1 Pertemuan pertama

"Uuh ... lucunya anak Daddy, sini Sayang, sama Daddy," ucap Benny yang sedang bermain bersama Berlyn.

"Dacy, Berlyn mau ciat Mamoi ...," rengek Berlyn, dengan gaya bahasa yang belum begitu lancar. Ia berada di dalam gendongan papanya.

"Iya, Berlyn. Nanti sore kita ketemu sama Mommy ya. Mommy pasti senang lihat kamu udah pinter," sahut Benny sembari meneteskan air matanya.

Berlyn begitu bahagia bahkan ia tertawa lepas sampai membuat Benny yang sedang menangis hingga ia ikut-ikutan tersenyum melihat sang anak bisa bahagia.

Sudah dua tahun semenjak kematian istrinya bernama Arabella. Benny merawat Berlyn seorang diri tanpa adanya baby sitter. Ia hanya tidak ingin kehilangan anaknya setelah kehilangan istrinya. Sampai membuat Benny begitu posesif terhadap siapapun yang akan menggendong anaknya. Anaknya bernama Berlyn Delisa. Dia sengaja memberikan nama anaknya mirip dengan nama istrinya Arabella Delisa. Dirinya sebagai CEO namun Berlyn selalu di bawa kemana-mana bahkan ketempat kerja.

Seperti janjinya hari ini Benny akan kembali membawa Berlyn untuk bertemu sang Ibu meskipun mereka bertemu di dua alam yang berbeda.

Tiba di pemakaman.

Benny menatap makam Arabella dengan mata berkaca-kaca yang belum ikhlas dengan kepergian sang istri. Lalu ia berkata. "Baby, aku datang untukmu bersama Berlyn. Kau lihat dia sangat ... merindukanmu sama sepertiku."

Semenjak istrinya pergi. Ia sedikitpun tidak bisa untuk melupakannya bahkan hatinya sudah bersumpah tidak akan mau menikah lagi.

"Dacy, kok Mamoi belum bagu cuga ya? Beli mau pecuk Mamoi ...." Berlyn begitu merindukan sang Ibu hingga ia berkali-kali mengusapkan batu nisan sembari menangis.

Lalu Benny menggendong Berlyn untuk di bawa pergi dari makam itu karena ia juga tidak sanggup jika melihat anaknya menangis. Pergi dari pemakaman, namun Berlyn masih belum mau berhenti menangis hingga membuat Benny kebingungan.

Sampai akhirnya ia melihat ada seorang yang menjual es krim. Lalu Benny berniat untuk membelinya. Ia telah membeli dan langsung memberikan kepada anaknya. Sampai membuat sang anak sedikit tenang dan tidak lagi rewel.

Saat Benny ingin kembali kedalam mobil tiba-tiba ada seseorang yang sedang berlari hingga menabrak dirinya sampai membuat Berlyn kembali menangis karena es krimnya jatuh.

Huwaa ... Huwaa .... "Dacy, ucah jacuh." Tangis Berlyn sambil mengadu kepada Benny dan memeluknya.

Merasa kesal dengan orang yang sudah membuat anaknya kembali menangis. Dengan tatapan dingin dan kejam Benny menarik tangan wanita itu sedang khawatir berdiri di dekatnya.

"Kamu enggak punya otak ya! Kalau jalan itu yang bener! Mau lari-lari itu bukan di jalan! Kamu kira ini jalan milikmu sampai buat anakku nangis lagi!" geram Benny sembari menggenggam tangan wanita itu dengan kasar.

"Ma-maaf, maaf! Saya tidak sengaja. Saya lagi di kejar-kejar sama penagih hutang. Sekali lagi saya minta maaf. Nanti akan sa-"

Belum selesai wanita itu berbicara, ia sudah melihat beberapa orang yang sedang mengejarnya semakin dekat hingga wanita itu memutuskan untuk bersembunyi.

Benny melirik kearah wanita itu yang sedang bersembunyi lalu tiba-tiba tiga pria berbadan kekar sedang mendekatinya.

"Apa Anda melihat seorang wanita yang berlari lewat sini?" tanya orang tersebut.

Benny menggelengkan kepalanya. "Oh tentu tadi dia ke sebelah sana." Sambil menunjuk kearah lain.

"Baik terima kasih." Tiga pria itu langsung pergi kearah yang sedang ditunjukkan oleh Benny.

Tangisan Berlyn semakin kencang hingga membuat Benny untuk cepat-cepat pulang dan memberikan mainan. Saat itu wanita tersebut bersyukur dengan pria yang sudah mau menolongnya meskipun ia bersalah.

Bianca Maisy, gadis cantik berumur 24 tahun. Ia masih berstatus seorang mahasiswi namun, statusnya itu hanya berlaku bulan ini sebab di bulan depan untuk melanjutkan kembali pendidikan ia tidak memiliki uang untuk dapat membayar semester. Gadis malang itu telah bernasib sial sampai membuatnya harus dikejar-kejar oleh penagih hutang padahal itu hutang dari orangtuanya yang telah lama meninggal.

"Piuh ... untung aja pria itu mau nolongin aku. Kalau enggak bisa habis deh kalau mereka temui aku entah apa jadinya. Tapi, pria itu tampan banget cuma ... dia lebih menyeramkan daripada singa," ucap Bianca sembari mengusap dadanya juga memikirkan Benny.

Hatinya lega telah bisa kabur dari orang-orang yang mengejarnya itu. Tapi, malangnya ia sudah tidak mempunyai tempat tinggal hingga membuatnya harus berjalan kaki tanpa tahu arah. Saat dirinya sedang berjalan tiba-tiba tit ... tit .... Suara klakson mobil membuatnya terkejut.

Seorang pria keluar dari mobilnya diikuti oleh gadis seksi. Mereka langsung berjalan mendekati Bianca.

"Bianca, kamu ngapain di sini?" tanya Rey Robinson kebingungan melihat temannya.

"Oh anu aku lagi jalan-jalan aja kok. Kalian berdua abis kencan ya?" sahut Bianca berbohong sembari bertanya.

"Jalan-jalan? Kok jalan-jalan pakai bawa tas sebesar itu? Sini aku lihat isi tasnya," timpal Vivian sambil mendekati Bianca.

Bianca menggelengkan kepalanya, ia berbohong hanya tidak ingin menyusahkan orang lain. Namun, Vivian terus memaksa sampai merebut tas itu dengan kasar. Hingga akhirnya akhirnya Vivian membuka tas yang berisikan pakaian.

"Kamu habis di usir ya dari rumah kecil itu? Duh ... kasian banget ya," ejek Vivian sembari memperlihatkan raut wajah sedih namun, dengan menahan senyumnya.

Bianca mengambil kembali tasnya namun, saat itu juga Rey mengandeng tangan Bianca lalu membawa masuk kedalam mobilnya. Melihat tindakan itu Vivian kesal sampai menghentakkan kakinya.

Dasar! Bianca selalu saja lebih di utamakan oleh pacarku. Bahkan Rey membawa masuk gadis itu tanpa berkata apapun padaku, batin Vivian sambil mengepalkan tangannya.

Di dalam mobil. Bianca menundukkan kepalanya saat menatap raut wajah Vivian yang begitu kesal. Tapi, saat itu juga Rey sedang melirik kearahnya.

"Oh ya, Bianca. Aku dengar kamu udah berhenti kuliah ya? Kok berhenti segala kan kasian," ucap Rey sembari terus mengemudikan mobilnya.

"Aku enggak punya uang buat lanjut lagi, Rey. Lagian lebih baik aku cari kerja aja," sahut Bianca.

"Oh ya sudah kalau begitu aku bakalan rekomendasikan kamu buat bisa masuk ke perusahaan kakak dari temanku. Orangnya baik loh jadi mungkin kamu bisa masuk kesana. Jadi nanti siapkan dirimu dan sekarang kita ke rumah barumu," ucap Rey sembari tersenyum manis.

"Makasih banget, Rey. Kamu baik banget selama ini sama aku. Suatu saat aku pasti bakal balas semua kebaikanmu." Bianca merasa lega setelah mendengar bahwa ia akan mendapatkan tempat tinggal.

Rey membalas dengan senyuman. Andai kamu tahu, Bianca. Aku hanya ingin melihatmu bahagia meskipun dulu kamu pernah menolak cintaku tapi, aku tidak marah. Bahkan aku ingin selalu dekat denganmu walaupun kamu hanya menganggap ku sebagai teman, batin.

Rey terus tersenyum sendirian sampai membuat Vivian kesal. Duh ... dasar gatel! Enak banget Rey main kasih-kasih tempat tinggal buat Bianca. Padahal pacarnya aku, batinnya.

avataravatar
Next chapter