webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantasy
Not enough ratings
92 Chs

Sedikit Agresif

Orion turun untuk makan malam, namun belum waktunya untuk makan malam. Elizabeth sedang mempersiapkan makan malam bersama para gadis, Orion menolong para laki-laki untuk menata meja makan.

"Orion, ku dengar dari Gabriella. Bahwa kau terluka, kenapa?" Alvin yang sedang menata piring bertanya.

"Gabriella? Ah, ya. Aku mendapat beberapa goresan di tubuh ku" Orion mengangguk, dia paham kenapa kabar itu bisa sampai ke Gabriella

"Kenapa?" Dale bergabung dalam pembicaraan.

"Karena aku berhadapan dengan beberapa ekor serigala raksasa, hehehehe…." Orion terkekeh sambil mengusap kepalanya.

"..." Alvin, Dale dan Glen yang ada di sana terdiam.

"Eee….Senior?"

"Serigala raksasa?" Alvin kembali bertanya.

"Ya"

"Berapa ekor?"

"Pertama hanya 1, tapi karena aku lengah. Serigala itu mengeluarkan lolongan yang memanggil 4 temannya dan karena itu, aku menghabisi mereka"

"..." Mereka bertiga masih terdiam.

"Senior, apa ada yang salah?"

"Aku sangat tertarik untuk mendengar apa yang terjadi, apa kau tidak keberatan?" Alvin berkata.

Orion pun memberitahu apa yang terjadi, dia hanya memberitahu tentang pertarungannya dengan serigala raksasa. Mereka bertiga hanya diam mendengarkan, tampak jelas bahwa mereka sangat antusias mendengar itu.

"Aku tidak bisa berkata-kata, Orion. Itu sangat hebat, sungguh" Alvin berkata.

"Ya, aku juga setuju" Glen mengangguk.

"Begitu pun dengan ku" Dale menambahkan.

"Memangnya, apa yang hebat dari itu? Aku sudah menjelaskan cara ku mengalahkan mereka, aku tidak menerjang mereka. Aku hanya melawan mereka satu persatu, aku yakin orang lain juga bisa"

"Mungkin kau benar, Orion. Bahwa orang lain bisa, tapi tidak kebanyakan murid akademi bisa melakukan apa yang kau lakukan sekarang" Dale berkata.

"Dale benar, bahkan cukup banyak murid tahun ke-6 yang tidak pernah mengalami pertarungan langsung seperti mu. Meski aku dan Dale tidak termasuk, kami memiliki sedikit pengalaman"

"Oh, kalau begitu. Tingkatan kami berbeda dari kebanyakan orang, begitu?"

"Kurasa begitu, karena pengalaman langsung itulah yang memperlihatkan perbedaan dalam seseorang menggunakan kekuatan serta kemampuannya. Tapi, kenapa "Kami"?" Alvin melihat Orion dengan bingung.

"Tentu saja kami yang ku maksud itu adalah aku, Kiara dan Kiana"

"Eh?" Dale terkejut.

"Mereka berdua?" Glen juga sama terkejutnya.

"Ya, begitulah" Orion mengangguk.

"Aku juga bisa merasakan adanya berbedaan antara mereka dengan gadis-gadis pada umumnya, tapi aku tetap terkejut" Alvin berkata.

"Terkejut tentang apa?" Meliodas muncul di belakang Alvin.

"Ah, tuan Meliodas. Kau pasti akan terkejut dengan apa yang di lalui oleh Orion hari ini" Alvin berkata sambil melihat ke Meliodas.

"Aku jadi penasaran, memangnya apa yang terjadi?" Meliodas bergabung duduk dengan mereka.

Alvin, Dale dan Glen menjelaskan apa yang terjadi. Meliodas yang awalnya hanya berekspresi normal saja, perlahan menampakkan keterkejutannya. Ditambah fakta bahwa tingkatan kekuatan Orion dengan serigala raksasa itu cukup jauh secara Rank.

Setelah beberapa waktu, akhirnya waktu makan malam tiba. Semuanya mulai makan, Meliodas melihat ke Ellina yang sedang menikmati makannya dan melihat ke Orion yang juga sedang menikmati makannya juga.

"Ellina sayang, kau tahu. Bahwa Orion mengalahkan 5 ekor serigala raksasa" Meliodas berkata sambil melihat ke Ellina, perkataannya itu membuat Ellina dan Orion menghentikan gerakkan sendok mereka.

'Apa yang di lakukan tuan Meliodas?'Orion melihat ke Meliodas dengan bingung, Meliodas tersenyum membalas tatapan Orion.

"Ya, aku sudah tahu. Jadi?" Ellina menjawab, bisa di lihat dan di dengar bahwa dia sangat tidak ingin membahas apapun yang berhubungan dengan Orion.

"Bukankah itu hebat? Bagaimana menurut mu?"

"Itu biasa saja, aku bisa melakukannya bahkan dengan menutup mata dan 1 tangan terikat di belakang ku ditambah tanpa senjata" Ellina berkata sambil menatap dingin Orion.

'Eh, apa-apaan tatapannya itu. Kenapa dia malah menghina ku?'

"Wah, putri ku memang hebat. Tapi, bukankah itu juga masih pantas untuk di puji? Mungkin saja dalam waktu dekat, dia bisa menyaingi mu"

"Selain kami para 10 Takhta, masih banyak murid-murid kuat lainnya. Aku ragu dia bisa bersaing dengan mereka" Ellina menatap ayahnya.

"Kalau soal itu, ayah tidak tahu. Semua tergantung Orion, bahkan Grand master mengakuinya"

"Pengakuan dari 1 orang tidak bisa membuat seseorang menjadi hebat begitu saja"

"Kenapa kau begitu menentang Orion, Ellina?"

"…." Ellina diam sesaat.

"Bukan apa-apa, itu hanyalah respon wajar dari ku" Ellina mengangkat bahunya.

Jawaban Ellina itu menghentikan pembicaraan itu, semuanya kembali makan hingga selesai. Semuanya berkumpul di sofa. Karena Alvin dan Ellina memiliki hal yang ingin mereka beritahu kepada yang lainnya, Alvin pun mulai berbicara.

"Sebenarnya kami tidak di perbolehkan untuk memberitahukan ini kepada siapapun, karena itu masih rencana dan karena itu masih di pertanyakan kehadirannya. Tapi aku dan Ellina sepakat untuk memberitahu kalian, agar kalian berjaga-jaga…."

"Dalam beberapa bulan lagi, akan ada sesuatu yang baru dalam akademi ini. Yaitu, sistem Unity" Alvin melihat ke yang lainnya.

"Unity? Apa itu, Alvin?" Starla bertanya.

"Untuk penjelasannya, akan ku serahkan kepada Ellina. Karena aku tidak terlalu pandai dalam menjelaskan sesuatu dan aku juga tidak terlalu mendengarkan ketika itu di bahas. Hehehe…" Alvin mengusap kepalanya.

"Hah, baiklah senior…" Ellina menghela nafas sambil menggeleng.

"Mungkin aku tidak akan menjelaskannya secara lengkap, karena mau bagaimana pun itu. Unity ini masih harus di bahas lebih lanjut, jadi aku akan menjelaskan maksud utamanya saja…"

"Unity adalah Organisasi yang di isi oleh murid akademi, organisasi itu di bentuk dan di pimpin oleh murid yang terpilih. Karena kami adalah 10 Takhta, maka kami juga sebagai pemimpin Unity yang sudah pasti"

"Ellina, Siapa yang di maksud sebagai murid terpilih itu?" Kiara mengangkat tangannya.

"Murid-murid terpilih adalah murid-murid yang di seleksi berdasarkan banyak penilaian, murid-murid ini nantinya akan di hadapi oleh ujian untuk menjadi pemimpin sebuah Unity. Singkatnya, murid terpilih adalah murid yang lulus dari seleksi itu"

"Jadi, bukan sembarang orang yang bisa menjadi pemimpin Unity. Begitu, kan?" Orion melihat ke Alvin.

"Ya, untuk saat ini begitu" Alvin mengangguk.

"Lalu senior, bagaimana dengan pemilihan anggotanya. Apa juga pilih lewat seleksi atau pemimpin Unity bebas memilih anggota mereka masing-masing?" Orion kembali bertanya.

"Untuk saat ini, anggotanya akan bebas di pilih. Tapi kau cukup aneh, Orion"

"Aneh, apanya?" Orion terlihat bingung.

"Padahal Ellina yang menjelaskan, tapi kau malah bertanya pada ku"

"Oh, aku hanya merasa. Bahwa Ellina akan benar-benar senang dan bersemangat jika aku bertanya padanya, makanya aku tidak melakukan itu untuk kebaikan Ellina sendiri" Orion melirik Ellina.

Ellina terlihat kesal ketika Orion mengatakan itu, namun Orion hanya memunculkan senyumnya yang terlihat licik. Ellina semakin kesal, dia pun memutuskan untuk tidak menanggapi lebih jauh.

"Apa senior-Alvin dan Ellina sudah memilih anggota untuk Unity masing-masing?" Kiana melihat mereka berdua.

"Kalau soal itu, sebenarnya aku memiliki beberapa orang yang ingin ajak. Tapi itu hanya rencana, karena Unity ini masih harus di tinjau lebih jauh" Alvin berkata.

"Kalau aku belum memiliki rencana, tapi aku ingin mengajak kalian. Apa kalian mau bergabung dengan Unity ku nanti?"

"Aku akan senang jika kau mau mengajak ku, terima kasih Ellina" Kiana tersenyum kepada Ellina.

"Tentu saja aku juga mengajak Kiara" Ellina melihat ke Kiara.

"Kiara juga senang dengan ajakan Ellina"

Orion tersenyum melihat bagaimana Kiara dan Kiana bisa dengan baik berteman dengan gadis lainnya, dia awalnya sedikit khawatir bahwa mereka akan menutup diri dan terus menempel pada dirinya.

Bukan berarti dia tidak ingin kedua kekasihnya itu bergantung pada dirinya, tapi dia ingin mereka untuk mandiri dan bisa berteman dengan banyak orang-orang.

Orion berpamit dengan semuanya dan pergi ke kamarnya, dia merasa sedikit mengantuk meski waktu normalnya untuk tidur masih cukup lama. Orion masuk ke kamarnya dan langsung berbaring, kemudian menutup matanya.

...

TOK TOK TOK

Orion yang masih terlelap dalam tidurnya, terpaksa terbangung oleh suara ketukan di pintunya. Orion duduk di tempat tidurnya, masih setengah sadar. Namun suara ketukan pintu itu kembali mengembalikan kesadarannya.

SRET

"Iya, ada apa?" Orion berkata sambil membuka pintu.

Kiana berdiri di depan pintu Orion, sama seperti Orion. Terlihat baru bangun dengan piyama yang menutupi tubuhnya dan rambut yang terlihat sedikit berantakan, dia menatap Orion.

"Maaf membangunkan mu, Orion" Kiana berkata sambil menyatukan tangannya.

"Tidak masalah, memangnya ada apa?"

"Ku pikir, sudah saatnya untuk mengganti perban mu"

"Perban? Aku benar-benar melupakan itu"

"Kalau kau tidak keberatan, aku ingin mengganti perban mu"

"Tentu, aku tidak keberatan. Masuklah" Orion membuka pintu kamarnya lebih lebar hingga Kiana bisa masuk.

Orion duduk di lantai bersama dengan Kiana, Kiana mengeluarkan beberapa gulung perban dari saku bajunya. Orion pun langsung membuka pakaiannya agar Kiana bisa langsung melepas perban itu dan menggantinya.

"Kiana, kenapa kau melakukan ini?" Orion bertanya di sela-sela Kiana sedang melepas perban di tubuhnya.

"Tentang apa?"

"Ya, tentang kenapa kau melakukannya sekarang. Kenapa tidak nanti pagi saja?"

"Karena aku takut nanti bisa infeksi dan itu hanya akan menyulitkan mu, Orion"

"Infeksi? Setidaknya aku bisa menggunakan perban yang sama selama 24 jam"

"Aku tahu itu, tapi aku hanya khawatir. Apa aku tidak boleh khawatir kepada kekasih ku?" Kiara menatap Orion.

Karena Kiana yang sedang melepaskan perban pada tubuh Orion, maka tubuh mereka sangat dekat dan begitu juga wajah mereka. Mereka bisa melihat kedalam mata satu sama lainnya, mendadak mereka langsung merona dan memalingkan wajah bersamaan.

'Astaga, kenapa aku jadi gugup begini. Padahal aku sudah pernah menciumnya dan kenapa pula aku jadi seperti anak-anak yang baru berhadapan dengan seorang gadis?' Orion mencoba untuk kembali tenang.

'Kenapa aku tiba-tiba saja gugup? Padalah kami sudah pernah berciuman, bukankah itu harusnya membuat kami jadi lebih mudah untuk berdekatan?' Kiana juga mencoba untuk kembali tenang.

"Tidak, Kiana. Tidak ada salahnya jika kau mengkhawatirkan ku, justru aku senang karena kau khawatir dan peduli kepada ku. Terima kasih" Orion tersenyum kepada Kiana.

"Ti-tidak perlu berterima kasih, kau aneh" Kiana kembali merasa gugup, namun dia bisa kembali tenang.

"Ya, aku memang aneh" Orion terkekeh.

Kiana sudah selesai melepaskan semua perban di tubuh Orion, namun dia terkejut. Karena seluruh luka yang ada pada Orion sudah sembuh tanpa bekas, bahkan bekas jahitan pun juga sudah lenyap.

"Sepertinya kau memiliki tingkat penyembuhan yang cukup hebat dan itu bertambah besar karena ramuan peningkatan pemulihan itu, bahkan ini terlihat tidak tersentuh sama sekali sekarang" Kiana mengusap bekas yang sebelumnya terdapat luka Orion.

"Sepertinya begitu, aku juga tidak menyangka ini"

"Hah, kalau begini jadinya. Aku tidak akan repot-repot bangun, tapi syukurlah jika benar-benar sudah sembuh" Kiana tersenyum kepada Orion.

"Terima kasih, Kiana"

"Hah? Kenapa kau malah berterima kasih? Aku tidak melakukan apapun" Kiana melihat Orion dengan aneh.

"Tapi kau mau bangun dari tidur mu malam-malam begini, hanya untuk mengganti perban ku. Aku sangat menghargai niat mu itu"

"Kalau memang begitu, apakah Orion mau memberikan hadiah kepada ku?"

"Jika kau mau, katakan. Aku akan berusaha untuk memenuhi itu"

"Ka-kalau begitu..."

"Aku ingin ti-tidur bersama mu sekarang, boleh? H-hanya untuk malam ini saja" Kiana mengangkat 1 jarinya.

"Tentu, ayo" Orion berdiri, dia kembali memasang pakaiannya.

Kiana merapikan beberapa peralatan kecilnya dan meletakkan itu di meja Orion, sekarang dia merasa gugup. Padahal baginya awalnya itu tidak akan terasa sulit, tapi semuanya tidak berjalan seperti perkiraannya. Dia merasa gugup.

"Kiana, ada apa?" Orion yang sudah berbaring melihat ke Kiana.

"A-aku hanya sedikit gugup saja"

"Gugup, kenapa? Kemarilah, aku tidak akan menggigit...." Orion tersenyum tipis.

"Tapi karena kau terlalu manis, bisa saja aku akan menggigit mu. Jadi aku akan menahan diri, aku berjanji"

"....." Kiana mengangguk.

Dia pun mendekat ke kasur Orion dan mulai berbaring di sana, karena ukuran kasur yang tidak begitu besar. Membuat jarak di antara mereka juga tidak begitu besar, bahkan mereka harus memiringkan tubuh masing-masing agar bisa cukup.

'Ah, aku gugup!!!'

'Hanya Anna yang biasanya tidur dengan ku dan itu pun dia lakukan dengan diam-diam, tapi situasi ini berbeda. Aku belum pernah sejauh ini dengan Kiana, apa ini akan baik-baik saja? Aku hanya bisa mendengar suara jantung ku saja, apa detak jantung ku terdengar olehnya?' Orion melihat ke kepala Kiana.

'Se-sekarang aku tidur bersama Orion, aku sangat gugup serta gembira...'

'Tapi, apa yang akan terjadi? Apa setelah ini aku akan hamil dan memiliki bayi?' Imajinasi Kiana tiba-tiba menggila, itu membuat wajahnya menjadi lebih merah.

'Nama, kami harus memikirkan nama. Tapi apa nanti itu perempuan atau laki-laki? Bagaimana jika kembar? Akan mirip siapa nanti bayi itu? Mirip diriku atau Orion? Apa yang akan menjadi panggilan kami, papa dan mama atau ayah dan ibu...'

'Atau ada yang lainnya?' Pikiran Kiana semakin menggila.

"Ki-kiana" Orion berkata di belakangnya dan itu membuat Kiana kembali sadar.

"Y-ya?"

"Bo-bolehkah aku memeluk mu?"

"Me-me-memeluk ku?"

"Ya"

"Bo-boleh" Kiana mengangguk.

"...." Keheningan terjadi sesaat.

TAP

Tangan Orion berada di perut Kiana, Kiana bergedik karena sekarang dia merasa lebih gembira. Kiana bisa merasakan tangan Orion yang hangat, dia meletakkan tangannya di atas tangan Orion itu dan menggeser tubuhnya untuk mendekati Orion lebih dekat.

Karena Kiana yang sudah menempel pada dirinya, Orion pun memeluk Kiana lebih erat. Kiana langsung berbalik dan memeluk Orion, mereka pun saling berpelukan.

"Orion, apa sekarang. Aku hamil?" Kiana menatap Orion dengan wajahnya yang polos itu.

"Ha-hamil?" Orion terkejut dengan pertanyaan itu.

"Ya, bukankah itu yang terjadi. Jika 2 orang yang saling menyukai berada di kasur?"

"Y-ya, kurang lebih begitu. Tapi itu akan terjadi jika mereka melakukan "Itu""

"Itu?"

"Sex"

"S-sex, maksud mu. Penjelasan yang dulu pernah kita pelajari dari paman Sol dan bibi May?"

"Ya, bukankah semua sudah di jelaskan ketika itu, apa kau tidak mengingatnya?" Orion mengangguk.

"A-aku tertidur di pelajaran itu, hehehe..." Kiana terkekeh sambil mengusap kepalanya.

"Aku hanya mendengarkan ketika di bagian 2 orang yang berada dalam 1 ranjang saja"

"Lupakan saja, tapi yang penting. Kau tidak akan hamil atau apapun itu, jika kita hanya tidur seperti ini saja" Orion tersenyum menatap Kiana.

CUP

Kiana mencium Orion, Orion sedikit terkejut dan menikmati itu. Kiana hendak menarik dirinya dari Orion, namun Orion menahan kepalanya dan kembali mencium Kiana. Orion memberikan ciuman yang lebih agresif, itu membuat perasaan aneh muncul pada diri mereka berdua.

'Gawat!!!' Orion langsung melepaskan Kiana.

"O-orion? Ada apa?" Kiana bertanya dengan wajahnya yang merah dan nafasnya yang terdengar berat serta panas.

"Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa sangat lelah hari ini. Bagaimana jika kita tidur sekarang?"

"Ya, itu memang benar" Kiana mengangguk.

TAP

Orion kembali mendekap Kiana, Kiana tenggelam dalam dekapan itu. Aroma Orion yang manis dan nyaman, membuat dirinya merasa kembali perasaan aneh itu. Tapi si saat yang bersamaan, aroma itu juga membuatnya tenang dan merasa mengantuk.

Secara perlahan pun, Kiana mulai tertidur hingga akhirnya benar-benar tertidur. Orion bisa merasakan pernafasan Kiana yang teratur itu, Orion mengusap rambut gadis itu yang menghalanginya wajahnya sendiri dan tersenyum tipis melihat itu.

"Maafkan aku, Kiana. Hari ini aku hampir melewati batas" Orion berkata sambil menutup matanya.

Orion juga merasakan aroma Kiana yang khas, aroma itu memberikan ketenangan tersendiri untuknya dan aroma itu juga tidak mengganggunya. Orion dengan perlahan kembali tertidur hingga akhirnya benar-benar tertidur di pelukannya kekasihnya itu.