webnovel

Tak Ingin Mencintaimu Lagi

Biru adalah nama seorang gadis. Dia diberikan nama itu karena warna matanya yang biru, tidak sama dengan mata orang lain dikotanya. Suatu hari, pangeran kedua yang rupawan datang ke perguruan bela diri tempat dia tinggal untuk merekrut beberapa prajurit spesial. Biru jatuh cinta pada pandangan pertama, dia bertekad untuk bisa terpilih, dan dia berhasil. Biru yang dibutakan oleh cinta rela melakukan apa saja yang diinginkan oleh pangeran agar dirinya bisa dicintai, namun akhirnya dirinya malah mati ditangan pangeran kedua. Setelah mati Biru ternyata kembali kemasa beberapa tahun sebelum dia bertemu pangeran, di hidupnya kali ini Biru bertekad tak akan mencintai pangeran kedua lagi.

salsa_billa · History
Not enough ratings
71 Chs

kembali

Seorang gadis terbaring diatas tempat tidur kayu beralaskan kain abu-abu. Dari celah jendela kayu, menerobos cahaya matahari pagi menerangi ruangan yang gelap.

Mata yang tertutup itu tebuka perlahan. Ketika matanya terbuka bola mata berwarna biru seperti langit yang cerah terlihat, dia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengusir kabut yang tersisa dimatanya.

Gadis itu masih linglung dan bingung dengan keadaannya saat ini. Sejauh yang dia ingat dia baru saja mati karena terpaksa meminum racun, gadis itu menyentuh lehernya, dia seperti masih bisa merasakan rasa sakit yang membakar tenggorokannya dan menghancurkan organ dalamnya, hingga membusuk dan hancur perlahan-lahan. Rasa sakitnya begitu mengerikan, kematian yang lebih kejam dan mengerikan dari pada ditusuk pedang.

Pria itu orang yang dicintainya dengan segenap jiwa dan raganya, dia lah penyebab kematiannya. Hanya demi gadis bermuka dua pria itu tega mengambil nyawanya, orang yang sudah setia melayaninya selama bertahun-tahun.

"Mengapa kau begitu kejam padaku, apa kurangnya pengorbananku selama ini padamu?" ratapnya, air mata mengalir deras membasahi kain dibawahnya.

Air matanya menyadarkannya kalau dia belum mati, apakah jangan-jangan semua yang dia alami tadi hanyalah mimpi?. Tidak, semuanya terlalu nyata untuk bisa disebut sebuah mimpi. Tapi kenapa dia bisa ada di sini, bukankah tadi dia sudah mati?.

Kalau dia sudah mati lalu mengapa dia bisa berada di tempat ini?. Setidaknya dia yakin kalau ruangan ini bukan alam baka, karena ruangan ini adalah kamar tidurnya tempat dia tinggal selama sepuluh tahun.

Ruangan ini dia sangat mengenalnya, semua barang dan perabotan itu adalah miliknya, sebelum dirinya pindah ke istana untuk menjadi orangnya pangeran kedua.

Suara ketukan dipintu mengagetkan gadis itu, dan membuyarkan lamunannya.

Suara seorang pria muda terdengar "Biru bangun!, cepat bangun pemalas. Sekarang sudah tiba waktunya latihan"

"Guru bilang kalau hari ini kamu membolos lagi, kamu tidak akan diberikan sarapan"

"Sudah jangan perdulikan dia lagi, biarkan saja dia tidak dapat makanan"

"Itu benar Kak, yang penting kita sudah membangun kannya seperti perintah guru"

Para pemuda itu melangkah pergi sambil menggerutu.

"Dasar pemalas. Mentang-mentang anak kesayangan guru, dia jadi bertindak seenaknya"

"Benar, guru sungguh tidak adil. Lihat saja kamar yang ditempatinya itu, kan seharusnya untuk tiga orang, tapi guru malah memberikannya untuk Biru secara pribadi"

Gadis itu hanya mendengarkan pembicaraan mereka tanpa sekalipun bersuara. Teman-temannya memang selalu merasa iri melihat perlakuan gurunya kepada Biru yang di nilai pilih kasih.

Sebenarnya pria itu selalu bersikap adil terhadap semua muridnya termasuk kepada Biru, kecuali tentang masalah penempatan kamar tidur. Tentu saja itu karena mereka semua tidak tahu alasan kenapa guru mereka memberikan kamar ini hanya untuk di tempati Biru, bukan karena sikapnya yang tidak adil tapi karena Biru adalah seorang gadis. Bagaimana mungkin guru membiarkan anak laki-laki tidur satu kamar bersama dengan Biru padahal dia adalah seorang gadis.

Setelah orang-orang itu pergi gadis yang bernama Biru itu menyadari sesuatu, kalau hal ini adalah hal yang pernah didengarnya dimasa lalu. Anak-anak yang ada di luar tadi adalah temannya sesama murid, mereka diperintahkan oleh gurunya untuk membangunkannya karena hari ini akan diadakan latihan terakhir sebelum ujian tahunan besok.

Setiap akhir tahun akan diadakan ujian untuk para murid yang ada di perguruan bela diri ini untuk melihat seberapa besar kemajuan dan perkembangan para murid, bagi murid yang mendapatkan nilai bagus maka mereka akan mendapatkan hadiah dari guru, dan bagi yang nilainya paling buruk mereka juga akan mendapatkan hukuman.

Tiba-tiba jantungnya berdegub dengan kencang karena sebuah pemikiran konyol muncul begitu saja dikepalanya

"Jangan-jangan aku kembali ke masa lalu, tapi itu tidak mungkin, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?"

Untuk membuktikan dugaannya Biru bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka, dan bergegas pergi keluar setelah berganti pakaian. Pada saat berganti pakaian ke seragam, gadis itu memperhatikan tubuhnya yang ternyata lebih kecil dari yang diingatnya, namun hal ini masih belum bisa meyakinkan kecurigaannya.

Setelah berganti pakaian Biru tak lupa mengikat rambutnya ke atas menyerupai murid laki-laki di sini lalu bergegas ke lapangan latihan, di sepanjang perjalanan gadis itu melihat kesibukan beberapa orang yang tengah membangun sebuah panggung. Panggung ini biasanya hanya di bangun setiap ada acara khusus saja seperti ujian tahunan.

Begitu sampai di lapangan sudah ada banyak anak yang berkumpul disana, gadis itu perlahan mendekati mereka. Saat melihat Biru semakin dekat anak-anak itu mulai berbisik.

"Ternyata dia datang juga ya?"

"Kudengar senior Wang yang memanggilnya secara langsung"

"Benarkah?, bukannya senior tidak suka pada Biru"

"Guru yang memberinya perintah bagaimana mungkin dia berani menolak".

" Ku dengar guru bilang tidak akan memberi dia makan kalau dia berani tidak datang untuk latihan hari ini"

"Oh... jadi itu alasannya, pantas"

"Aku heran kenapa sih anak malas seperti dia tidak di keluarkan saja dari sini? mengganggu kita saja"

Gadis itu memandangi mereka yang sedang berbisik membicarakan dirinya. Dia tidak marah mendengar apa yang mereka katakan, kalau dulu pasti Biru akan langsung melompat untuk memukuli mereka. Mungkin karena dia sudah pernah mendengar penghinaan yang jauh lebih kejam dari yang mereka katakan, sehingga perkataan mereka malah terdengar seperti hal yang biasa saja.

Di pandanginya anak-anak yang ada di depannya, itu adalah wajah-wajah yang dia kenal hanya saja mereka jauh lebih muda dari yang dia ingat.

Ternyata dia benar-benar kembali ke masa lalu, sepuluh tahun sebelum dia mati. Itu artinya masih ada dua tahun sebelum pangeran kedua datang ke tempat ini dan dua tahun sebelum dia jatuh cinta kepada wajah tampan pria itu.

Biru meraba lehernya untuk menemukan kalung hijau miliknya, dia ingat tepat sebelum dia mati kalung itu bersinar di bawah pakaiannya. Gadis itu tidak tahu kenapa kalung itu bersinar, karena hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Mungkinkah kalung misteriusnya yang membawanya kembali?. Dia bahkan tidak tahu dari mana kalung ini berasal, yang jelas dirinya sudah memakai kalung itu semenjak dirinya masih kecil.

Kalung itu sudah ada di sana sejak dia mulai bisa mengingat. Baginya kalung itu bukan kalung biasa, benda itu satu-satunya benda yang mungkin bisa mengungkap tentang asal-usulnya.

Halo ~ ini adalah novel tentang kelahiran kembali, aku baru pertama kali menulis cerita yang seperti ini.

Semoga teman-teman suka, jangan lupa dukungannya ya.

salsa_billacreators' thoughts