11 Walk

Kami berjalan dengan pelan, sambil menyelusuri jalan, aku secara bersamaan mengawasi peta dan melihat ke depan, sementara Saeko dan Rei menangani mayat yang terlalu dekat dengan melakukan semua ninja di pantat mereka. Yang sebagian besar adalah mereka berdua meluncur ke bagian belakang mereka dan memotong atau menusuk tulang selangka/kepala mereka.

'Hm Rei lumayan bagus, dan Saeko..sial dia sebagus seperti yang ditunjukkan di anime. Harus memintanya mengajariku bertarung dengan pedang dengan lebih baik.' Batinku

Saat mencapai persimpangan jalan pertama, kami menemukan rute awal yang direncanakan ternyata diblokir. Mobil-mobil yang hancur telah cukup banyak memotong dan menutupi jalan yang ingin kami ambil.

Saeko dan Rei berhenti lalu menoleh kepadaku.

Aku mengangguk dan melihat kesekeliling jalan yang kita lalui, bersama dengan posisi kita di peta. Taman itu berada di timur laut, dengan kata lain kita harus lurus dan belok ke kiri. Rute paling dekat ke timur adalah lurus kedepan namun itu diblokir. Jadi kita hanya bisa belok ke kiri ke utara atau ambil jalan memutar lalu belok ke kanan ke selatan.

Masalahnya, jalan menuju utara sebagian besar jalannya diblokir oleh truk yang besar sehingga hanya menyisakan sedikit saja jalan yang bisa kami lewati atau memaksa kami untuk berjalan melalui bawah truk tersebut. Saeko menoleh kepadaku lalu menunjuk ke jalan arah utara, aku menggelengkan kepala dan menunjuk arah selatan.

"Terlalu beresiko, terlalu besar kemungkinan kita terjebak disana." Aku berbisik kepadanya. Dia mengangguk dan berbalik lalu berbisik ke Rei. Kemudian kita berbelok ke kanan dan menuju ke jalan.

Mayat-mayat disini bahkan tidak memperhatikan kami. Sebagian besar dari mereka berada di satu sisi pinggir jalan atau terhuyung-huyung menuju suara paling keras didekatnya, yang biasanya merupakan mesin mobil yang berjalan ke arah tempat bus kami tadi. Berkat itu kami dapat mencapai persimpangan berikutnya tanpa masalah. Dan sekali lagi Rei dan Saeko berhenti lalu menoleh kepadaku.

Kali ini kami tidak punya pilihan, kita harus pergi ke kiri atau kita akan semakin jauh dari taman. Masalahnya mayat yang sedang bergerak itu sedang berjalan kearah kita. Meski begitu, kami mulai berjalan menuju jalan itu setelah aku mengarahkan Saeko dan Rei ke kiri. Untungnya, jalan itu tidak memiliki banyak mayat sehingga kami dapat melewatinya dengan aman. Satu-satunya masalah sebenarnya adalah mereka tersebar disekitar jalan dan tidak berada di satu tempat seperti di jalan terakhir. Namun tidak ada yang tidak bisa ditangani oleh Saeko dan Rei.

Begitu kami melewati mayat dengan selamat dan mencapai persimpangan selanjutnya, kami berhenti sekali lagi.

'Untuk saat ini kami melakukannya dengan cukup baik untuk tidak terdeteksi,tetapi ada sesuatu yang menggangguku.'

Aku mengangkat kepalaku dari peta dan melihat kearah jalan dibelakang Saeko dan Rei yang saat ini sedang menatapku.

'Tampaknya aku melihat semakin banyak mayat di jalan depan, semua berjalan menuju ke kami kearah barat.'

Aku kemudian berjalan menuju ke tengah persimpangan dengan Saeko dan Rei mengikutiku dibelakangku dan melihat ke samping kiri dan kanan persimpangan.

'Mayat yang berada di kiri dan kanan jalan tampaknya berdesak-desakan di satu sisi jalan. Dan jika tidak ada tembok, mereka akan menuju kearah barat juga.'

Aku kemudian berjalan menuju ke arah kelompok lainnya.

"Ada sesuatu yang penting yang harus kita periksa." Aku berbicara kepada grup.

"Apakah ada masalah.?" Tanya Kyoko.

"Kita harus lurus, namun aku mendapat firasat yang sangat buruk dengan bagaimana semua mayat benar-benar berjalan kearah kita, ketika kita mencoba untuk pergi ke arah jalan menuju timur." Kataku sambil menunjuk jalan lurus didepan kita.

"Ya di jalan yang kita lewati, apakah mereka semua berkumpul di satu sisi, aku bertanya-tanya kenapa.?" Kata Miku dengan bingung.

Dan setelah beberapa detik hening…

"…Masa warga sipil di jembatan!" Saya tiba-tiba angkat bicara,seolah-olah menerima pencerahan.

'Sial dia benar. Bagaimana aku melupakan hal itu? Bunyi klakson yang dihasilkan oleh para pengemudi yang kesal, ditambah polisi yang menggunakan megafon atau menembaki mayat yang melaju dengan nyasar. Dan anda akan memiliki bel makan malam yang sangat keras.'

"Mereka semua tertarik pada keributan yang dibuat orang-orang disana. Dengan sumber kebisingan di pulau lainnya yang tidak terlalu kuat. Jembatan, dengan jumlah orang dan kendaraan yang begitu besar, adalah salah satu sumber suara yang paling keras dari yang orang-orang yang masih hidup." Saya berkata dengan tenang sambil melipat tangannya.

Aku menarik nafas dalam-dalam saat menginternalisasi berita yang benar-benar buruk.

"Oke…kita pergi ke depan untuk saat ini. Tapi bersiaplah mundur jika keadaan menjadi tidak terkendali." Kataku sambil menunjuk jalan kearah depan, sebelum fokus ke peta sekali lagi.

Kelompok itu mengangguk, dan kami mulai bergegas lurus kearah depan, melewati kelompok mayat lainnya.

Sayangnya juga tidak butuh lama untuk memverifikasi bahwa jumlah mayat terus bertambah saat kami menyelusuri jalan itu. Sedemikian banyaknya sehingga aku harus berhenti melihat kearah peta. Aku berbalik dan menyerahkan petaku ke Miku, lalu mengeluarkan carving knife ku dari samping tas.

'Aku bisa melihat semakin banyak dari mereka yang datang, kita harus segera keluar dari sini. Tidak ada waktu untuk diam-diam sekarang.'

"Kita tidak dapat membuang waktu di jalan ini, kita akan lari menyusuri jalan, setelah sampai ke perempatan kita harus belok kiri. Mayat-mayat itu secara hipotesis akan tersumbat di satu sisi jalan di sana. Kohta, Kyoko-sensei awasi mayat yang mungkin mengelilingi kita." Aku selesai bicara dan pindah ke depan bersama Saeko dan Rei.

"Aku bisa melihat semakin banyak dari mereka yang datang di jalan kita, kita harus segera keluar dari sini. Kita akan mengambil bagian kanan jalan karena jumlah mereka lebih sedikit dan membuat jalan. Bunuh mereka atau hancurkan mereka hingga jatuh, apapun yang kau mau. Selama mereka dinonaktifkan atau setidaknya tidak bisa menangkap yang lain dibelakang kami, lakukan apapun yang kalian inginkan, aku akan mendukung kalian dari belakang." Ucapku pada Saeko dan Rei.

Rei hanya mengangguk dan menatapku, sedangkan Saeko bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari mayat didepan saat dia mengangguk dan…nyengir.

'Ohh..peringatan sadis.'

Dengan hening, Saeko berlari ke depan ke mayat terdekat diikuti dengan aku dan Rei tidak jauh dibelakangnya.

'Mereka menghalangi jalan, sehingga kita harus membuat bukaan.'

Saeko mengabaikan mayat pertama yang ada didepannya dan mencari yang terdekat kedua. Ia mendaratkan bokken tepat diatas kepala mayat itu, mayat itu ambruk ditempat. Suara tubuh yang membentur tanah menyebabkan mayat disekitarnya mengalihkan perhatian kearahnya. Yang pada gilirannya menyebabkan mayat yang dia abaikan berbalik ke arahku.

Tidak membuang waktu,aku berlari ke belakang mayat itu,sebelum ia sempat berbalik, aku sudah menusuk sisi kepalanya dengan carving knifeku, lalu ku tebas pisau ke kekiri menyebabkan mayat tersebut jatuh ditempat.

Saeko melirikku sekilass sebelum dia menyerang mayat didekatnya lagi. Aku dan Rei pun membantu Saeko untuk menyingkirkan mayat-mayat tersebut. Dengan mayat-mayat ini disingkirkan, kini tinggal tersisa 3 mayat yang menghalangi jalan kami. Aku melihat Saeko berlari ke mayat yang berada di kanan, aku memutuskan untuk mengurus mayat yang disebelah kiri sedangkan Rei mengurus yang di depan.

Aku menghampiri mayat tersebut dan dengan cepat menebas kepala mayat tersebut hingga dia terjatuh. Aku melihat kearah Saeko dan Rei, yang sudah selesai membereskan kedua mayat lainnya, lalu aku melihat ke belakang kearah anggota kelompok lainnya yang berlari mengikuti kami.

Dengan jalan yang sekarang bersih kami segera melanjutkan berlari melewati mayat-mayat yang bergeletakan sampai ke tengah persimpangan. Melihat ke kiri, aku melihat bahwa jalan itu memang ada mayat-mayat yang berkumpul di satu sisi jalan. Teoriku benar, aku melanjutkan berlari lurus sampai keluar dari persimpangan yang membuat kami berhadapan langsung dengan mayat.

Setelah kami keluar dari jalan itu, aku berbalik kearah kelompokku dan memberikan tanda untuk diam dengan tanganku, lalu mulai berjalan menyusuri jalan. Mengambil jarak dari mayat yang mungkin bisa mendengar kami.

Begitu kami jauh dari mayat-mayat itu, aku berhenti jalan dan mengambil nafas ringan. Miku muncul disampingku dan mengulurkan tangannya yang memegang peta. Aku mengangguk dan mengambil peta itu. Aku melihat peta dan menandai lokasi kami sekarang.

'Semuanya hanya untuk pindah dua blok kearah yang benar.'

Aku mengalihkan pandangan ke langit.

'Dan hari sudah mulai gelap. Sementara itu kita masih harus melewati 14 blok lagi.'

Aku mengalihkan pandangan ke peta lagi, saat kami mulai bergerak lagi menuju persimpangan selanjutnya. Mencapai belokan berikutnya cukup mudah untuk kali ini, dengan semua mayat yang sekali lagi hanya berkumpul di satu sisi. Sesampainya di sana aku berbalik untuk melihat kearah kanan.

Dan…..

"Sial.." Aku menurunkan sedikit bahuku melihat apa yang ada didepanku.

"Terlalu..banyak." ucap Miku sedikit gemetar.

Anggota lainnya hanya menatap.

Banyak, banyak sekali mayat yang sedang menuju kearah kami, mungkin seribu. Jalan didepan kami bukan hanya tersumbat, itu tampak seperti lautan mayat.....

....Menuju ke arah kami.

avataravatar
Next chapter