webnovel

Surga Kecil

Alexandrite, seorang gadis remaja, dijual oleh bibinya ke tempat prostitusi. Demi membayar utang bibinya, Alexa harus menjual dirinya pada para lelaki hidung belang. Namun satu bulan berlalu, Alexa tiba-tiba ditebus dan dibeli oleh seorang pengusaha muda, lalu dipekerjakan sebagai pelayan di kediamannya. “Kenapa Tuan menjadikan saya pelayan di tempat ini?” “Apa kau berharap lebih baik ada orang lain yang menggantikan posisimu sekarang? Lalu kau tetap ada di sana, di tempat pelacuran itu?” Alexa tampak bisa melihat masa depannya yang samar di tempat ini. Tapi apakah dia akan bisa bertahan menghadapi perlakuan dingin dari tuannya? Berapa tahun yang dia butuhkan untuk melunasi semua utangnya? ---- Cover by Kyp005

Mischaevous · Urban
Not enough ratings
493 Chs

Karamel

"Kenapa mendadak tanya begitu, eh? Ada yang bilang masakanmu tidak layak konsumsi?"

Hanya itu kesimpulan yang Skylar dapat. Apalagi setelah menghubungkan beberapa kejadian sebelum ini, di mana pelayannya itu terlihat murung setelah meninggalkan dapur restoran. Yah, paling-paling ada orang yang iri saja bisa belajar dengan koki profesional secara cuma-cuma.

"Tidak. Tidak ada yang bilang begitu," sahut Alexa cepat-cepat. Caranya menjawab terdengar buru-buru, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Skylar yang menyadari itu, hanya mengernyit singkat dan tidak mempermasalahkannya. Seperti yang dia pikirkan tadi, dirinya tak perlu sedikit-sedikit ikut campur pada urusan gadis itu. Selain karena dia adalah orang asing dalam hidup Alexa, paling tidak, gadis itu harus belajar cara menyelesaikan masalahnya sendiri. Apabila Skylar terus turun tangan dan membantu, Alexa tak akan bisa berjalan sendiri setelah lepas darinya.

Kecuali gadis itu sendiri yang meminta tolong padanya, maka Skylar akan berusaha membantu.

Musim semi berlalu, dan kini sudah musim panas. Kegiatan belajar Alexa dengan kepala koki masih terus berjalan. Terkadang satu minggu sekali, terkadang juga bisa hingga tiga kali dalam satu minggu. Semua itu dilakukannya tanpa protes. Meskipun Alexa juga sedikit terganggu dan takut dengan keberadaan Emy di sana.

Sudah dua bulan Alexa belajar memasak bersama koki di bawah. Perlahan, dia juga mulai mengenal koki lain yang ada di sana. Salah satunya bernama Isaac, lelaki pirang dengan mata biru di usia pertengahan dua puluh, yang kini cukup dekat dengan Alexa.

Pemuda itu sering membantu Alexa, sehingga ketika Tuan Smith berhalangan, tugas mengajari Alexa diberikan pada Isaac. Apalagi, ketika semua orang mengetahui betapa mudah mengajari Alexa, para koki pun sesekali meminta gantian untuk memberikan pelajaran singkat.

Tentu saja, Alexa tidak menolak, karena itu berarti dia bisa belajar lebih banyak. Bahkan, koki yang bertugas membuatkan dessert pun sampai meminta gadis itu membantunya membuatkan kue-kue.

Tidak ada yang keberatan sama sekali. Sampai-sampai, kebanyakan dari para koki sudah berandai-andai bila Alexa ikut bekerja secara permanen di dapur itu. Tuan Smith pun merasakan hal yang sama. Apabila Alexa bekerja secara permanen di dapur, pekerjaan mereka pasti jadi sangat terbantu.

"Jangan bermimpi. Anak itu adalah simpanan Tuan Fitzroy. Mana mau dia bekerja di sini," cetus Emy yang mulai jengah karena rekan-rekan kerjanya terlalu sering membicarakan Alexa. Padahal dia sendiri sudah lelah menahan diri untuk tidak memakinya terang-terangan, karena pasti semua orang membela perempuan sialan itu.

Sekarang, setelah semua orang mulai berkhayal jika perempuan jalang itu bisa bekerja di sini, maka dirinya akan menamparkan kenyataan pada mereka satu per satu.

Koki lain yang sempat menoleh ke arahnya, segera mengalihkan pandangan, kembali bekerja seperti sebelumnya. Selama beberapa minggu ini, mereka jadi mengetahui sifat asli Emy, dan perlahan mulai terbiasa.

���Kami tahu kau iri karena Tuan Fitzroy sudah tidak memesan makanan lagi diri sini. Tapi bicaramu keterlaluan. Untung tidak ada Chef Smith di sini, atau kau pasti dihukum," tukas Billy sambi terus memotong bahan-bahan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah kecil.

Semua orang sudah melihat jelas dan paham jika Emy tidak suka dengan Alexa. Bukan sekali dua kali mereka tidak sengaja mendengar kalimat pedas dari wanita itu terhadap Alexa. Mereka juga tidak terlalu memihak dan hanya membiarkan, selama Emy tidak melakukan hal-hal di luar batas.

"Kalian saja yang tidak tahu. Aku pernah tidak sengaja melihat Tuan Fitzroy terburu-buru sambil membawa tas belanja dari Hermes. Lalu beberapa hari setelahnya, aku melihat anak itu keluar sambil memakai tas Hermes. Tidak mungkin dia bisa beli sendiri. Pasti dia memaksa Tuan Fitzroy untuk membelikannya."

Emy memberi penjelasan dengan santai, tidak peduli jika koki lain mengabaikannya. "Lagipula, kalau dia bisa membeli tas itu sendiri, kenapa dia tidak pergi ke sekolah memasak saja, daripada belajar di sini?" tambahnya.

Mendengar kalimat Emy, tak satu pun dari para koki yang ambil pusing. Mereka tetap diam sambil fokus mengerjakan tugas masing-masing. Emy menganggap mereka terlalu kaget mendengar fakta yang dia ucapkan, sehingga tak ada yang membalas.

Sayangnya, beberapa saat kemudian, Billy mendadak berkata, "Yah, aku tetap ingin dia bersedia ikut bekerja di sini. Anak itu menyenangkan kalau diajak masak bersama. Lagipula, aku hanya butuh skill, bukan latar belakangnya. Ditambah lagi, yang tidak setuju anak itu bekerja di sini hanya kau."

"Tentu saja aku tidak setuju karena tidak mau dapur yang bersih ini jadi kotor karena ada perempuan jalang di sini!"

Emy membentak sambil memukulkan tangannya ke meja besi, menciptakan suara keras hingga mengangetkan beberapa orang. Bahkan, baskom kosong di atasnya sampai terpental dan jatuh bersama beberapa benda lain. Semua orang di sana yakin suaranya terdengar hingga luar. Beberapa bahkan mulai menghitung mundur kapan kepala koki akan datang karena suara barusan.

Alih-alih kepala koki, yang masuk ke dalam dapur adalah Isaac, sang asisten kepala koki. Dia langsung menatap tajam ke arah Emy yang sedang membereskan kekacauan di lantai. Dari pandangannya, dia terlihat tidak suka.

"Jaga perilakumu. Kalau tidak, akan kulaporkan pada Chef Smith."

Pemuda itu kebetulan berada di ruang pendingin dan sedang mengecek stok bahan, sehingga Isaac bisa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Emy, terlebih pada kalimat terakhir yang diucapkan sambil membentak.

"Kalau Tuan Fitzroy sampai mendengar itu, aku tak akan bertanggung jawab dan membantumu," ancamnya.

Apabila Emy sampai dipecat, mungkin tidak akan ada yang keberatan. Isaac sendiri pernah bicara pada kepala koki, dan keduanya sama-sama mengeluhkan soal Emy. Jujur saja, kehilangan Emy tak akan menyebabkan banyak perubahan. Meski demikian, mereka tetap harus memastikan wanita itu tidak kelewatan dengan tindakannya.

Sayangnya, ancaman dari Isaac tak bisa serta-merta membuat Emy diam. Alih-alih, api di dalam hatinya semakin besar. Tangannya mengepal erat hingga kukunya menancap di telapak tangan. Rahangnya juga mengeras, diam-diam mengumpat dalam hati.

Berikutnya, orang yang masuk ke dalam dapur adalah Alexa. Gadis itu nampak kebingungan melihat dapur yang sedikit berantakan, apalagi dengan Emy yang sedang berjongkok dan memungut kekacauan di lantai. Dia berkedip beberapa kali, merasakan suasana dapur yang tidak seperti biasanya.

Mike, koki yang bertugas membuat dessert, adalah orang pertama yang menyapa Alexa. Dia menyuruh gadis itu untuk masuk dan membantunya, karena memang jadwal Alexa hari ini adalah belajar dengan Mike.

"Ah, Alexa, kau datang disaat yang pas. Tolong buatkan karamel, nanti akan kuajari caranya membuat hiasan dengan karamel," kata Mike.

Alexa langsung menurut dan mulai memasukkan gula ke atas panci dan melelehkannya. Sementara itu, koki lainnya kembali pada pekerjaan masing-masing, seolah mengabaikan tingkah Emy yang baru saja menciptakan keributan sesaat.

Gadis itu melelehkan gula dengan hati-hati. Dia diberitahu jika suhu karamel yang baru meleleh sangat tinggi. Jika terkena kulit, maka bisa melepuh.

Jika mereka akan membuat hiasan dari karamel, maka melelehkan gula saja sudah cukup. Kecuali jika akan membuat saus karamel, maka lelehan gula itu harus ditambahkan dengan butter. Warna coklat dari saus karamel itu tercipta dari butter yang meleleh dan bercampur dengan lelehan gula.

Karena Mike mengatakan akan membuat hiasan dari karamel, sehingga dia meminta Alexa melelehkan gula yang cukup banyak. Melelehkannya pun butuh waktu. Seraya menunggu, Alexa memerhatikan apa saja yang dikerjakan Mike sambil mengingat-ingat. Mike pun memberikan penjelasan sesekali tentang apa saja hal yang harus diperhatikan saat membuat kue.

Mereka tidak tahu jika masih ada satu orang yang belum meredakan kekesalannya. Apalagi setelah diabaikan oleh semua orang di dapur, kebenciannya semakin memuncak.

Saat tak ada yang melihat, Emy sengaja membuat panci berisi lelehan gula siap tumpah, mengarah langsung pada tubuh Alexa. Dia pun menyenggol keras tubuh Alexa, berniat agar karamel lelehnya mengenai anggota tubuh gadis itu yang lain.

Suara keras dari panci yang jatuh ke lantai pun terdengar, lagi-lagi membuat dapur dalam keadaan riuh sesaat.

Namun kini disusul dengan teriakan kesakitan seseorang.