1 chapter 1 : permulaaan

*hutan karet

Malam itu bulan purnama terang yang memantulkan cahaya matahari kembali menampakkan wujudnya setelah dilalui oleh awan,seorang pemuda terlihat sedang berjalan menyusuri jalan setapak sambil menatap bintang bintang di langit.

"Sudah bulan ke 14 yah,terakhir kali sebelumnya juga seperti ini"kata pemuda itu bicara sendiri.

"Akhirnya hari yang ku nanti telah tiba".berkata dengan senang sambil menggerak gerakkan kedua tangannya,berusaha untuk membiasakan diri menggerakan tangannya.sesaat kemudian muncul aura merah yang menyelimuti tubuhnya lalu hilang begitu saja.

"rupanya harus perlu pembiasaan yang lebih juga yah"katanya menyimpulkan peristiwa yg telah dilalui tadi.

Muncul seorang wanita berpakaian tabib di belakangnya,terlihat dia sedang panik

"Tuan,bala bantuan musuh datang,kita yang sekarang tidak yakin bisa menang,pasukan musuh disertai dengan si haus darah "katanya melapor

"Hmm..sayang yah..padahal aku sudah dapat barang bagus,ohh kenapa? Waktu jarang berpihak kepadaku hahahahaha"kata pemuda itu sambil memukul mukul dirinya dan pohon yg ada disekitarnya.

"Orang ini gila"pikir tabib itu

Menghentikan aksinya ia berkata "mundur tinggalkan pasukan,segera ambil rute yg tak biasa menuju menara perbatasan,"

"Tapi tuan.."

Tiba tiba sebuah tangan lekas menyambar tabib itu,terlihat dipenuhi aura merah,yang tentu saja membuat leher terasa terpanggang.dengan sebelah tangan dia memaksakan cengkremannya membuat gadis itu tersandar ke pohon yg berada di belakangnya.

"A...a..mp..un tu..uan"katanya terbata bata

Melepaskan cekikannya,gadis tadi terjatuh terduduk

"Aku sama sekali tidak suka mengatakan sesuatu dua kali,tentu kau paham apa yg harus kau lakukan"

"Baik siap laksanakan " katanya segera bangkit dari duduk menuduknya,memegang lehernya kemudian berbalik,terlihat sambil berjalan dia mengerahkan kemampuannya untuk menyembuhkan lehernya.

*desa area 6

Beberapa saat kemudian Hujan deras segera menjatuhkan butiran-butiran air ke daratan tanpa membanding bandingkan tempat yg ditujunya,entah kenapa ini terjadi? Mungkinkah saat ini langit tengah marah karena pertumpahan darah yg tiada henti,sambil diiringi suara petir sesekali,jajaran rumah yg terlihat dari bahan dan konstruksi yang sama telah tertutup rapat rapat,tidak terlihat seorang pun disana.mereka sedang menjalani rutinitas tubuh,yaitu tidur.

Membuka matanya tiba tiba ,seorang pemuda segera bangun dari tidurnya dan meraih botol dan lekas minum,guna menenangkan pikirannya,diduga dia telah bermimpi buruk akibat suasana luar lingkungannya itu. Menaruh botol ketempatnya kemudiam menutup mata kirinya dengan telapak tangan kirinya.

"Tok tok tok" pintu kamarnya diketuk ketuk

Tersadar dari lamunanya menurunkan tangan kirinya ,kearah pintu dan membukanya.terlihat seorang gadis kecil berdiri dengan ekspresi takut

"Kak,aku takut kenapa suara langit itu seperti suara sebetan pedang penghakiman,bukankah kita ini anak baik ?"katanya hampir menangis

"..."tersenyum tenang kemudian membelai kepala gadis itu.

"Itu namanya hujan yang dihiasi petir,ditempat kita yang dulu memang jarang terjadi hujan petir".katanya menjelaskan

"Langit hanya akan menghukum mereka yang telah berbuat tidak dalam tempat kebenaran"katanya mengingatkan

Mudah mengerti dan menerima masukkan itulah kelebihan anak kecil dibandingkan orang dewasa,dia kemudian lekas ke kamar kakaknya dan tidur,ya kekurangan anak kecil adalah belum dewasa dalam mengambil sikap begitupun remaja.

"Dasar penakut"katanya sedikit jengkel.gadis kecil itu cuma tertawa kecil sambil melempar guling menuju pemuda itu.menangkap dengan refleks,kemudian tidur dilantai itulah yg dilakukan oleh pemuda itu.bagaimanapun sikap sejahil apapun anak kecil itu,dia tetaplah seorang anak yg butuh perhatian dan kasih sayang.

*sungai desa area 6

Keesokkan harinya,hujan telah menghilangkan niatnya membanjiri desa itu,muda mudi kembali melakukan aktivitasnya hari sebelumnya,bertani,berkebun,mencari ikan,berdagang ataupun kembali tidur.

"Hei anak muda, bukankah itu terlalu berlebihan?".kata seorang lelaki tua melirik tempat menaruh ikan yang dipunyai seorang pemancing terlihat banyak ikan yang besar sedang meliuk kesana kemari.

"Maafkan saya ketua,saya hanya ingin menjualnya beberapa,ini bukan untuk kesenangan saya."katanya menjelaskan salah paham.

lelaki tua itu ikut duduk, "lepaskan yang bertelur,ini adalah upaya pelestarian yang perlu dilakukan,supaya anak cucu kita bisa menikmatinya di masa depan".katanya menjelaskan,sambil mengamati ikan dengan saksama,tanpa diprotes dia membuang beberapa ikan ke air.pergi begitu saja dari pandangan pemancing tadi.

"Hei anak muda,air memang diperlukan setiap makhluk hidup,tapi ingat jangan berlebihan,sayur berbatang basah,cepat menyerap air,dan mudah basah,cepat membusuk jika terendam air".katanya menjelaskan dengan logat yang sama sebelumnya kepada pemuda lainnya.si pemancing yang tak jauh dari sana mampu menangkap pembicaraan pak ketua itu.

"Hmm okelah kalau begitu".katanya sambil melepas seekor ikan yang berhasil ditangkapnya ke dalam air.

"terimakasih nasihatnya pak ketua desa".kata pemuda itu sambil menyirami dengan hati hati sayurannya.

Di desa ini adalah daerah tempat khusus untuk pengungsi oleh karena itu sudah menjadi panggilan alam kalau mereka haruslah melakukan budidaya pelestarian dari lahan dan tempat yang sempit.tak henti hentinya dia menasehati para pemuda disini, oleh karena para dewasa dan yang tua kemedan tempur maka yang muda lah yang melakukan pekerjaan sampingan.

"Anak muda,ini perlu dipupuk,lihat batangnya mulai menguning,hei anak muda yang disana tutup aliran irigasi jika dirasa cukup".melanjutkan penasehatannya.

Seorang pemuda datang dengan cangkulnya.

"Maafkan saya yang terlambat".katanya merasa cukup bersalah.

"Cangkul lahan yang ada disana kita akan memulai membuka lahan disana".katanya memberikan perintah.

Para pemuda yang ada disana tak heran jika dia tak dimarahi,bagaimanapun juga pemuda itu mengurus keperluan adiknya.

"Nak alef ,ada yang ingin kubicarakan,nanti siang datanglah ke balai desa".kata ketua desa sambil berlalu.

*pertahanan gerbang 1

"Berbarislah dengan rapi"kata seorang prajurit memukul seorang pri.

"Ini sudah yang ke lima kalinya"kata seorang ksatria penjaga,wajahnya cukup jengkel menyaksikan populasi yang berderet panjang.

Para pengungsi dicatat satu demi satu,kemudian melewati gerbang.

"Aku heran sebaik apa raja ,hingga membuat nya mau menerima orang luar".gerutu seorang prajurit tak jauh dari gerbang.

"Kau tak tahu?,raja bukanlah baik,melainkan mendaur ulang sampah seperti mereka,untuk digunakan sebagai barang tempur baru?".kata prajurit disampingnya setengah berbisik,mencegah pembicaraannya diketahui pengungsi.

"Wajarlah karna kita kalah jumlah dengan kerajaan seberang, tidak disini tidak di luar negeri, semua sama saja perang tengah maraknya terjadi,pengungsi semakin menjadi-jadi ".katanya menambahkan.

*kerajaan emperor

Disisir oleh pelayan,seorang gadis menatap wajahnya dengan senyumnya

"Bukankah aku ini cantik?".katanya bertanya ke pelayannya.

"ya nona ".pelayan itu menjawabnya seraya tetap menyisir rambut gadis itu tanpa membuyarkan fokusnya.

Seorang remaja laki laki membuka pintu tanpa mengetuk,tentu saja membuat yang ada didalam segera meliriknya

"Kakak,kau tahu ? Di hutan belakang kerajaan ada binatang berbulu yang imut loh.terakhir kali aku pernah melihatnya ketika sedang berburu bersama ayah".katanya menjelaskan.

"Wahh...benarkah?"kata gadis itu kagum.

"Iya,sekarang apakah kakak mulai berubah pikiran?".katanya mulai mengoda.

"Baiklah aku kalah".katanya kembali menatap dirinya di cermin.

avataravatar
Next chapter