21 Sweet Sinner | 8.1

Malam pesta satu Minggu lalu telah merubah semua gelagat dan senyuman Persia meski ia berada di tengah-tengah suasana ceria keluarga Luxembourg, bergurau, menikmati momen liburan terutama melakukan banyak hal saat mengunjungi villa pribadi milik keluarga. Terkadang Persia menyahuti senyum Evelyn dan yang lain tapi ia malas jika harus membuat cerita untuk menambah keseruan pagi itu di acara sarapan yang biasa dilakukan setiap keluarga ketika berkumpul. Satu gelas jus tomat yang menjadi kegemaran Persia sama sekali tidak menggugah selera dan beberapa peralatan makan saja lah yang menjadi mainannya, pikiran Persia entah terbang ke mana yang pasti wajah kedua orang tua mengulas kerinduan Persia namun tidak ada tenaga dan cara agar Persia lari dari Robert sekedar menemui mereka. Ya, Persia tidak akan mengambil resiko jika ia benar-benar jauh dari Robert saat ini.

     Tepat pada hari pertama di vila Robert sengaja memberi tugas untuk Edo agar acara yang sebenarnya adalah permintaan Gabriel itu berjalan tanpa melibatkan Edo, satu tugas mengurus perusahaan di Argentina rasanya cukup untuk memberi Edo jeda dan Robert leluasa menyuruh beberapa anak buahnya menggeledah apartemen Edo sekaligus menempatkan kamera pengintai pada setiap sudut ruangan di sana. Dan satu tugas khusus untuk Shandy mencari tahu langsung kehidupan Persia di Indonesia, Robert memberikan ide-ide yang pas agar Shandy berbaur di antara teman-teman Persia selama satu bulan. Sebenarnya bisa saja Robert mencari beberapa informasi mengenai Edo dan Persia dari Dewa tapi itu terlalu beresiko dan rencana Robert berakhir sia-sia jika Dewa sampai menceritakan hal tersebut, bukan tidak percaya namun tidak ada yang tahu naluri seorang saudara.

     Aktifitas Persia di kantor sedikit berkurang dan Robert membiarkan hal itu terjadi, ia lebih menyukai Persia berada di kamar dengan kesibukan tidur setiap waktu terutama ketika Robert pulang bekerja. Entah, ia seolah merasa indah dengan kegiatan sesungguhnya dalam rumah tangga meski Robert tahu Persia tidak akan menyambutnya saat membuka pintu dan membantunya melepas penat seharian berada di kantor. Hanya dengan menatap sejenak wajah cantik bergumul dengan mimpi itu Robert rasa sudah melepas beban di tubuhnya,,

     "Kau mau ke mana Persia?" Tanya Evelyn merubah senyum karena Persia menyingkir dari meja makan tanpa menjawab pertanyaannya.

     Kekecewaan tersirat di wajah Evelyn karena sudah beberapa kali pertanyaan Evelyn diabaikan oleh Persia namun Robert segera menghalangi kesedihan Evelyn dan mencoba berada di tengah-tengah kesalahpahaman Evelyn,

     "Dia hanya tidak enak badan ibu," Robert menenangkan, "biar aku yang bicara padanya."

     Terang-terangan Evelyn melonjak, "apa dia hamil?"

     What? Robert menarik napas dalam-dalam untuk mencari jawaban dari pertanyaan Evelyn yang terkesan memaksa, "tidak! Em... maksudku... Bukan itu ibu. Dia sempat hipotermia."

     "APA?!" Evelyn memukul lengan Robert, "bagaimana bisa? Kau tidak menjaganya hah?! Dan kenapa istrimu belum juga hamil? Bagaimana kau melakukannya hm? Apa ibu harus berada di antara kalian saat mencetak skor?"

     Sabar! Itu yang bisa Robert lakukan saat perkataan Evelyn terlalu gamblang mengenai banyak hal,

     "Seharusnya anak mu menjadi pengiring pengantin di acara pernikahan kalian." Sepupu Robert berhasil menambah ejekan Evelyn dan serentak orang-orang di meja makan menggeleng.

     "Aku masuk dulu!" Robert malas meladeni ocehan tidak bermutu keluarganya.

     "Ya, buatlah istrimu menjerit pagi ini Rob!" Imbuh lagi yang lain dan Robert hanya mengarahkan jari tengahnya ke mereka.

     Di dalam. Robert melihat Persia duduk dengan membaringkan kepala di atas tumpuan kedua tangan tepat melihat kearah aquarium. Persia memainkan jari telunjuk di kotak kaca dan terang diikuti ikan-ikan kecil di dalam kotak, Robert sempat melihat Persia tersenyum. Mungkin hal itu terlihat lucu tapi Robert tahu jika Persia tidak pandai menyembunyikan kesedihan. Secara sengaja Robert mendekat tanpa bersuara kemudian duduk di belakang Persia. Aroma buah pada tiap helai rambut panjang Persia tercium segera dan Robert mengabaikan angin yang bergerak karena kibasan rambut itu lembut tepat mengenai wajah. Dengan mencoba memeluk pinggang ramping di depannya Robert ragu jika Persia akan terkejut jadi ia memutuskan untuk tetap memerhatikan tangan Persia membentuk garis-garis di kotak aquarium,

     "Kamu udah makan belum?" Tanya Persia untuk ikan kecil berwarna biru memiliki garis hitam di bagian tubuh, "aku kasih makan ya? Sebentar!"

     Lantas Persia hendak bangkit dari tempat duduk namun ia melihat wajah Robert sangat dekat dengan wajahnya saat itu. Persia mengerjap dan lagi-lagi hanya bisa menelan saliva ketika ujung hidung mancung Robert mendekati sisi wajahnya,

     "A...apa yang... Sedang kau lakukan?" Degup jantung Persia hampir mencuat dari tempatnya.

     Kebiasaan. Bagi Robert jawaban hanya bisa dilakukan oleh perbuatan. Lalu Robert meraup pinggang Persia untuk lebih dekat dengan tubuhnya, ia membuat Persia berada di pangkuan dan tentu peluang itu Robert sepakati dengan mengecup bibir Persia. Awalnya hanya ingin melekat, tapi rasa itu berat untuk dinikmati barang sebentar saja. Robert mengigit kecil rona merah terasa manis, tekstur licin dan hangat bibir Persia terus ia nikmati dan menelusuri bentuk lidah yang menggoda. Tapi permainan Robert terhenti saat Persia mendorong dadanya dan hampir berdiri. Ya, Robert tidak suka jika kemauan dan rasanya dicegah,

     "Lepas!" Tiba-tiba suara Persia meninggi.

     "Nikmati saja, Baby! Jangan sungkan-sungkan!" Robert terus berusaha mendapatkan kembali rona merah bibir Persia ke dalam mulutnya.

     Jemari kasar itu kembali mendekap tapi Persia merasa getarannya lain dan itu membuat Persia merasa canggung, "aku tidak suka! Kenapa kau selalu memperlakukan aku seperti ini? Kau pikir aku pelacur?"

     Pelukan Robert terlepas, ia bangkit dan berhasil  menangkap tangan Persia yang berusaha menghindar,

     "Apa aku terlihat menghinamu? Apa aku seperti pria hidung belang?" Robert meraih dagu Persia, "satu hal yang harus kau tahu tentangku dan ini baru saja berada di dalam pikiranku. Aku bukan pria yang melihatmu seperti pelacur!"

     Tidak ada yang perlu Robert perjelas karena baginya Persia bukan semacam barang indah yang hanya dinikmati saat pesonanya begitu kentara dan pergi dengan mudah untuk mencari keindahan lain. Robert terlalu muak dengan dirinya sendiri sehingga ia memilih menjauh tapi telinga Robert menangkap suara Persia terisak, 'ck, kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus merasa bersalah? Dan kenapa aku harus memikirkan dia?' lalu batin Robert menyalahkan dan ia tidak sanggup melihat wajah cantik itu tertunduk dan hanya berdaya menguraikan air mata,

     "Kau bukan wanita seperti itu, kau..," Robert mengusap kemudian meraih tubuh Persia untuk ia dekap, "istriku Persia."

     Seakan kata itu memukau pendengaran dan Persia melepas pelukannya untuk menatap wajah itu berkata lagi. Tapi Robert diam dan hanya tersenyum tipis kemudian membelai sisi wajah Persia,

     "Jika tersenyum membuatmu bahagia, kenapa kau harus menangis?" Sambung Robert sebenarnya ia merasa gugup.

     Entah keadaan atau memang ucapan Robert terdengar lucu sehingga Persia tersenyum dan mengeluarkan suara tawanya. Ia baru saja melihat wajah tampan itu tidak menyeramkan, bahkan Persia mulai ingin menyambut mata itu di setiap tatapan. Namun Persia merasa keindahan mata itu hasil karya alam menakjubkan, tanpa ada perasaan istimewa di hati Persia. Ya, Persia hanya selalu mengagumi setiap kebaikan bahkan kesetiaan Robert terhadap Hilda.

[...]

     Malam semakin larut, kabut tebal menyelimuti rongga alam di luar jendela yang terbuka. Persia merasa takut bangkit dan berjalan untuk menutup tingkap, hatinya gelisah sekaligus mengamati ruangan di kamar villa. Ia juga mengamati pintu karena berharap Robert datang, tapi tidak! Persia harus berhenti mengharapkan Robert menemaninya terutama di dalam kamar, di atas ranjang, berdua! Oh, itu terlalu berbahaya. Lalu pikiran Persia berkelana memikirkan ancaman Edo, meski rasa kantuk sudah tidak bisa di ajak kompromi tapi tentu Persia akan tetap terjaga memasang waspada karena jika kejadian waktu itu terulang. Bisa aja Edo datang dan membawa Persia pergi ke suatu tempat yang gila.

     Karena rasa takut yang besar Persia terkejut dan hampir menjerit kalau saja ia tidak menutup mulutnya dengan tangan. Persia memerhatikan tubuh hewan nokturnal menggelepar di atas lantai karena membentur kaca. Namun itu hanya keinginan Persia menolong, dan Persia memiliki cara lain untuk menghilangkan rasa takunya dengan tidur di ruang kerja Robert.

     Sekitar lima menit Persia berjalan sangat hati-hati agar langkahnya tidak mengganggu orang yang sedang beristirahat. Satu menit kemudian Persia sudah berada di dalam ruangan kerja pribadi Robert di vila, Persia sempat ragu untuk bertanya karena Robert terlihat fokus di depan laptop dan berkas di tangan. Jadi Persia memutuskan mematung di depan pintu,

     "Kenapa?" Sekilas Robert melirik kearah Persia namun kembali lagi pada kertas di tangan.

     Persia tidak tahu mengapa tapi yang jelas ia ingin merasa aman di dekat Robert, "em... Tidak apa-apa, aku hanya ingin melihat-lihat dan spertinya aku mengantuk melihat ruangan ini."

     Robert tetap diam tanpa mempedulikan Persia berjalan menuju sofa dan tanpa takut mendapat teguran Persia merebahkan tubunya di sofa. Sempat Robert melirik tapi ia memperjelas  tatapannya saat Persia menggeliat, dan gaun tidur tak terlalu seksi itu sudah cukup membekali pikiran Robert dengan hawanya. Namun Robert berpaling dan tetap menyelesaikan tugas tapi justru kepala Robert dipenuhi dengan masalah kepuasan. Sialan! Ia merasa frustasi padahal Persia baru saja masuk dan sama sekali tidak mengganggu,

     "Em... Apa aku bisa membantumu? Aku masih bekerja denganmu kan?" Robert terperanjat saat tiba-tiba Persia berdiri di depannya.

     Robert tidak menanggapi, ia terlalu memaksa untuk konsentrasi di depan layar komputer,

     "Em... Itu berkas yang kau beri kepadaku kan?" Persia meremas-remas kain satin di tubuhnya karena gelisah, "maaf, aku belum sempat me..."

     "Bagaimana kau bisa menyempatkan waktu? Kau tidak bekerja selama satu Minggu Persia, tanpa ijin dan kau seenaknya saja di perusahan ku." Jawab Robert berusaha untuk tidak menatap Persia.

     "Ya... Em... Aku... Minta maaf, aku merasa tidak enak badan dan aku seperti orang yang kelelahan. Aku juga selalu ingin... Em... Tidur!" Persia tersenyum kecut dan ia berharap Robert tidak membentaknya.

     Tidur? Robert hampir muak mendengar jawaban Persia, tapi ia malas berargumen karena sesungguhnya ia sendiri menyukai bagian di mana Persia tidak berusaha lari. Wanita di depannya itu seperti kucing cantik yang menjadi peliharaan Robert,

     "Tidak perlu, kau tidur saja dan suaramu itu sangat mengganggu!" Tandas Robert kini menyumpal kedua telinga dengan headset.

     Persia mendengus kesal dan menatap sinis pria yang sibuk dengan pekerjaan. Lalu Persia kembali ke sofa kemudian ia menyelimuti tubuhnya dengan kain tebal agar hawa dingin bisa teratasi. Meski rasa kantuk sudah tidak bisa lagi diperpanjang Persia tetap merasa resah dan sesekali melihat ke arah Robert tengah sibuk dengan pekerjaan, Persia pun tersenyum akan rasa semangat pria itu. Ia sendiri termotivasi agar sama dengan keuletan Robert tapi nanti setelah Persia benar-benar yakin untuk kembali ke perusahaan Luxembourg.

     Melawan dirinya sendiri sangat sulit ketika Robert mencoba bertahan selama satu jam lebih dan berupaya agar tidak menatap kearah Persia dengan kertas yang tiba-tiba menyebalkan saat itu. Tapi Robert berusaha sibuk dan tidak mendekat, itu sangat tidak mungkin jika Robert harus tetap bertahan lebih lama melihat wajah itu. Selama satu menit Robert membereskan kertas-kertas berserakan di atas meja namun matanya mengintai tubuh yang menggigil akibat penghangat sedikit bermasalah lalu Robert segera meraih remote untuk memperbaiki kualitas suhunya. Tapi mata Robert menangkap selimut tebal itu terjatuh dan pikirannya sudah terjangkit virus itu lagi.

     Robert menjumput kain tebal untuk menyelimuti tubuh Persia, tapi tangannya terlalu gatal jika ia tidak menyingkirkan tiap helai rambut menghalangi wajah Persia. Dan Robert bisa melihat wajah itu dengan jelas kemudian ia berjongkok sekedar ingin mendengar napas Persia,

     "Good night, Baby!" Bisik Robert mengecup sisi wajah Persia dan saat itu mata cokelat Persia terbuka.

     Pandangan mereka saling bertemu dan menerbangkan pikiran masing-masing. Sesaat Persia mengingat wajah Edo namun ia telah membenci kelakuan pria yang ia cintai, dan berbeda dengan Robert yang sudah berhasil melupakan mantan istrinya meski ia menatap wajah wanita yang sudah membunuh kebahagiaan Robert,

     "Kau belum tidur?" Tanya Robert lirih.

     Persia menggeleng dan mengikuti tangan Robert membelai wajahnya,

     "Aku menginginkanmu Persia," Hanya sekitar lima centimeter jarak wajah mereka berdekatan dan Robert menyusupkan tangannya meraih tubuh Persia kemudian ia bangkit, "di dalam kamar."

     Rasa khawatir Persia lenyap saat ia bertahan di gendongan Robert, ia mengintai mata yang berkilat merujuk pada seutas sejarah itu lagi. Tapi Persia tidak mampu berkata apalagi memberontak, yang bisa dilakukan Persia saat Robert berjalan dan mulai menuju kamar adalah menahan getaran dari detak jantungnya. Persia termenung dengan menerima kecupan beruntun di wajah dan terutama bibirnya.

avataravatar
Next chapter