webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantasy
Not enough ratings
92 Chs

Bianca

Permukaan danau yang mulai tenang, kembali bergejolak. Sesuatu jatuh di pinggir danau dan hembusan udara yang kuat membuat permukaan danau terganggu, debu yang menutupi sesuatu itu sudah hilang.

Orion melihat bahwa itu adalah seseorang, dia menatap ke arah dia dan beruang itu. Matanya berwarna biru dan tampak menyala, dia memiliki rambut yang panjang.

Karena bulan yang menjadi satu-satunya pencahayaan di sana sedang ditutupi oleh awan, Orion hanya bisa melihat warna matanya yang berwarna biru. Armor emas yang tadi menempel di tubuhnya mulai menghilang menjadi butiran-butiran debu emas.

Orang itu menggenggam sebuah pedang, dia mengacungkan nya ke arah Orion dan beruang itu. Beruang itu merasa di provokasi dan dia pun marah, mata merah menatap ke orang itu dengan tajam.

Dia berlari dengan cepat, siap untuk menabrak orang itu. Orion melihat ke arah mereka yang akan bertarung, beruang itu sudah hampir menabrak orang itu. Namun orang itu tidak bergeser sedikit pun, dia hanya menancapkan pedangnya ke tanah.

BUM

Suara dentuman muncul bersamaan dengan hembusan udara yang cukup kuat hingga membuat air danau kembali bergejolak, Orion tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Beruang itu sepenuhnya berhenti.

Orang itu menahan seluruh tubuh beruang itu hanya dengan 1 tangannya, Orion bisa melihat bahwa orang itu tidak benar-benar mengeluarkan tenaga untuk menahan beruang yang besar itu.

'Apa-apaan orang ini?' Orion tentunya merasa takjub.

Orang itu mendorong tangannya sedikit, itu membuat beruang itu terhempas beberapa langkah darinya. Sekarang beruang itu bertambah marah, dia merasa diremehkan oleh orang itu. Dia mengangkat kedua cakarnya lalu kembali mendekat ke orang itu.

Seperti sebelumnya, orang itu sama sekali tidak bergerak hingga beruang itu sampai di hadapannya. Beruang itu mengayunkan kedua cakarnya dengan cepat kearah orang itu, namun orang itu sudah tidak ada di sana.

Sekarang orang itu berada di samping beruang itu, Orion terkejut dengan pergerakan nya yang tidak bisa di lihat oleh matanya sendiri. Sama dengan Orion yang terkejut, beruang itu juga tampak terkejut. Orang itu mengulurkan tangannya ke tubuh beruang itu.

TAP

Telapak tangannya berhasil menyentuh tubuh beruang itu, dia menarik kembali tangannya dan kemudian dia kembali mendorong tangannya ke tubuh beruang itu dengan perlahan.

BUM

Dalam sekejap tubuh beruang itu lenyap, hanya menyisakan jejak darah di tanah. Namun karena keadaan disana gelap, darah itu hanya tampak seperti genangan air kecil. Orion terdiam, dia semakin takjub dengan apa yang terjadi.

SRING

Orang itu menatap ke arah Orion, mata mereka bertemu. Orion hanya diam, begitu juga dengan orang itu. Beberapa saat kemudian, orang itu kembali ke tempat pedangnya dan mencabutnya. Orion sekarang kembali ke sisi Anna yang masih tidak sadarkan diri.

'Air pasti masuk ke tubuhnya, aku harus mengeluarkan airnya' Orion berlutut di dekat Anna.

"Ah, bagaimana caranya aku bisa mengeluarkan airnya. Jika tangan ku saja begini?" Orion menatap kedua tangannya, posisi mereka berbeda dari biasanya.

TAP

Orion melihat ke sumber suara, orang itu berjalan mendekat. Orion kembali berdiri, dia juga mendekat ke orang itu. Mereka sama-sama berhenti, jarak mereka hanya beberapa langkah lagi.

"....." Orang itu hanya diam.

"Aku bukan musuh mu, mungkin. Tapi aku tidak akan melawan mu, karena aku pasti akan mati jika melakukan itu....Tapi, maukah kau menolong ku?" Orion berkata.

"Apa yang bisa ku bantu?" Suara orang itu terdengar.

'Eh?' Orion bergeming dengan suara itu, apa yang dia pikirkan tidak sesuai dengan kenyataannya.

Awan terus bergerak, hingga akhirnya menyingkir dari bulan. Cahaya bulan kembali menyinari tempat itu, membuat semua tampak lebih jelas. Orion dan orang itu sama-sama terdiam, mereka bisa melihat sosok yang ada di depan mereka.

'Seorang gadis....' Orion menatap orang itu.

Dia memiliki rambut pirang yang panjang hingga ke pinggangnya, rambutnya sedikit bergelombang, matanya berwarna biru tua dan memiliki wajah yang cantik. Dia menggunakan pakaian yang rapi.

Sama halnya dengan Orion, gadis itu juga menatapnya. Matanya menjelajah dari ujung rambut hingga ujung kaki Orion, dia berhenti ketika mata mereka kembali saling bertemu.

"Permisi, bisakah kau menolong ku?" Orion kembali bertanya.

"Apa yang bisa ku bantu?"

"Bisakah kau menyelamatkan kakak ku?" Orion memperlihatkan Anna kepada gadis itu.

"Boleh aku melihat lebih dekat?"

"Ya, tentu saja" mereka pun mendekati Anna.

"Sebelumnya dia tenggelam ke danau itu, aku tidak bisa menolongnya tadi karena ada beruang itu. Tapi, meskipun begitu. Sekarang pun aku tidak bisa menolongnya, kondisi ku tidak memungkinkan untuk melakukan itu" Orion menjelaskan keadaan kepada gadis itu.

"..." Gadis itu hanya diam, sesekali dia melirik ke arah Orion.

"Bisakah kau mengeluarkan air dari tubuhnya?" Orion kembali bertanya.

"Itu bisa di lakukan...." Gadis itu meletakkan pedangnya ke samping.

Dia menempelkan telinganya ke dada Anna, setelah beberapa waktu disana. Dia pun meletakkan kedua tangannya di dada Anna, dia menekan-nekan dada Anna. Dia melakukan itu terus menerus.

"Uhuk,uhuk,uhuk..." Anna memuntahkan air yang tadi tidak sengaja masuk ke tubuhnya, namun dia masih tidak sadarkan diri.

"Terima kasih" Orion berkata kepada gadis itu.

"..." Gadis itu hanya diam, dia menatap ke Anna.

"Kenapa dia terluka?" Gadis itu menatap Orion sekarang.

"Sebenarnya...."

Orion menjelaskan tentang apa yang terjadi kepada mereka, tentang Anna yang di culik dan berakhir dengan mereka yang di serang beruang itu. Sementara itu, gadis itu hanya mendengarkan.

"Aku merasa beruntung bertemu dengan mu dalam keadaan itu, terima kasih untuk itu" Orion berkata.

"Aku bisa menyembuhkannya, apa kamu mau?" Dia menatap Orion.

"Jika kau merasa tidak keberatan, aku mau"

"Kalau begitu, berdirilah"

"Maaf, apa?" Orion sedikit bingung.

"Berdiri"

"Baiklah..." Orion pun berdiri, gadis itu juga ikut berdiri. Dia merentangkan tangannya ke arah Orion, Orion tetap diam.

"Kamu tidak takut?"

"Tidak, untuk apa?"

"Tangan ini sudah membunuh seekor beruang, apa kamu tidak takut?"

"Itu hanya tangan dan jika kau memang ingin membunuh ku, kenapa kau repot-repot menolong ku?"

"Itu karen-"

"Jika kau bermaksud hanya untuk menolong kakak ku saja, maka harusnya kau tinggal membawanya pergi"

"....." Gadis itu diam sejenak.

"Kamu benar, tapi aku tidak ingin berbuat buruk kepada mu kok" gadis itu tersenyum tipis.

"Lalu, apa? Apa kau mau memindahkan seluruh luka kakak ku kepada ku?"

"Jika iya, apa kamu tidak mau?"

"Aku tidak keberatan, lakukan saja, lagipula. Aku ini kuat"

"Kuat, ya..." Gadis itu tersenyum tipis.

SRING

Di telapak tangan gadis itu, muncul sebuah diagram sihir berwarna biru dan di waktu yang bersamaan tubuh Orion ditutupi oleh cahaya emas yang transparan. Orion bisa merasakan bahwa seluruh dampak pertarungan yang di terima tubuhnya sudah hilang.

Cahaya emas itu menghilang, Orion melihat ke kedua tangannya. Posisi mereka kembali seperti semula, dia juga merasa bahwa seluruh tenaga dan mananya pulih.

'Wah, sihir penyembuhan. Sangat luar biasa' Orion takjub, namun dia kembali teringat.

"Kenapa kau mengobati ku, kenapa kau tidak mengobati kakak ku lebih dahulu?"

"Apa kamu tidak tahu bahwa kondisi mu saat ini jauh lebih parah dari Anna?"

"Aku tentu tahu, aku yang paling mengerti diri ku sendiri. Tapi, kenapa kau tidak menyelamatkan Anna saja lebih dulu? Dia dalam keadaan yang lebih buruk"

"Tenang, akan ku lakukan sekarang..."Gadis merentangkan tangannya ke arah Anna, diagram sihir kembali muncul dan cahaya emas menyelimuti Anna.

Cahaya itu sudah menghilang dan seluruh luka pada tubuh Anna sudah hilang, meski Anna sama sekali belum sadar. Orion merasa lega, dia sempat khawatir kalau pertolongan gadis itu terlambat.

"Terima kasih karena sudah menyelamatkan dan menyembuhkan kakak ku" Orion membungkuk.

Entah sebesar apapun harga dirinya, Orion tetap tahu diri ketika dirinya memang membutuhkan dan mendapatkan bantuan dari orang lain. Meski orang itu asing bagi dirinya sendiri atau orang yang paling dia benci sekalipun.

"Tidak masalah"

"Tapi, apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Tentang apa?"

"Kenapa kau bisa datang ke sini?"

"..." Gadis itu diam sejenak.

"Aku hanya sedang lewat saja, kebetulan terbang di atas hutan ini dan aku merasakan kehadiran beruang itu bersama 2 kehadiran lemah lainnya. Karena penasaran, aku memutuskan untuk melihat langsung"

'Lemah? Ya, kurasa itu pantas dikatakan oleh orang sepertinya. Sudah lama sekali, aku tidak di katakan seperti ini'

"Tapi, terlepas dari apapun alasan yang kau buat. Aku tetap berterima kasih kepada mu"

"Ya, tidak masalah...." Gadis itu terlihat memikirkan sesuatu.

"Apa ada hal yang mengganggu mu?" Orion yang bisa mengetahui itu dengan jelas.

"Ya, sedikit. Apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Selama kau bertanya hal yang masuk akal dan aku masih bisa menjawabnya, maka boleh-boleh saja"

"Begini....Apa kalian saudara kandung?"

"Bukan, aku dan Anna tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Aku adalah anak yang di angkat oleh kedua orang tua Anna beberapa minggu yang lalu, kenapa kau bertanya?"

"Kalian tidak terlihat mirip, hanya itu"

"Oh"

"Tapi, kenapa kamu sangat peduli kepadanya? Padahal baru mengenalnya beberapa minggu"

"Mereka adalah keluarga yang baik, mereka membuatku menjadi sesuatu yang lebih baik. Aku menyayangi mereka seperti keluarga ku sendiri dan kurasa berapa lama aku mengenal mereka bukanlah hal yang penting"

"Begitu, ya..." Gadis itu mengangguk pelan.

"Bagaimana dengan mu, apa kau memiliki saudara?"

"Aku..." Gadis itu terlihat sedih dan bingung untuk menjawab itu.

"Tidak perlu dikatakan, jika memang tidak ingin. Aku tidak memaksa"

"Terima kasih"

"Ya, tidak masalah"

"..." Suasana menjadi hening di antara mereka, Orion dan gadis itu sama-sama menjadi canggung.

'Astaga, kenapa aku tiba-tiba canggung begini? Apa yang salah dengan diriku? Biasanya hanya Anna yang bisa membuat ku canggung begini' Orion sesekali melirik ke gadis itu.

Mata mereka sesekali bertemu dan mereka langsung memalingkan pandangan. Sama halnya dengan Orion, gadis itu juga melirik ke Orion sesekali.

"Kurasa, sudah saatnya untuk ku per-" Gadis itu menatap ke arah langit, dia terdiam.

"Indah, kan" Orion berkata, dia juga menatap ke arah langit.

Langit malam yang gelap, hanya dihiasi oleh bulan tanpa ada bintang yang menemaninya. Mereka berdua menatap ke bulan itu, tanpa mereka sadari.

"Ya, bulan sungguh indah. Apa kamu sering melihatnya?" Gadis itu melihat ke Orion.

"Setiap malam, bagaimana dengan mu?" Orion melihat ke gadis itu. Mata mereka bertemu namun kali ini mereka tidak saling memalingkan wajah.

"Tidak setiap hari, tapi tetap suka melihatnya. Karena itu..."

"Membuat perasaan menjadi tenteram dan damai" Orion berkata, gadis itu menatap ke Orion dengan tidak percaya. Dia hendak mengatakan itu.

"Aku benar, ya?"

" ..." Gadis itu hanya diam.

"Tapi terkadang, ada perasaan yang asing bagi ku. Ketika menatap bulan dan aku menyukai perasaan itu"

"Perasaan asing?" Gadis itu bingung.

"Aku pun tidak tahu, apa itu"

"....."

"Sudah waktunya untuk ku pergi" Gadis itu mengambil pedangnya.

"Tapi, sebelum aku pergi....Boleh aku tahu, siapa nama mu?" Gadis itu menatap Orion..

"Orion, nama ku Orion"

"Orion, ya. Nama yang indah"

"Aneh jika laki-laki di sanjung begitu, tapi aku menghargainya. Terima kasih"

"Begitu, ya. Maaf, aku tidak terbiasa berbicara dengan laki-laki"

"Ya, aku mengerti. Kalau begitu...Boleh aku tahu nama mu?"

"Bianca, nama ku Bianca Atena. Salam kenal, Orion" Bianca tersenyum ke Orion, dia juga merentangkan tangannya kepada Orion.

'Entah kenapa, tapi aku menyukai senyumnya itu' pikir Orion.

"Ya, salam kenal juga" Orion membalas senyuman itu sambil bersalaman dengannya, Bianca terdiam melihat senyum itu. Wajahnya mendadak merona.

"Ada apa, Bianca?"

"Bu-bukan apa-apa" Bianca menggeleng.

"Oh, iya. Aku baru ingin mengatakan ini....Ternyata kau sangat kuat, ya"

.

Nama: Bianca Atena

Tingkat: 78

Tingkat kekuatan: 124.000

.

'Astaga, apa-apaan kekuatan luar biasa ini? Aku yakin, ketika dia menggunakan armor emasnya. Pasti meningkat pesat'

"Ini karena aku sering berlatih"

"Begitu, ya"

SRING

Di sekitar tubuhnya mulai terkumpul butiran-butiran cahaya emas yang menyatu ke sekitar tubuhnya. Butiran-butiran itu semakin padat hingga membentuk sebuah armor emas yang menutupi kaki dan tangannya.

"Kalau begitu, aku harus pergi" Bianca menggunakan armor emasnya.

"Sampai jumpa lagi, Bianca. Semoga aku bisa membalas kebaikan mu"

"Aku menunggu itu, sampai jumpa. Orion..."

Bianca melesat ke langit malam, bersama dengan armor emasnya. Cahaya emas itu seperti bintang tunggal di langit yang perlahan melesat menjauh dari pandangan Orion, Orion tetap menatap langit. Meski sudah tidak ada cahaya emas itu.

"Ah, aku lupa untuk melihat tingkat kekuatannya ketika dia menggunakan armor. Tapi, tanpa melihat statusnya. Bisa di pastikan bahwa itu sangatlah kuat, sungguh luar biasa" Orion berjalan ke arah Anna yang masih terbaring.

"Tapi, yang paling penting..." Orion berlutut di samping Anna.

"Syukurlah kau sudah baik-baik saja, Anna" Orion mengusap kepalanya, dengan senyum tipis di wajahnya.