webnovel

Two Sway

"Eoh? Kemana perginya si polusi udara?" celetuk Hanbin seraya berjalan turun dari tangga dengan perlahan. Mulutnya menguap lebar membuat Bobby yang saat itu sedang santai melihat majalah langsung meringis jijik. Matahari sudah ingin ditelan gelap sedangkan lelaki berhidung bangir itu baru saja bangun dari tidurnya. Hanbin tidak ada bedanya dengan kelelawar, dia aktiv pada malam hari dan sunyi pada siang hari. Semua penghuni disini memakluminya. Lelaki itu bekerja sebagai pembuat lagu, dia akan bergadang semalaman sambil mendengarkan demo lagu yang dia buat sampai akhirnya muak dan tertidur. Lagipula semua penghuni disini tidak ada yang berani menggangu tidur Hanbin, lelaki itu akan murka melebihi murkanya ibu tiri jika jam tidurnya diganggu oleh orang lain.

"Berkencan dengan kekasihnya" sahut Bobby kembali melihat majalah didepannya membuat Hanbin mengangguk-angguk sambil menggaruk kulit kepalanya yang gatal karena belum mandi sejak kemarin. Kakinya melangkah memasuki dapur dan mengambil sekotak sereal beserta sebotol susu sebagai menu sarapan yang tertunda=nya "Kau membuat lagu baru lagi?" celetuk Bobby dari ruang tamu membuat Hanbin membalasnya dengan gumaman keras.

"Aku menyelesaikan tiga lagu sebelum tidur. Dan sekarang aku muak mendengar mereka" jawab Hanbin menundang tawa disana. Hanbin mendengus kesal, membawa sereal dan susu yang sudah dicampurkan kedalam mangkuk untuk bergabung dengan Bobby yang masih tertawa kencang disana "Lagu itu seakan mentertawakan ku begitu aku mendengarkan ulang dan mersapi liriknya" lanjut Hanbin lagi sambil duduk disofa bersama Bobby. Tangannya menggapai remot televisi dan menyalakan benda tipis itu.

"Lagu patah hati yang hype lagi?" tanya Bobby menatap Hanbin dengan sudut matanya. Hanbin terkekeh kemudian mengangguk, namun matanya tidak lepas dari tontonan di depannya. Lelaki itu memanjang-kan dan menaruh kakinya tepat diatas meja "Kenapa tidak? Kau bisa menari sambil menangis jika mendengarnya".

Waktu saat ini bisa diperkirakan dengan hanya melihat siaran televisi. Kali ini layar televisi menampilkan berita sore hari, mungkin sekitar setengah lima sore? Suasana rumah besar in sangat sepi. June sudah berangkat untuk berkencan dengan pacarnya yang pemarah itu, sedangkan Lisa? Entahlah, mungkin gadis itu sedang sibuk bermain dengan bonekanya. Sebenarnya mereka terbiasa dengan suasana sepi seperti ini, bahkan terkadang mereka semua hanya berdiam diri di kamar masing-masing dan membuat rumah seperti tidak berpenghuni. Mereka akan keluar hanya pada waktu makan saja.

"Kali ini kenapa? June menjual gitar mu lagi? atau Lisa dengan ucapannya membuat mu kesal?"

"Aniyo, bukan keduanya. Tapi ini memang karena Lisa. Gadis itu tidak mau membuatkan ku ramyun padahal aku sedang lapar. Akhirnya aku membuat trilogy lagu tentang seorang laki-laki yang merindukan masakan sederhana kekasihnya yang sudah meninggal" ujar Hanbin dengan mulut yang penuh dengan sereal "Aku bahkan memiliki gambaran tentang bagaimana music video itu berlangsung" lanjut lelaki itu membuat Bobby terkekeh sambil menggeleng "Kau tau apa yang membuatku tertawa? Aku bodoh baru menyadarinya sekarang. Kau selalu menulis lagu cinta sehabis menonton film romantis padahal pada kenyataan kau tidak pernah memiliki kekasih. Kau juga selalu menulis lagu patah hati hanya karena June mengambil barang-barangmu dan Lisa yang menolak membuatkan mu ramyun ketika tengah malam" ujar Bobby masih dengan kekehan-nya, namun matanya tidak lepas dari majalah yang selalu menemani hari-harinya. Hanbin mendelik kearah Bobby, lelaki itu menyuap satu sedok besar sereal kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan kesal. Bobby tidak seharusnya menjelaskan secara detail menenai status lajangnya yang sudah terlalu lama ini.

"Lagi pula Hanbin-ah. Apa yang kau harapkan dari gadis aneh seperti Lisa? Membuatkan ramyun? Hah! Dia bahkan hanya membuka mulutnya jika ingin membuat orang lain marah" ujar Bobby yang akhirnya menutup majalahnya dan beralih dengan ponsel yang berada di telapak kaki Hanbin "Berhenti saja membuat lagu cinta kalau akhirnya kau menjadi kesal sendiri. Coba tema yang lain"

Hanbin mengalihkan pandangannya dari televisi "Aku memang membenci lagu itu tapi, dari sana aku mendapatkan banyak uang. Banyak penyanyi yang berlomba untuk membeli lagu menyebalkan itu. Kalau aku berhenti membuat lagu tentang cinta, lagu apa yang akan kubuat nanti? Lagu anak-anak?"

"Lagu anak-anak tidak buruk, kau suka anak kecil" ujar Bobby yang menatap Hanbin dengan antusias. Hal itu justru membuat Hanbin menghela nafas, bingung dengan jalan pikiran Bobby yang sangat pendek itu.

Hanbin tidak masalah menulis lagu apapun. Dia bisa saja menulis dengan iseng dan justru melahirkan maha karya. Bukannya sombong, Hanbin memang memiliki bakat, mungkin sejak lahir? Entahlah, tapi yang jelas, hidupnya memang sudah di takdirkan untuk bergelung di dunia music – bukan seni ya. Karena Hanbin tidak bisa menggambar atau pun memberi warna pada kertas kosong. Dia hanya bisa menulis lirik demi lirik dan menciptakan nada yang mudah dinikmati oleh orang awam. Hanbin meninggalkan mangkuk sereal-nya yang hanya tersisa susu. Dia menatap Bobby dengan menyilangkan tangannya didepan dada, bersender pada sofa sambil mendengus pelan.

"Siapa yang akan membeli lagu anak-anak? Bisa-bisa aku tidak makan karena tidak punya uang. Lagi pula, menulis lagu itu butuh lingkungan yang memadai. Bagaimana mungkin aku menulis lagu anak-anak dengan lingkungan yang tidak memadai seperti ini? Haruskah aku menulis lagu tentang June? Tentang melarang anak-anak mencuri barang. Atau aku menulis tentang mu? Tentang sex education yang terinspirasi dari majalah-majalah yang kau baca. Atau bahkan tentang Lisa? Kau ingin aku membuat lagu penghantar kematian untuk anak anak?!" ujar Hanbin seraya mendengus kesal yang membuat Bobby tertawa terbahak-bahak. Berada dilingkungan seperti ini memang tidak sehat, apalagi bagi seorang anak. Bayangkan saja, tiga dari empat orang penghuni disini adalah perokok akut dan sangat menyukai alcohol. Satu-satunya gadis disini lebih menyeramkan dari pada boneka Annabelle. Dan jangan lupakan otak mesum seorang Kim Bobby dan tangan lihai Koo Junhoe.

"Sudahlah. Jangan berfikir untuk mengubah apapun, kau hanya akan mengacaukannya hahaha – aish, aku tak bisa membayangkan kalau kau membuat lagu kematian hahahaha" Bobby masih bergelung dengan tawa-nya sedangkan Hanbin sudah memutar bola matanya malas. Berdiskusi dengan penghuni rumah ini sama saja membuang-buang waktu. Kalian tidak akan mendapatkan jalan tengah karena mereka justru akan membuat jalan baru sehingga membuat kalian pusing. "Ah, Ya! Bagaimana hubungan-mu dengan Kim Jennie? Aku dengar dia mendaftarkan diri di agensi besar dan menjadi model terkenal. Apa dia sudah membuang mu?" tanya Hanbin membuka topik pembicaraan baru.

Bobby mendengus seraya memutar bola matanya malas "Kau harus lebih sering keluar dari studiomu agar tidak tertinggal banyak berita" ujar Bobby sambil meregangkan otot-otot badannya "Baru saja kemarin dia datang dan mengamuk karena aku tidak datang ketika runaway perdananya. Bahkan Mino dan Irene Noona sampai datang untuk menghentikan gadis gila itu. Augh! Aku menyesal pernah berkencan dengannya ---- YA! KAU GILA?!" lanjut Bobby yang kepalanya dihadiahi sendok oleh Hanbin yang terlanjur kesal karena ocehan lelaki itu.

"Kau yang gila! Tentu saja gadis itu mengamuk dasar bodoh! Dia ingin kau ada disana, menenangkannya ketika dia gugup, memujinya ketika dia berhasil melakukannya, berada disampingnya dan dia akan mengenalkanmu kepada semua rekan kerjanya. Bukannya malah memilih tidur dirumah! Bahkan aku yang belum pernah berpacaran lebih baik dari pada dirimu" oceh Hanbin membuat Bobby menggerutu sambil mengusap kepalanya yang terasa butuh sepuluh jahitan "Kau harus membayar dokterku jika kepalaku bermasalah setelah ini" ujar Bobby membuat Hanbin memutar bola matanya malas.

"Kau tidak pernah menggunakan otakmu Oppa. Jadi, jangan khawatir kalau itu rusak, tidak akan ada yang berubah" celetuk Lisa yang hanya melewati mereka dengan cepat untuk menuju kolam.

Hanbin menahan tawanya yang ingin meledak begitu melihat ekspresi Bobby yang kaget karena ucapan Lisa barusan. Gadis itu seperti hantu, terkadang dia muncul dan mengagetkan semua orang, dan terkadang dia menghilang sampai orang-orang bingung mencarinya. Dia tidak akan muncul jika kau mencarinya namun dia akan muncul jika kau membutuhkannya. Bobby masih saja speechless, dia sudah sering mendengar ucapan menyakitkan Lisa, namun kali ini berbeda. Ucapan Lisa sangat menohok, mungkin karena Lisa berbicara tentang fakta.

"Apa dia ditempatkan disini memang sengaja untuk membuat orang lain kesal? Augh! Dia hampir membuatku melempar meja makan kearahnya" gerutu Bobby membuat Hanbin menyemburkan tawanya dengan kencang. Lelaki itu bahkan memegangi perutnya karena otot yang berada disana sudah bekerja dengan sangat keras sampai membuatnya keram "Otakmu pasti mahal kalau dijual berhubung kau tak pernah memakainya, jual saja. Kau akan kaya. Barang baru memang selalu mahal kan?"

"Aish---"

/Teng

Bobby sudah berniat untuk melempar Hanbin menggunakan bantal sofa yang lumayan keras, namun bel pintu mengintrupsi pergerakannya. Dengan terpaksa, dia meninggalkan Hanbin yang sudah tertawa sampai berguling-guling diatas lantai dingin. Bobby mendengus kesal, menoleh kearah pintu kaca yang menampilkan Lisa sedang berdiri menatapnya dengan pandangan datar milik gadis itu, tidak lupa dengan boneka yang selalu dia bawa kemana pun dia berada. Bobby menggeleng sekaligus merinding, Lisa sangat menyeramkan jika dilihat dari jauh. Kakinya berjalan dengan cepat menuju pintu utama yang sudah berisik dengan bel pintu. Bobby sudah dapat meperkira-kan siapa yang akan datang. Tidak mungkin June, karena lelaki itu akan masuk seperti maling tanpa membunyikan bel terlebih dahulu.

Sudah dipastikan ini adalah penghuni baru.

Bobby mengulurkan tangannya memegang pedal pintu, menariknya kedalam hingga menampilkan pemandangan yang membuat badannya menegang. Seorang dengan topeng kelinci menyambutnya, rambut panjang dan pakaian orang itu memberitahu Bobby bahwa yang berada di depannya adalah seorang perempuan. Bukan, bukan itu yang membuat tubuh Bobby menegang.

Seorang bocah laki-laki berumur sekitar lima tahun dengan topeng kura-kura juga berada disana. Berdiri tepat disebelah gadis itu seraya menggenggam tangannya.

"Eomma, kita akan tinggal disini?"

Dia tidak menyangka akan mendapat dua penghuni baru dirumah ini.