webnovel

Bertamu Tengah Malam

Lelaki berumur seperempat abad lebih itu terus berpacu dikeramaian lalu lintas kota. Hari yang mulai gelap membuatnya menambah kecepatan. Untung saja motor kesayangannya sangat loyal, jarang sekali rewel. Ia tersenyum, kontras dengan insiden yang baru saja terjadi. Matanya menatap lurus ke sebuah rumah bergaya joglo, sangat menarik perhatian. Laju kendaraan ia perlambat dan perlahan mulai menepi memasuki halaman rumah yang nampak damai.

Tok Tok Tok

"Assalaamualaikum."

Pintu kayu penuh ukiran indah terbuka perlahan. Dibaliknya menyembul seseorang nampak tersenyum canggung.

"Cari siapa, mas?"

"..."

"Saya juga baru pindah dari planet sebelah, soalnya. Jadi belum banyak tahu penduduk bumi."

Arsen Lingga menatap tanpa ekspresi makhluk di depannya, seolah maklum dan terbiasa dengan situasi tersebut.

"Minggir, kebelet kencing nih." Ujarnya sembari menyeret satu koper dan sebuah ransel besar di pundak.

"Bangke. sekali-kali kek diladenin, kaku amat BF akyuh."

Abisatya mengamati gerak gerik Arsen. Rahangnya hampir saja jatuh jika ia tidak menyandung kaki meja. Memang Arsen mengatakan bahwa akan menginap beberapa hari di rumahnya. Tapi buat apa membawa koper besar itu?

Selama ini Arsen memang tinggal dengan kedua orang tuanya, meskipun sudah memiliki pekerjaan. Bekerja di kantor milik ayahnya yang membuat ia tak perlu repot-repot mencari tempat tinggal baru. Pikiran Abistya membuat segala praduga sistematis yang tersusun diotaknya. Pertama, sahabatnya memang sengaja pindah rumah untuk mencari pengalaman bagaimana rasanya pergi kerja pagi buta seperti dikejar-kejar waktu. Kedua, ia diusir dari rumahnya karena menolak menikah perjodohan orang tuanya. Dan... alasan terakhir ia kabur dari rumah.

"Eh, kamu ngapain bawa koper besar gitu?" Abisatya terduduk memegangi jempol kaki, masih berdenyut nyeri.

Yang ditanya hanya menyugar rambut kecokelatan. Tidak berniat menjawab, hanya merebahkan diri dan membuka komik yang tergeletak asal di atas meja.

"Ceritanya panjang sebenarnya. Nanti lah aku ceritain," Arsen menatap wajah sahabatnya yang nampak khawatir. "intinya, aku keluar dari kerjaan. Ayah marah dan kami cekcok akhirnya...Ya udah, aku memutuskan untuk keluar rumah. Toh emang diusir."

Abisatya menghembuskan nafas berat. Ia tahu akar masalah ini. Ia sudah menduga, Arsen sudah tidak betah, ingin mengakhiri segalanya dan memulai lembaran baru. Abistya tidak menimpali. Tak nafsu lagi untuk meledek atau melemparkan lelucon jahil. Ia meraih remot TV untuk meminimalisir atmosfer suram yang menyerang tiba-tiba.

~Baling-baling bambuuuu. Doraeeeemonnnn....

"Tengah malam gini... kamu nonton doraemon?"

"..."

Next chapter