1 1 | It's Been Six Years

Yehoon masih meringkuk di sudut ruangan di dalam jeruji besi. Sudah jalan enam tahun semenjak ia ditetapkan sebagai pelaku yang membunuh remaja berusia sembilan belas tahun. Meski dirinya tak pernah lelah menegaskan bahwa ia hanya saksi di sana. Masalahnya, warga di sekitar sana berkeroyok supaya Yehoon di jatuhkan hukuman atas perbuatannya.

Saat itu Yehoon bingung, ia tidak tahu apa-apa. berakhir memilih pasrah sebab perlawanannya begitu lemah. Ia tidak mampu melakukan apa pun selain dijatuhi vonis seumur hidup penjara.

Dahulu, saat pertama kali ia dinyatakan sebagai tersangka, usianya juga terbilang sangat muda. Sembilan belas tahun. Sebaya dengan pemuda yang terbunuh.

"Tae..." Tangan gadis itu bergetar meraih tangan kekasihnya. Ia kembali menangis ke sekian kalinya. Kunjungan Taehyung yang nyaris setiap harinya membuat ia semakin tak berdaya. Selalu Taehyung yang menjaganya. Yehoon cinta. Sayang sekali dengan Taehyung.

Taehyung melihatnya penuh linang air mata, bingkai matanya juga mulai memerah, "Maafkan aku." ucapnya lirih bergantian mengelus kedua tangan kekasihnya pelan. Ia melihat banyak luka memar di sana. Sepertinya masih baru, "Kau melukai dirimu lagi?"

Yehoon menunduk. Tampak pasrah. Kecamuk di kepalanya sudah membuat gila, "Jangan khawatir, Aku--"

"Bagaimana aku tidak khawatir?! Stop melakukan ini semua, sayang.. Percayalah kau akan segera keluar dari ruangan bau ini." Taehyung menegaskan. Sorot matanya begitu serius. Taehyung diam sesaat. Setelah hening beberapa saat dan tangis Yehoon mulai mereda, ia berkata, "Tapi kau harus ingat, apapun yang terjadi, kau tidak perlu menangis. Aku suka wanita yang kuat. Wanita yang rela mengorbankan banyak hal untuk dirinya sendiri." Lanjut Taehyung.

"Tae.. Apa maksudmu?" mendadak jantung Yehoon berdegup kencang. Ia merasakan cemas.

Taehyung terkekeh, "Tidak. Tidak apa. Karena aku tahu, kau wanita serba bisa." Ibu jarinya masih setia membelai punggung tangan Yehoon penuh kelembutan. Hati Taehyung sesak jika terus menerus seperti ini. "Kau akan bangkit lagi. Aku tahu kau bisa, walau tanpa aku, ya?"

"Kenapa tanpamu? Kenapa? Selama ini kita selalu bersama. Aku tahu sebab aku tak bisa menghiburmu karena selalu berada di dalam sini," Manik Yehoon tak lepas dari mata indah kekasihnya, "Apa kau punya penggantiku?" Astaga serasa hatinya di remat kuat sekarang.

Taehyung menggeleng.

"Lalu apa?! Tolong katakan dengan jelas Taehyung! Kau membuatku takut, sialan! Kenapa aku merasa akan kehilanganmu begini..." bibirnya mulai bergentar. Setitik air mata meleleh.

Taehyung terkekeh. Padahal tidak ada yang lucu sama sekali. Mungkin menertawakan dirinya sendiri karena tidak dapat melindungi gadisnya dari ancaman penjara? "Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan pernah. Selagi ada aku bersamamu, dan kau bersamaku. Semua akan baik-baik saja, oke?"

Yehoon menggeleng pelan begitu polosnya. Deras air matanya mendeskripsikan semuanya meski tak ada isakkan yang terdengar, "Tapi entah mengapa, aku tidak merasa begitu. Bagaimana ini, aku takut sekali Taehyung.." Pun di akhir kalimatnya Yehoon meledakkan tangisnya. Ia menunduk dan menjatuhkan dahi di atas punggung tangannya.

Jujur, Taehyung sesak melihatnya. Hatinya tidak kuat, sungguh. Ia mengelus kepala sang kekasih, "Tidak, sayang.. semua akan baik-baik saja selama ada aku, bersamamu."

***

Taehyung frustasi. Iya merasa buntu. Bertahun-tahun ia memusingkan segala cara, tapi sang pelaku begitu pintar menghapus jejak. Pernah sekali, Taehyung merasakan lega sebab ada harapan besar setelah salah seorang warga mengatakan terdapat CCTV yang kemungkinan menangkap aksi pembunuhan yang terjadi.

Kendati usai ditelusuri, kamera pengawas tersebut berhasil diretas. Dan Taehyung kembali menggila. Sesudah sang kekasih masuk kedalam penjara, hampir setiap harinya ia mengumpulkan bukti yang mana Yehoon sama sekali tidak bersalah.

Taehyung tahu betul sikap kekasih tercintanya. Dan ia percaya, Yehoon bukanlah pelaku yang seungguhnya.

"Taehyung-ah.. sudah berapa kali ibu bilang? Sudahi hubungan kalian. Apa kau masih sanggup berpacaran dengan seorang pembunuh? Bukti juga sudah terpampang jelas. Kau bisa apa? Ibu tidak ingin kau kehilangan kewarasanmu hanya karena gadis itu, putraku," Nyonya Moon mendatangi sang Anak yang tengah merunduk pasrah dan meremat kepalanya frustasi dalam gelapnya ruangan tidur.

Taehyung lelah dan kini ibunya justru datang, "Ibu diamlah. Ibu tahu apa memangnya?"

Kangso berjalan pada jendela dan membuka kedua sisi tirai yang tertutup. Seketika cahaya matahari sore menembak langsung pada Taehyung. Pria itu mendongak melihat apa yang tengah sang Ibu lakukan, "Apa kau semalas itu untuk membuka tirai saja?" Kangso melangkah pada Taehyung kembali, "Lakukanlah agar kamarmu terlihat hidup."

Nyonya Moon mendaratkan bokongnya di samping Taehyung. Tersenyum pada sang putra kemudian berujar, "Apa kau masih mencintainya?"

Taehyung menghela napas gusar, "Apakah hal seperti itu masih ibu pertanyakan? Tidak mungkin aku bertahan selama ini, dan susah-payah mengumpulkan banyak bukti untuk membebaskannya dari penjara," dan Taehyung kembali menunduk. Kedua tangannya menggenggam tepi kasur.

"Mungkin saja aku adalah ibu yang jahat karena sudah tega mencampuri masalahmu dan orang yang putraku cintai. Bahkan memaksanya untuk berpisah. Tapi percayalah, seorang ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan dengan keadaan yang seperti ini, aku tidak ingin kau dalam bahaya. Apa kau masih terus memperjuangkan hal sia-sia?"

"Ibu!" Taehyung berdiri. Dengan langkah lebar dengan cepat ia menutup tirai kembali. Ruangan kembali gelap gulita, "Cukup." Ia mengusap wajahnya, berbalik pada sang Ibu yang melebarkan mata cukup berkaca-kaca, "Cukup sudah membuat kepalaku semakin pening, dan mencemooh semua perbuatanku. Aku tahu apa yang aku lakukan, dan itu tidak akan pernah sia-sia! Sekarang, aku mau ibu keluar. Tinggal kan ruangan ini, cepat." Taehyung menunjuk ke arah pintu keluar kamarnya yang tertutup. Napasnya menderu cepat.

"Tapi nak---"

Taehyung memejam mata. beruaha memendam kembali sulutan emosinya, "Cukup." ia menjeda, "Biar aku saja yang keluar."

Pria itu pergi menghalau. Menyibak pintu dan menutupnya kasar sehingga sang Ibu di dalam terjingkat. Kangso menutup mulutnya. Matanya mulai basah. Kemudian mengalir dan semakin deras turun ke pipi. Menjadi seorang ibu, tidak pernah menjadi perkara yang mudah.

***

"Ada masalah?" sambar Taehyung terduduk pada sofa tunggal di apartemen Jungkook sambil mengunyah sebuah apel segar.

Jungkook menggeleng, tersenyum kecut dan menuangkan wine pekatnya ke dalam gelas kecil dan meneguknya sekaligus, "Bagaimana keadaan kekasihmu?"

Kunyahannya berhenti. Taehyung menurunkan suapan apelnya dan menatap Jungkook penuh arti sebelum menunduk pasrah, "Kurasa selama ini dia tidak baik-baik saja," Taehyung menjeda sambil menghembuskan napasnya, "Mau bantu aku untuk mengumpulkan bukti? Aku tidak tahan harus melihatnya tersiksa di dalam sana."

Jungkook melipat kedua bibirnya ke dalam sebelum mengerang lelah pada sandaran duduknya, "Masih mengumpulkan bukti, hyung?" Jungkook menghadap langit-langit kediamannya, "Kurasa tidak perlu, bukankah sebentar lagi dia akan dibebaskan?"

Taehyung segera menatap Jungkook kosong. Mukanya datar sekali sebelum menyunggingkan senyumnya. Menuangkan wine ke dalam gelas sebelum di teguknya, "Jangan bercanda," pria itu menyorot lantai sembari membayangkan wajah gadisnya yang selalu menangis berkeluh kesah padanya setiap hari, "Ancaman penjaranya tujuh belas tahun. Dan seharusnya tiga atau empat tahun ke depan aku dan Yehoon sudah harus menikah." ia menggeleng menertawakan dirinya sendiri, "Malang sekali nasib hidup kami."

Tiba-tiba Jungkook merasa iba, "Maaf, hyung."

Taehyung mengangkat kepalanya memandang Jungkook seraya mengangkat kedua alisnya. "Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Tapi—bukti apa lagi yang dibutuhkan supaya cukup untuk menjadi alasan Yehoon terbebas?" tambah Jungkook.

Semua terdiam untuk sesaat. Hening sampai Taehyung yakin akan pertanyaannya kali ini, "Jung," panggilnya dengan nada lebih serius.

"Ya, hyung?"

"Aku ingin memastikan sesuatu soal kamera CCTV yang berhasil ku dapatkan rekaman soal kematian Heesang, korban yang terbunuh," Taehyung meniti penampilan Jungkook. Dan pria muda di seberang Taehyung sempat bingung, "Aku benci mengakuinya, tapi tersangka sebenarnya mirip sekali denganmu," lanjut Taehyung kemudian.

[to be continued]

avataravatar