dia memanglah temanmu, dia saat ini menjadi tawanan siluman ular, jadi dia belum bisa pergi ke alam baka"

"Hah,, kok bisa?"

Dukun itu menjelaskan bahwa Tama sebenarnya memang telah ditakdirkan untuk mengabdi pada siluman ular. Sejak ia mengambil sisik ular beberapa tahun yang lalu dari danau tempat tinggal siluman ular yang bernama Kirana.

Kemudian Devan mengingat kejadian itu, saat mereka SMA, mereka berdua dan teman - teman sekolah lainnya, bermain menjadi bajak laut. Permainan tersebut merupakan bagian dari game yang diadakan kakak OSIS mereka pada saat LDK OSIS. Hari itu mereka diberi sebuah peta harta karun, dan diminta untuk menemukan harta karun yang isinya adalah bendera sekolah. Yang berhasil mendapatkannya akan diberi hadiah oleh Ketua OSIS.

Semua murid sibuk mengikuti petunjuk yang ada di peta. Mereka menyusuri sawah, sungai dan perkebunan. Tetapi tim Tama, Devan, Ara dan Nadia tersesat di pinggir sebuah danau. Dan pada saat itu Devan menemukan sisik ular.

"Sisik apaan nih, ikan gurame kali ya", Kata Tama.

"Sapa yang miara gurame dimari Tama, lu ada - ada aja deh, mending kita cari jalan keluar buat balik ke pos 1", Kata Devan.

Tanpa disadari ternyata sisik tersebut adalah sisik milik Kirana, yang membawanya sebagai penerus Pak Udin Sarudin yang selama ini menjadi pelayan Siluman ular itu.

Setelah menceritakan semuanya, Dukun itu memberitahu Devan bahwa sebentar lagi ia akan memiliki kekuatan untuk melihat hantu. Kekuatan itu datangnya dari Tama, karena Tama selalu datang menemuinya.

"Waduh, gimana caranya supaya dia gak datang ke kosan saya mbah?", tanya Devan.

"Bakarlah lada di sekitar tempat tidurmu agar ia tidak bisa mendekatimu, dan taburkan garam di sekeliling kosan mu supaya dia tidak bisa masuk"

****

Hari itu malaikat pencabut nyawa, datang ke Villa untuk menemui Kirana. Dia ingin membawa Pak Udin Sarudin yang sudah selesai kontrak dengan Kirana. Pak Udin sudah 50tahun melayani Kirana.

Malaikat pencabut nyawa datang di iringi kabut hitam dan angin yang sangat kencang. Saat itu Tama dan Denok sedang main kartu di sebuah paviliun yang ada di dalam Villa.

"Apaan tuh?", Tanya Tama yang sedang terkejut.

"Oh itu, itu babang malaikat pencabut nyawa", jawab Denok.

"Haaahhh,,,?"

Tama langsung gemetaran karena ia takut akan dibawa oleh malaikat pencabut nyawa. Tetapi Denok menjelaskan bahwa malaikat pencabut nyawa datang bukan untuk membawanya, melainkan membawa Pak Udin. Karena kontrak kerja Pak Udin sudah berakhir.

Akhirnya mereka berdua, limbur dan Kirana, berkumpul untuk melepas kepergian Pak Udin Sarudin.

"Terima kasih Pak, anda sudah mengabdi pada saya begitu lama, sekarang saat nya anda beristirahat". Ucap Kirana.

"Sama - sama tuan putri, terima kasih telah menjaga saya dan cucu saya selama ini", Sambut Pak Udin.

Mereka semua memeluk Pak Udin secara bergantian. Pak Udin berpesan pada Tama untuk melakukan pekerjaannya dengan ikhlas. Karena tidak semua orang bisa diberi kesempatan untuk tetap tinggal di dunia ini lebih lama.

Akhirnya, Pak udin pun dibawa terbang oleh malaikat pencabut nyawa. Mereka semua pun bubar dan kembali ke kamarnya masing - masing. Tetapi Tama terus mengikuti Kirana dari belakang.

"Hmmmm... Putri...", panggil Tama.

"Tumben kau panggil aku Putri, pasti kau sedang ada maunya", kata Kirana.

"Hehe,, aku mau minta cuti ya, malam ini aja sampe besok"

"Haduh, yasudah lah, sana pergi"

"Yes!!!"

Tama bergegas untuk pergi ke kosan Devan. Ia ingin meminjam laptop Devan kembali. Sementara itu Devan sibuk menaburi garam di depan pintu rumahnya, lalu ia mempersiapkan sebuah mangkuk dari tanah liat, yang diberikan arang untuk membakar lada.

Tama telah sampai di depan kosan Devan, tidak sengaja ia menginjak garam yang sebelumnya di tabur oleh Devan.

"Adawwww,,"

Tama merasa kesakitaan saat menginjak garam, tetapi ia terus memaksa untuk masuk meski tidak bisa.

"Si Devan punya ilmu apa sih, kok gue gak bisa masuk, jangan-jangan dia beneran pergi ke dukun buat ngusir gue, temen macem apa lo Devan!!!"

Akhirnya Tama memutari kosan Devan dan mencoba masuk dari kamar kost sebelah Devan.

"Yuhuuu untung gue cumlaude,, cemerlang kan ide gue!!"

Tama pun masuk ke kamar Devan. Devan yang sedang berbaring di kasurnya mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Kemudian ia mulai melihat bayang - bayang Tama. Devan gemetar ketakutan lalu ia melemparkan lada ke dalam mangkuk tanah liat yang sudah ia persiapkan sebelumnya.

Tama merasa aneh dengan sikap Devan. Ia menduga bahwa Devan memang bisa melihatnya.

"Van, lo bisa liat gue? ini gue Tama".

Devan hanya terdiam dan tetap gemetaran. Ia membakar lada itu dan menyalakan kipas angin, lalu mengarahkan asapnya ke arah Tama.

"HWATCIIIMMMM... HWATCHIMMMM"

Tama pun bersin - bersin akibat serangan lada dari Devan. Tama sudah tidak tahan lagi dengan bau menyengat lada, ia pergi menjauh dari Devan.

"Akhirnya selamet gue,, Hatchimmm", kata Devan yang juga mulai bersin - bersin akibat menghirup bau lada yang ia bakar sendiri.

avataravatar
Next chapter