79 Mengobati

Orion dan Latifa berhenti di depan sebuah bagunan yang besar, Orion melirik Latifa. Gadis itu hanya berdiri diam di sana, tanpa berkata apapun. Orion yang tidak tahu tentang apa yang terjadi pada Latifa, memilih untuk diam juga.

"Ah, maaf. Aku melamun, ya. Sepertinya aku sedikit kelelahan, hahaha" Latifa tertawa ringan, Orion menanggapi dengan senyum tipis.

"Latifa, ini rumah mu?" Orion berkata, dia melihat ke sekeliling.

"Y-ya, tapi dari mana kau tahu?" Latifa mengangguk, dia melihat Orion dengan bingung.

"Hanya intuisi ku saja, karena jarak rumah mu dari yang lainnya cukup jauh dan sepertinya rumah mu tepat di pusat desa ini"

"Orion, kau hebat sekali" Latifa berkata, dia mengatakan itu spontas begitu saja.

"Ini hanya intuisi saja, tidak ada hal yang spesial"

"Tapi bagi ku, itu hebat dan keren" Latifa tersenyum kepada Orion.

"Baiklah, pujian itu akan ku terima"

SRET

Latifa membuka pintu rumahnya, dia dan Orion pun masuk. Orion terkesan dengan apa yang di lihatnya, ruangan yang ada di rumah Latifa. Hampir sama seperti asramanya, begitu rapi, bersih dan menyenangkan untuk di lihat.

'Karena ini di hutan, aku tidak pernah berpikir bahwa rumah di sini akan seperti asrama'

"Rumah mu besar sekali, Latifa. Sangat besar jika di tempati oleh 1 orang saja…Apa kau sudah memiliki keluarga?" Orion berkata, dia melihat ke Latifa.

"Ke-keluarga?" Latifa tampak gugup.

"Ya, seperti suami dan anak" Orion mengangguk.

"Su-suami…" Latifa berkata, dia menatap ke lantai sambil membenturkan kedua jari telunjuknya satu sama lain.

"…..A-aku belum punya, su-suami"

"Oh, begitu. Tapi, kenapa rumah mu begitu besar?"

"….." Latifa mendadak diam, Orion menyadari itu dan melihat ke Latifa.

"Latifa?"

"Sebelumnya, ada ayah dan ibu ku…Di sini" Latifa berkata.

"…." Orion sadar, bahwa dia baru saja menyakiti perasaan Latifa.

"Latifa, aku minta maaf" Orion membungkukkan tubuhnya.

"Tidak perlu merasa bersalah begitu, Orion"

"…." Orion hanya diam.

"Ayo, kita obati luka mu itu. Ikuti aku" Latifa pun mulai berjalan, Orion mengikutinya.

Mereka berjalan ke sebuah pintu yang ada di dekat tangga, Latifa membuka pintu itu dan masuk dengan Orion yang menyusul dari belakang.

Mereka berada di dalam sebuah kamar, kamar itu cukup luas. Dengan sebuah tempat tidur yang besar, beberapa lemari yang berisikan buku dan botol yang berisikan cairan, ada sebuah meja yang cukup besar dan di atasnya terdapat beberapa mangkuk.

"Orion, duduklah di tempat tidur itu. Aku akan menyiapkan obat untuk mu" Latifa menunjuk ke tempat tidur itu.

"Sebelum itu, aku ingin bertanya. Ini kamar mu?"

"Ya, jangan sungkan" Latifa mengangguk.

"Tidak, tidak, tidak. Aku tidak bisa mengotori tempat tidur mu dengan darah dan tubuh ku, aku tidak ingin merepotkan mu lebih dari ini" Orion menggeleng.

"…." Latifa hanya diam, menatap Orion.

"Hah…Baiklah, jika kau memaksa" Orion berjalan ke tempat tidur itu dan duduk di sana.

"Tunggu sebentar, ya" Latifa menuju ke salah satu lemari itu, dia mengambil beberapa botol yang berisi cairan dan beberapa helai daun yang ada di dalam sebuah toples.

Latifa bekerja di meja yang terdapat beberapa mangkuk itu, dia membagi cairan dari botol-botol itu ke mangkuk yang ada di sana, dia juga meletakkan daun-daun yang ada ke satu mangkuk.

Latifa menghancurkan daun-daun itu dengan cara meraciknya dengan sebuah tongkat kayu kecil, daun-daun itu menjadi seperti sesendok bubur.

Latifa mengambil salah satu mangkuk yang berisikan cairan dari salah satu botol, dia memasukkan setengah isi mangkuk itu kedalam racikan daun.

Dia melakukan itu kepada mangkuk-mangkuk lainnya, setengah dari isi mangkuk lainnya. Dia campur dan aduk beberapa saat, Latifa mengaduk kedua bahan itu secara terpisah.

"Akhir, sudah jadi" Latifa berkata, dia mendekat ke Orion dengan 2 mangkuk di tangannya.

Latifa naik ke tempat tidur itu, dia duduk di belakang Orion. Latifa meletakan kedua mangkuk itu di samping dirinya, dia pun mulai membuka perban Orion.

TAP

"La-latifa, apa yang kau lakukan?" Orion berbalik dan menahan tangan Latifa.

"Aku ingin membuka perban ini" Latifa menjawab dengan polos.

"Ti-tidak perlu, kau tidak perlu melakukan itu. Aku akan melepas ini sendiri dan aku juga akan menggunakan obat itu sendiri, terima kasih karena sudah membuatkan ini untuk ku" Orion berkata.

"Ayolah, tidak perlu merasa sungkan begitu. Kita ini teman, jadi harus saling membantu" Latifa berkata.

'Apa yang terjadi pada gadis ini? Kenapa dia mendadak menjadi berbeda?' Pikir Orion.

"Apa kau yakin?" Tanya Orion.

"Tentu saja, kenapa bertanya?"

"Kau akan melihat tubuh ku, loh. Seorang laki-laki asing akan bertelanjang dada di depan mu dan kau dengan laki-laki itu sedang ada di atas kasur dalam sebuah rumah kosong…"

"Apa perkataan ku kurang jelas?" Orion menatap Latifa, sejujurnya dia merasa gugup dengan Latifa yang ada bersamanya di atas kasur.

"…." Latifa terdiam, tampak jelas bahwa dia mencerna baik apa yang Orion katakan dan mendadak wajahnya menjadi merah.

"Ti-tidak masalah…A-aku tidak mempermasalahkan…I-itu…." Jawab Latifa dengan gugup.

"….La-lagipula, kita adalah teman. Tidak perlu merasa malu begitu"

"Ya, kita memang teman.Tapi, teman juga memiliki batas untuk melihat privasi masing-masing. Apalagi, terlepas dari itu semua. Kita ini adalah lawan jenis" Orion berkata.

"….." Latifa menjadi diam.

SRET

"Tolong, lakukan dengan lembut" Orion berbalik, menghadapkan punggungnya pada Latifa.

Latifa bergeming mendengar perkataan Orion, dia tersenyum setelah itu. Latifa membuka perban Orion dengan perlahan dan hati-hati, perban kotor dan rusak itu akhirnya terlepas dari tubuh Orion.

"Orion, bisakah kau berbalik? Akan sulit jika aku tidak melihat dengan jelas, dimana luka mu itu berada"

"….." Orion diam sejenak dan setelah itu, berbalik.

Dia dan Latifa saling bertatapan, sebelum keduanya kembali mengalihkan pandangan masing-masing. Latifa menatap ke tubuh Orion dan Orion melihat ke lemari yang ada disana, berusaha untuk tidak melihat ke Latifa.

Latifa memulai pengobatannya, dia mengambil salah satu mangkuk dan mengambil sedikit bagian dari sana. Latifa mengolesi luka Orion dengan itu, Orion bergedik begitu campuran daun-daun itu mengenai lukanya.

"Ini akan sedikit sakit, bertahanlah" Kata Latifa sambil mengolesinya kembali.

"Ya, aku akan berusaha" Orion tersenyum tipis.

"….." Keadaan kembali hening, untuk beberapa saat.

"Latifa, aku baru menyadari sesuatu" Orion berkata, dia melihat ke jendela yang ada di samping dan di depan sana.

"Menyadari apa?" Tanya Latifa yang sedang mengolesi luka Orion.

"Bahwa kamar mu ini, tidak memiliki penerangan sama sekali. Tidak seperti di luar, yang di terangi oleh batu sihir…"

"…Hanya cahaya bulan yang menjadi cahaya penerangan dan melewati kedua jendela ini, apa aku boleh tahu kenapa?" Orion berkata, dia melirik ke Latifa.

"Ah, itu…Itu karena kamar ini sudah ada sejak dulu, makanya ketika rumah ini di renovasi…"

"…Kami sama sekali tidak ingin mengusik apapun yang ada di kamar ini, termasuk menambahkan penerangan di sini"

"Apa kau tidak kesulitan? Bulan tidak setiap malam seperti ini dan sekarang kebetulan cahaya bulan memang memasuki kamar mu, bagaimana dengan besok?"

"Awalnya memang begitu dan setelah malam yang panjang, aku mulai terbiasa. Dengan kegelapan yang muncul itu dan dengan cahaya yang menghiasi ini, itu sudah menjadi takdir ku"

"…." Suasana kembali hening.

"Bagaimana dengan mu, Orion. Aku tidak tahu dari mana kau berasal, apa aku boleh tahu?" Latifa berkata.

"Benar juga, betapa konyolnya ini. Aku minta maaf, sungguh…" Orion terkekeh.

"Aku berasal dari desa yang sangat jauh dari sini dan saat ini, aku tinggal di asrama"

"Apa nama desa mu itu, Orion?"

"Desa Hillos, tempat yang sangat menyenangkan untuk ku"

"Lalu, asrama yang kau maksud?"

"Itu adalah asrama di dalam akademi Anfield, apa kau pernah mendengar itu?"

"Akademi Anfield….Aku tidak pernah mendengar itu, tapi aku tahu tentang akademi. Itu tempat dimana seseorang mencari ilmu"

"Kurang lebih begitu, aku juga belum tahu pasti. Karena aku baru bergabung dan akademi juga belum di mulai, mungkin dalam beberapa hari lagi"

"Apa di sana menyenangkan? Di asrama?"

"Ya, sangat menyenangkan. Aku memiliki senior dan teman yang baik di sana" Orion mengangguk.

"Aku sangat tertarik untuk mendengar itu, apa kau tidak keberatan untuk menceritakannya?"

"Aku tidak keberatan, tapi tidak banyak yang bisa ku ceritakan kepada mu. Karena aku juga baru tinggal di sana selama beberapa hari, apa kau masih mau mendengarkan?"

"Tentu saja, aku tidak mempedulikan itu" Latifa mengangguk.

Orion pun menceritakan tentang apa saja yang ada di asrama dan hal-hal yang dia lalui di sana, Orion memulai cerita dengan memperkenalkan semua yang tinggal di asrama itu. Di mulai dari pemiliknya, yaitu Meliodas dan Elizabeth.

"….Lalu, ada Kiara dan Kiana. Mereka adalah orang yang datang bersama ku dari desa Hillos, 2 gadis yang sangat baik. Kalau kalian bertemu, pasti akan menjadi teman baik"

"Oh, ternyata Orion memiliki teman juga" Latifa berkata.

"Eh, apa maksud mu dengan itu?" Orion melihat Latifa dengan bingung.

"Awalnya, ku pikir. Orion adalah orang baik yang dingin dan penyendiri, sehingga sulit untuk menemukan teman"

"Ke-kenapa kau berpikir begitu?"

"Habisnya, apakah masuk akal. Jika anak seusia mu masuk ke hutan berbahaya ini, sendirian?"

"Kalau soal itu…." Orion bingung harus menjawab apa.

"Sudah, lupakan saja soal itu. Aku akan melanjutkannya…."

Orion menceritakan semuanya, semua hal-hal garis besar yang terjadi di asrama. Kegiatan dan aktifitas di sana, dia juga menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dia alami di asrama. Meski tidak semuanya, dia tentu ingin menjaga privasinya dari temannya itu.

avataravatar
Next chapter