61 Sexaginta unus

Cahaya rembulan menembus kaca jendela dari balkon kamar. Tertutup tirai putih yang hanya menimbulkan bayangan hitam.

Derasnya hujan di tengah malam menjadi saksi di antara kedua insan sedang bersentuhan.

Keyla membuat Calvin lupa akan perihal janjinya terhadap Niko. Mereka melakukan hubungan asmara yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Karena kegiatan itu membuat suasana chamber berubah dan mulai menimbulkan suara aneh saling bersautan.

Keyla mendesah dan menerima segala sentuhan gila itu. Sementara Calvin selalu membayangkan wajah Niko meski melakukanya bersama Keyla.

"Hhh… aku mencintaimu liby. Kamu sangat menggoda! sampai-sampai aku tidak bisa berhenti bergerak," desah Calvin yang terus meracau dan belum berhenti membicarakan hal itu pada Keyla dengan suaranya yang terdengar sexy dan menggoda.

"Li...by?" batin Keyla bertanya dan masih menikmati gempuran Calvin yang membenam kepunyaanya lebih dalam.

Keyla menghentikan suaranya yang sempat mendesau. Ia berbalik menatap Calvin yang terlihat masih bersemangat melakukan ritual malam ini. Ada sesuatu yang menjejal pikiranya.

Mengapa Calvin selalu mengatakan "Liby aku mencintaimu" Memangnya Liby itu siapa? Keyla rasa Calvin tidak pernah memanggilnya dengan sebutan lucu seperti itu.

Tapi Keyla tidak memperdulikan lagi. Ia kembali bersuara saat Calvin menggoyangkan pinggulnya.

"Aku suka eranganmu sayang," bisik Calvin di telinga Keyla.

Desahan Nikmat dari keduanya memenuhi ruangan. Gerakan Calvin yang awalnya sangat lembut berubah menjadi liar sampai akhirnya mereka menemukan pelepasan masing-masing.

.

.

.

Calvin mengubah pose tubuhnya ke samping. Ia mulai meraba-raba sekitarnya dengan mata masih memejam dan enggan membuka.

Calvin sedang mencari sesuatu yang bisa di peluk. Tetapi ia belum menemukan, lalu Calvin memegang sebuah guling kesayangan Niko, Calvin langsung mendekap benda panjang itu.

Beberapa saat Calvin mulai tersadar dan membuka matanya lebar-lebar.

Ia tau kalau sosok yang di peluknya itu bukanlah Niko kekasihnya melainkan guling kesayanganya meski tercium bau sama dengan aroma tubuh Niko.

"Niko!"

Calvin terbangun dan segera terduduk di atas kasur dari seprai yang berantakan karena hasil semalam.

Calvin memijat pelepisnya. Entah mengapa badannya terasa pegal seperti habis di pukul sama orang. Namun, tiba-tiba ia di kejutkan dnegan sesuatu hal yang tidak terduga.

Calvin melihat dirinya tidak lagi memakai busana sebagai bahan penutup.

Ia menyibak selimut yang tadi sempat membungkus tubuh kekarnya di dalam sana.

"Kenapa aku telanjang? Apa aku melakukanya bersama Niko?!" batin Calvin tidak mengerti.

Calvin masih belum mengingat tentang kejadian semalam bersama Keyla.

Ia tidak mau terlalu jauh memikirkan tentang hal itu. Lebih baik nanti ia tanyakan saja sama Niko.

Bibirnya tersenyum, ia langsung berjejak dari atas kasur dan berjalan menghampiri lemari yang terletak di sudut kamar.

Calvin hanya memakai kaos oblong dan juga boxer. Kemudian mulai memunguti beberapa benda yang berserakan di atas lantai.

Tapi, sesuatu membuatnya berhenti memungut. Sebuah kertas yang menempel di atas Nakas dengan tulisan singkat membuat perhatianya teralihkan.

"Kertas? Apa Niko yang menulisnya?" kata Calvin merasa gemas.

Calvin berhenti dengan aktivitasnya dan meraih selembar kertas di atas Nakas sembari membaca isi pesan tersebut.

From : Keyla

"Maaf… aku pulang duluan."

I love you

To : Calvin

DEG

Calvin mematung di tempat saat membaca pesan singkat ternyata dari Keyla dan bukan dari Niko.

Seketika itu ia membeliak. " Niko!" lirihnya pelan.

Calvin menjatuhkan kertas itu begitu saja di atas lantai. Tanpa menunggu jawaban tepat, Calvin langsung bergegas lari keluar dari kamar.

Tidak ada hal yang lebih penting dari Niko. dan pikiranya hanya tertuju pada Niko. Jantungnya berpacu sangat cepat dan mulai memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Niko, maaf…"

Entah kemana saja Calvin selama ini.

Ia baru ingat kalau semalam habis mengurung Niko di dalam gudang gelap tanpa ada lampu penerang.

Padahal ia tau bagaimana Niko yang begitu takut dan phobia jika berada di tengah suasana gelap.

Mengapa Calvin baru menyadarinya sekarang? Sudah berapa jam Calvin meninggalkan Niko di sini?!

Dan...

Surat dari Keyla?

Apa Calvin melakukanya bersama Keyla?

Tidak!

Calvin tidak akan percaya itu.

Ia sangat, yakin. Wajah yang di lihat Calvin tadi malam adalah Niko. Calvin tidak mungkin salah lihat. Tapi, bukankah Niko masih berada di dalam gudang.

Dengan cepat Calvin segera membuka kunci pintunya. Ia agak kesulitan karena terlalu terburu-buru.

Klek

Pintu terbuka…

Calvin membuka pintu gudang dan langsung di suguhi pemandangan yang tidak mengenakan. Ia mendapati Niko tergeletak di dalam sana dengan tubuh yang sudah tidak berdaya.

"Niko!" pekik Calvin.

Calvin mengangkat tubuh Niko ala bridal style kemudian membawa pergi dari gudang tersebut.

.

.

.

30 menit berlalu…

Calvin berjalan ke sana ke mari sembari berkacak pinggang. Sesekali ia menoleh dan menatap Niko dengan tatapan khawatir.

Niko belum memberikan reaksi tanda-tanda bahwa ia sudah tersadar dari pingsanya.

Bodoh! Calvin sangat bodoh.

Ia mengurung Niko di dalam gudang selama semalam dan kembali bertemu dengan mentari ufuk timur.

Sementara itu Niko masih saja lemas. Tubuhpun terasa panas dan tidak bisa di gerakan dengan leluasan.

"Humpt…" lenguh Niko.

Suara lenguhan itu menarik atensi pria yang sedang berdiri di samping bad kamar. Tempatnya tidak terlalu jauh dari ranjang yang Niko tiduri.

Mendengar itu Calvin tersenyum.

Ia mentolehkan kepalanya ke belakang tepat di mana Niko berada. Tanpa menunggu lama Calvin langsung mendekati Niko di dekat ranjang.

Niko melihat Calvin mendekat ke arahnya. Niko bersikap biasa dan tidak memberikan respon berlebihan.

Niko hanya terdiam saat Calvin membelai rambutnya dengan lembut. Tangan kekar itu turun dan berhenti di kedua wajah Niko yang mengembung bulat.

"Aku khawatir. Kamu gak papa kan?"Calvin menatap sendu ke arah Niko.

Tidak ada jawaban dari Niko.

Calvin tersenyum," lebih baik kamu istirahat ya," ujar Calvin di susul dengan kecupan singkat yang mendarat di keningnya kemudian Calvin sedikit menjauh dari Niko.

Calvin bangkit berdiri dan mulai menarik kain di atas seprai untuk menyembunyikan tubuh Niko supaya terbungkus di dalam selimut tebal.

"Aku buatin sarapan ya!" kata Calvin sembari menepuk kepala Niko sebelum dirinya pergi dan beranjak dari dalam kamar.

Niko mengangguk pelan membuat Calvin tersenyum.

Setelah kepergian Calvin tanpa Niko sadari tiba-tiba saja air mata indahnya itu luruh dan turut mengalir membasahi pipi.

Mengingat bagaimana Calvin mengurungnya seharian di dalam gudang hanya demi kekasihnya Keyla.

Hati Niko sangat sakit. Bagaikan di tusuk oleh ribuan benda tajam yang menancap di rongga hatinya.

Tapi, Niko sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Niko sadar akan dirinya itu siapa! Ia juga tidak bisa meminta lebih. Niko hanyalah orang ketiga di antara Bunga mawar dan setangkai duri. Calvin bisa saja membuangnya di saat Calvin tidak lagi membutuhkan Niko. Ketika ia mulai merasa jengah dan bosan.

"Hanya, satu orang yang bersemayam di hati ini. Siapa lagi kalau bukan kamu."

Ingatan manis dari Calvin membuat Niko semakin tak kuasa menahan tangis. Bulir kristal yang berusaha ia tahan kini meleber keluar dari pelupuk matanya.

Sebelum Calvin mengetahui jika Niko baru saja menangis. Niko buru-buru menyeka air mata itu. Meski rintik terus saja mengalir dan tidak mau berhenti.

Sementara di luar kamar, Calvin sedang menyiapkan sesuatu yang nantinya untuk sarapan.

Calvin mengambil dua lembar roti tawar di dalam plastik yang ia tempatkan di dalam lemari gantung.

Setelah itu Calvin memasukan dua lembar roti tawar ke dalam toaster atau pemanggang roti. Hanya menunggu ½ menit Roti pun siap di sajikan dengan tambahan selai sesuai selera. Karena berhubung Niko suka sekali dengan Coklat jadi Calvin tak lupa menambahi selai coklat di atas roti bakar.

Calvin membuka kulkas mini dan mengambil susu bubuk coklat di dalam Toples. Calvin memang sengaja menaruh susu bubuk itu ke dalam wadah khusus untuk susu Niko.

Karena terkadang Niko itu suka plin-plan. Biasanya suka susu bubuk tapi nanti tiba-tiba ganti dan jadi suka susu kotak.

Semuanya Niko suka tapi lebih baik Calvin membelikan semuanya saja dari pada nanti rewel. Kan, lebih ribet urusanya.

Calvin tak akan sanggup membiarkan ibu Negera kesayanganya itu marah apalagi sampai membuatnya masuk ke dalam mode ngambek. Jangan sampai deh! Soalnya Calvin tau betul bagaimana sikap Niko kalau sedang marah.

Susah di ajak bicara?

Sopasti!

Susah di bujuk?

Jangan tanya deh.

Calvin saja sampai kewalahan dan setengah mati buat membujuk Little babynya itu.

Calvin meletakkan sarapan simpel itu di atas meja makan. Selagi siap Calvin segera menyusul Niko di dalam kamar.

Namun saat Calvin mau masuk dan membuka gagang pintu kamar, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya terkejut.

Ia tidak melihat Niko di sana.

Little babynya kemana?

"Niko!" pekik Calvin saat pandanganya terfokus menatap tirai dan jendela balkon kamar yang sudah terbuka lebar.

Pikiran Calvin menjadi tidak karuan.

"Niko! Kamu kemana sayang?" panggil Calvin gelisah.

Calvin membuka pintu kamar mandi dan berhenti menatap Niko yang sedang bertelanjang sambil menikmati air hangat yang mengguyurnya di waktu pagi.

"Saya—,"

"Huff, sayang. Aku kira tadi kamu kemana. Eh, gak taunya kamu ada di sini. Hah… Kamu membuatku khawatir tau!" ucap Calvin cemberut dan masih menetralkan detak jantungnya berdetak tidak normal.

Calvin takut jika Niko beneran pergi dari hadapan Calvin. Tapi, untung saja semua pikiran buruk itu tidak akan pernah terjadi. Yeah… Calvin sangat percaya itu.

Niko mencintai Calvin? Itu sudah pasti dan Calvin tidak perlu lagi bertanya apalagi mencari jawaban itu di luaran sana.

Lagipula, Niko mau pergi kemana? Menjauh dari Calvin saja ia tidak bisa.

Calvin menghela napasnya dengan lapang kemudian sudut bibirnya membentuk senyum kecil. Lalu, berjalan mendekati Niko yang masih mengguyur tubuhnya dengan air shower.

Calvin merengkuh pinggang Niko. Mendekatkan wajahnya, ia sedikit menyesap rasa asin di leher Niko.

Calvin juga mengendus bau khas dari little babynya.

Wajah Calvin bertengger di bahu Niko sambil mengucapkan kata-kata manis.

"Aku takut kamu pergi," lirih Calvin masih memeluk Niko.

Tidak peduli dengan bajunya yang ikut basah.

Niko bergeming, mendengar suara Calvin mengatakan hal itu membuat hatinya kembali teriris.

Calvin menoleh menatap Niko hanya terdiam. Ia mengecup pipinya sekilas.

"Ko diem, hum?" katanya dengan suara lembut.

Niko menggeleng pelan." Gak papa," jawabnya.

Bibir Calvin tertarik.

"Maaf… kamu jangan pergi ya liby. Aku sayang sama kamu," ucap Calvin dan semakin mengeratkan pelukanya.

avataravatar