webnovel

Demam

.

[Skill: [One strike] memperoleh +50 (+5%) poin pengalaman]

[Mengalahkan Zealot (D+), Memperoleh+300 (+5%) poin pengalaman]

.

"Bisa berdiri?" Orion mengulurkan tangannya ke Zealot yang masih terbaring kesakitan.

"Aku memilih tidur di tanah untuk sementara waktu"

"Kalau begitu nikmatilah, seperti yang ku katakan. Kau akan kalah dengan 1 serangan, nah itulah yang kau dapatkan" Orion tersenyum tanda meremehkan.

"Sial....Lain kali aku tidak akan kalah" Zealot merasa kesal, dia terkekeh dan begitu juga dengan Orion.

"Zee, apa kau perlu ku bawa ke rumah kepala desa untuk di periksa?" Ray mendekat.

"Tidak perlu, paman Ray. Aku sudah lebih baik" Zealot mencoba berdiri, Orion langsung merangkulnya dan membawanya ke pinggir. Ke dekat teman-teman mereka, Orion di beri selamat atas kemenangannya dari semua orang di sana.

"Orion, aku ingin bertanya tentang yang tadi" Zealot bertanya.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku sendiri tidak tahu apapun soal itu"

"Lalu, kenapa Orion bisa berpikiran untuk menebas bola listrik itu?" Kiara yang ada di belakangnya bertanya.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja ada suara yang menyuruh ku untuk melakukan itu"

"Itu aneh, kami tidak mendengar apapun" Kiana berkomentar.

"Ya, kau benar. Itu aneh"Orion mengangguk pelan.

Setelah itu, Ray kembali melanjutkan pertandingan kecil itu. Orion dan teman-temannya menonton dengan tenang, sesekali mereka tertawa melihat aksi teman-temannya yang sedang bertarung di sana.

Semuanya sudah mendapat giliran masing-masing, Ray merasa puas dan bangga kepada mereka. Karena perkembangan mereka yang cepat, selain itu mereka juga menggunakan senjata itu dengan hati-hati.

Orion, Anna, Kiara dan Kiana sedang berjalan, mereka sudah diperbolehkan untuk pulang oleh Ray. Kiara dan Kiana berjalan di samping Orion, sementara Anna digendong oleh Orion. Dia mengalami sedikit pusing dan karena Orion tidak tega, dia pun memutuskan untuk menggendong kakaknya itu.

"Orion....Berlatihlah....Menembakkan bulan...." Anna berkata, dia berbicara dengan seperti orang yang bingung.

"Hah, kau pasti demam lagi kak..." Orion meletakkan tangannya ke leher Anna.

"Ah.... Orion, jangan disana..." Anna berkata, dia mengeluarkan suara yang lemah dan mendesah. Kiana dan Kiara terkejut.

"Kak, kau bicara aneh lagi. Lebih baik diam saja, simpan tenaga mu" Orion berkata, dia sendiri belum terbiasa dengan hal itu. Namun setidaknya, dia sudah pernah melihat itu beberapa kali sebelumnya.

"Apa kak Anna akan baik-baik saja, Orion?" Kiana bertanya, dia mengkhawatirkan kondisi Anna.

"Ini sudah pernah terjadi, dia pasti memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Terakhir kali, dia memaksakan diri untuk meracik sebuah obat. Waktu itu dia tidak tidur selama 2 hari penuh dan berakhir dengan pingsan"

"Kak Anna begitu giat, ya" Kiara berkata.

"Ya, kau benar. Itulah hal yang membuatnya disukai banyak orang, dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk setiap usahanya. Aku yakin dia pasti akan menjadi wanita yang hebat dan istri yang baik ke depannya" Orion mengangguk.

"Istri..."

"Orion, ap-apa kau menyukai kak Anna?" Kiana bertanya dengan malu.

"Ya, tentu saja" Orion mengangguk dengan santai.

"Eh?" Kiana terkejut.

"Ada apa?" Orion menatap Kiana.

"Bu-bukan apa-apa, bukan apa-apa" Kiana menggeleng.

"Kiara, apa kau tahu apa yang terj-" Orion terkejut melihat Kiara, tatapan matanya kosong dengan wajah yang pucat.

"Ki-kiara, kau kenapa?" Orion dibuat bingung olehnya.

"Tidak, bukan apa-apa kok" Kiara menggeleng pelan.

"Bohong, kau tidak bisa berbohong begitu. Ada apa?" Orion mendekatkan wajahnya ke wajah Kiara.

"....." Kiara bergedik, wajahnya seketika memerah dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan langsung berlari meninggalkan Kiana dan Orion.

"Woi, Kiara..." Orion berusaha memanggil dari jauh.

"Ada apa dengan kalian?" Sekarang Orion melihat ke Kiana, dia juga mendekatkan wajahnya ke wajah Kiana.

Namun reaksi yang di dapatkan Orion dari Kiana, sama persis dengan apa yang Kiara lakukan. Dia juga berlari meninggalkan Orion yang sedang menggendong Anna.

"Hah, ada-ada saja kelakuan mereka. Anak-anak memang sulit untuk di mengerti..." Orion menggeleng dan kembali berjalan.

Orion sampai di rumahnya, orang tuanya tidak ada di rumah karena mereka memiliki urusan diluar. Orion menggendong Anna hingga ke kamarnya, begitu sampai disana dia langsung membaringkan Anna.

"Kau terlalu memaksakan diri, Anna..." Orion melepaskan sepatu Anna.

Orion sekarang duduk di samping Anna yang terbaring, dia meletakkan tangannya ke dahi Anna. Seketika itu juga rasa panas bersarang di tangannya, Orion sadar bahwa demam Anna kali ini sangatlah tinggi.

Dia langsung pergi ke bawah, mengambil beberapa hal yang di perlukan untuk menjaga kondisinya. Dia mengambil kompres, beberapa botol obat dan beberapa hal lainnya. Orion langsung meletakkan kompres itu ke kepala Anna.

"Seharusnya ini cukup..." Orion menyelimuti Anna, Anna terlihat lebih nyaman.

"Huh....Aku juga harus mandi sekarang" Orion merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.

"Orion...." Orion berhenti, Anna memanggil namanya.

"Jangan...." Anna melanjutkan, Orion kembali duduk di sampingnya.

"Kak, istirahatlah" Orion mengusap kepala Anna, dengan lembut.

.......

Orion masih di kamar Anna dan dia juga masih mengusap kepala Anna, entah sudah berapa lama dia melakukan itu tanpa lelah. Anna juga sudah tidak mengigau lagi dan itu membuat Orion sedikit lega, namun kondisi Anna tidak kunjung membaik.

'Aku sudah mengganti kompres ini sesering mungkin, tapi kenapa panas Anna tidak kunjung menurun?' Orion sekali lagi mengganti kompres Anna.

SRET

Orion mendengar suara pintu yang di buka, dia langsung turun untuk melihat. Sol dan May sudah kembali, mereka terlihat membawa beberapa barang.

"Anna, Orion. Kalian sudah di rumah?" May berkata.

"Sepertinya sudah, lihat. Ini sepatu mereka...." Sol melihat ke sepatu Orion dan Anna yang ada di tempatnya.

"Ibu, ayah. Selamat datang" Orion mendekat ke mereka berdua.

"Iya, sayang. Kamu baik-baik saja, kan?" May mengusap kepala Orion.

"Ya, aku baik. Tapi tidak dengan kakak, dia demam lagi"

"Lagi? Dimana sekarang Anna?" Sol terkejut.

"Di kamarnya, ayo" Orion langsung naik ke atas, Sol dan May melupakan barang-barang mereka. Mereka langsung menyusul Orion.

"Sangat bagus, Orion. Kamu memberikan kakak mu perawatan ini, apa kondisinya sudah mulai membaik?" May melihat ke Anna.

"Aku pikir belum, bu. Sudah berkali-kali aku mengganti kompresnya, tapi panasnya tidak kunjung turun. Aku khawatir kalau kali ini, kakak bukan hanya terkena demam biasa"

"Jangan berpikiran seperti itu, Orion. Anna pasti hanya terkena demam biasa, mungkin kita bisa tinggalkan dia. Agar dia bisa istirahat dengan lebih tenang" Sol mengusap kepala Orion.

"Apa aku boleh disini bersama kakak?" Orion terlihat khawatir dan Sol bisa melihat itu dengan jelas.

"Tentu, nak. Ayah yakin, kakak mu pasti senang" Sol mengangguk dengan pelan.

Kemudian Sol dan May meninggalkan Orion disana bersama dengan Anna yang masih terlelap, Orion duduk di sampingnya. Orion memperhatikan wajah Anna, wajah yang menarik dan terukir di ingatannya.

"Kuharap kau cepat sembuh, kak" Orion mencium tangan Anna dan tanpa sadar tertidur di sampingnya.

"Orion, kamu sudah mand-" May diam, dia melihat Orion yang tertidur dalam keadaan duduk dengan tangannya menggenggam tangan Anna. Dia pun tersenyum dan kembali keluar.

.....

Malam sudah mengisi langit, bersama bulan dan beberapa bintang. Sol dan May kembali masuk ke kamar Anna, Orion masih tertidur dengan posisi yang sama dan begitu juga dengan Anna.

May dan Sol lega ketika mengetahui bahwa panas tubuh Anna sudah mulai menurun, Sol pun mengangkat tubuh Orion dan membaringkannya ke samping Anna.

Setelah mengganti kompres Anna, mereka keluar agar tidak mengganggu istirahat anak-anak mereka. Anna yang saat itu masih demam, terbangun. Namun dia tidak sepenuhnya sadar, panas masih memengaruhi kepalanya.

Anna duduk di kasurnya, dia langsung membuka pakaiannya. Dia merasa tidak nyaman dengan itu selagi dirinya tidur, setelah itu dia melihat ke sampingnya dan menemukan Orion.

"Orion...." Anna berkata pelan, dia yang masih demam langsung memeluk Orion dan kembali tidur.

Orion yang tertidur pulas tiba-tiba merasakan adanya sesuatu yang panas menutupi dirinya, dia pun membuka matanya dengan paksa. Dia terkejut melihat Anna yang telanjang sambil memeluk tubuhnya, dia ingin segera menyingkir Anna.

Namun dia sadar bahwa Anna masih sakit, Orion hanya bisa pasrah dengan wajahnya yang merona. Anna kembali bergerak dan kali ini dia bangun, meski tetap tidak sadar sepenuhnya. Orion langsung duduk, itu adalah kesempatannya untuk menjauh.

"Kakak, bagaimana perasaan mu?" Orion tidak tahu bahwa Anna masih terpengaruh demamnya.

"..." Anna menatap Orion dengan bingung sambil menelengkan kepalanya ke samping.

"Eee....Apa kau masih demam?" Orion ikut bingung karena itu.

Anna hanya tersenyum menatap Orion, itu membuat Orion semakin bingung. Dia mendekati Anna, agar bisa mengetahui suhu tubuhnya. Anna dengan tiba-tiba menerjang Orion, hingga dia terbaring kembali ke kasur.

"Kak, kau kenapa?" Orion berusaha bangkit.

Namun Anna sudah berada di atasnya dan memeluk Orion, Orion berusaha menyingkirkan Anna dari atas tubuhnya namun Anna terasa sangat berat. Anna sendiri sudah tidak bergerak lagi, Orion bisa mendengar nafasnya yang teratur.

"Hah....Kenapa kau harus tidur di sini, kak?" Orion berkata.

Orion sekarang hanya bisa benar-benar pasrah, jika dia menggerakkan Anna. Maka itu akan mengganggu istirahatnya, Orion sekarang melihat ke Anna yang ada di dadanya. Karena jarak mereka yang dekat, Orion bisa merasakan kehangatan tubuhnya serta aromanya yang khas.

Orion bergedik, sekarang dia merasa aneh. Tanpa dia sadari, "Batang" nya bangkit. Itu karena saat ini, tubuhnya di himpit oleh Anna dan posisi pinggang Orion berada di pinggang Anna. Orion yang tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi langsung menjatuhkan Anna dengan pelan.

"Huh....Aku selamat..." Orion berkata dengan lega.

'Meski aku sulit tenang di situasi tadi, aku masih bisa mengontrol diri. Namun jika tubuh ku sendiri yang terangsang, maka. Sekeras apapun aku mencoba untuk menenangkan nya, tetap percuma. Aku ini dasarnya hanyalah manusia biasa, pasti memiliki hasrat dan nafsu'

Orion sekarang duduk, dia harus pergi karena sadar bahwa semakin lama di sana akan semakin banyak kejadian-kejadian yang tidak bisa di perkirakan. Orion langsung pergi, dia membuka pintu.

"Orion...." Orion berbalik, Anna duduk sambil menatap ke arahnya.

"Tidurlah, kak" Orion berkata.

"Orion....." Anna kembali memanggilnya, sekarang ekspresi wajahnya menunjukkan kesedihan dan air mata mulai berkumpul.

"A-ada apa dengan mu, kak? Apa ada yang sakit?" Orion langsung mendekat, dia duduk di depan Anna.

"Jangan pergi...." Anna menatap Orion dengan sedih.

"....." Orion hanya diam, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Anna. Lebih tepatnya, dia mendekatkan dahinya ke dahi Anna.

'Panasnya memang sudah menurunkan, tapi dia tetap sakit. Sekarang dia dalam keadaan dimana dia bertingkah aneh, dia tidak akan mengingat kejadian sebelumnya ketika nanti dia sadar'

"Hah....Baiklah, aku tidak akan pergi. Sekarang tidurlah, berbaring sana" Orion berkata.

Anna langsung berbaring, dia melihat ke Orion sambil menepuk-nepuk kasur. Orion tidak bisa menolak, dia berbaring di sampingnya dan mencoba untuk tidur. Anna juga kembali tidur dan itu membuat Orion cukup tenang.

Saya sangat mengharapkan komentar dan reaksi dari pembaca, entah yang baik ataupun yang buruk

DRH01creators' thoughts
Next chapter