1 PROLOG DESEMBER

Desember.....

Rintik hujan turun begitu lambat hingga menyentuh di sela-sela jalanku

Seperti butiran hujan yang turun di batas kerinduanku

Angin sepoi-sepoi membangun di rasaku

Tatkala badai di tangis petir

Berombak beradu pikir

Aku berdiri tinggalkan kesan

Saat semua tak pernah kau mengerti

Ingin kau mengukir lagi?

Ah sudahlah….lupakan saja…

Lebih baik begini, lebih baik begitu

Emas, mutiara ataukah berlian?

Untuk apa?

buat siapa?

Ah sudahlah….berikan saja

Pergi aku ke kafe itu pada bulan Desember

Mencari cara,

mencari apa yang kau mau…....

Kulihat jalanan pada malam itu sungguh ramai bahkan mataku seakan-akan tertuju hanya pada sebuah rasa yang ada, namun ku tak tahu pasti seperti apa merekahnya, yang jelas ku sudah merasakan damba yang begitu hadir seketika-tika saja.

"Mungkinkah dirimu?."

Disela-sela jalan ku terbayang akan seperti apa nantinya, mungkinkah rasa ini?.

"Berdegup-degup rasa ini."

Tiba-tiba saja seperti ku melihat sesuatu, sehingga membuat mataku terbayang-bayang akan sebuah kehadiran yang nyata, walau diriku sekarang masih di jalanan namun getar-getar serasa telah ada.

"Apakah mungkin ku telah terbangkitkan rasaku?."

Ya mungkin saja, namun ku tak tahu pasti akan seperti apa bilamana nanti ku jumpa dirimu, menatap dirimu, memandangimu dengan penuh hasrat yang begitu bersemangat, sehingga ku pergi ke Kafe Damba itu, kiranya..., seperti ku melihat seseorang yang pernah kukenal.

avataravatar
Next chapter