webnovel

Hari Yang Dingin

Sehari ini aku yang hanya meringkuk di kursi ku sambil membaca buku dan sangat tak mempedulikan waktu. Hingga hari beranjak sore hujan mulai berhenti dan awan gelap sedikit demi sedikit mulai tersapu angin. Buku yang ku baca mulai menunjukan halaman akhir dan mendekati klimaks dari isi buku itu. Aku berhenti membaca dan membuka laci dari kotak ajaib. Balasan suratku telah tiba dari nona Rose. Kuambil surat itu dan mulai membacanya.

' Untuk Tuan Zen yang memiliki rasa percaya diri amat besar.

Saya akui saya memang bukan orang yang berada di dalam lingkungan akademis. Namun beberapa teman saya mungkin mengetahui tentang Tuan Zen. Hari ini saya bertemu dan banyak berbincang dengan teman-teman saya dalam pesta minum teh.

Sayang sekali untuk Tuan Zen yang tak bisa menikmati udara cerah di sini. Hari ini juga saya membeli beberapa buku yang mungkin cukup menarik perhatian saya. Setelah selesai membacanya akan saya ceritakan secara singkat pada tuan.

Apakah sore ini masih hujan di sana? Saya selalu senang meminum teh herbal dikala hari sedang dingin. Mungkin tak ada salahnya Tuan mencoba? Selain menghangatkan, teh hangat juga baik untuk menghilangkan perasaan suram dikala hari sedang gelap. Hari ini terasa sangat melelahkan bagi saya. Bertemu banyak orang dan memilih buku cukup menguras tenaga saya hari ini. Mungkin saya akan beristirahat dan mengakhiri hari ini lebih awal.

Dari Rose yang sedang sakit kepala dan lelah menghadapi keramaian.'

Sepertinya menyenangkan bila berpesta teh di tempat yang hangat. Bila kuingat, sudah lama aku tak memakan makanan yang manis. Karena hari sudah mulai cerah mungkin sebaiknya aku pergi keluar dan membeli beberapa manisan untuk teman minum secangkir kopi panas dan tembakau di pipaku.

Aku bersiap pergi ke luar. Mengenakan mantel hangat sepertinya keputusan baik di hari yang dingin dan berangin ini. Kuingat di dekat sini ada toko roti yang baru saja buka. Semoga ada yang aku sukai di sana.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke toko roti yang hangat ini. Dengan desain toko yang terkesan klasik, toko ini begitu memikat mata bila dilihat dari luar. Jajaran berbagai macam roti dan kue manis terlihat sangat tertata di beberapa rak toko. Aku memilih beberapa kue kering dan roti yang didalamnya diisi selai dari buah yang pastinya terasa manis. Roti di tempat ini terlihat sangat lembut hingga membuatku merasa lapar dan ingin langsung menggigitnya. Toko yang ramai, dan penjual yang ramah membuat pembeli betah untuk berlama-lama di tempat ini.

Setelah membayar aku segera keluar dan menuju ke toko yang menjual bubuk kopi di seberangnya. Membeli bubuk kopi favoritku dan beranjak pulang untuk menikmatinya. Kini aku kembali duduk di meja kerjaku. Sepiring makanan manis dan kopi hangat serta pipa tembakau segera bergabung denganku di atas meja. Kuambil pena dan kertas untuk membalas surat dari Nona Rose. Walau kutahu ia sedang istirahat, namun tetap kubalas suratnya. Kuharap bisa meringankan penatnya dengan balasan surat dariku.

' Untuk Nona Rose yang mungkin sedang terlelap dalam mimpi indah.

Saya harap bisa sedikit meringankan penat yang Nona alami hari ini. Seperti saran Nona Rose, saya sedang menikmati minuman yang hangat sekarang. Saya juga pergi keluar untuk membeli beberapa makanan manis untuk menjadi teman kopi hangat yang baru saja saya buat. Saya sarankan Nona membuat kopi hangat untuk menghilangkan penat. Sebab setiap kali kepala saya terasa sakit, saya selalu meminum kopi hangat untuk sedikit menghilangkannya.

Di dekat kediaman saya terdapat toko roti yang baru saja buka kemarin. Mereka menjual kue kering dan roti manis yang sungguh membuat saya lapar tiap kali melihatnya. Berkat toko itu perasaan saya jadi lebih baik karena kini saya ditemani makanan manis yang saya beli dari sana. Kini saya sudah bisa berdamai dengan cuaca hari ini. Saya rasa ada baiknya juga cuaca sendu seperti ini terkadang. Saya juga hampir menyelesaikan buku yang saya baca sejak kemarin. Mungkin besok saya bisa menceritakan secara keseluruhan untuk Nona. Apakah esok hari Nona Rose akan sibuk seperti hari ini? Saya harap esok hujan akan datang ke tempat Nona Rose tinggal agar bisa meluangkan waktu.

Dari Zen yang kini bersahabat dengan hari yang gelap.

P.S: Semoga saya juga bisa berpesta teh bersama Nona.'

Masa liburan dan istirahatku menjadi semakin berwarna sejak berkirim surat dengan Nona Rose. Mungkin suatu saat akan kuberi hadiah untuk menyenangkannya. Aku sempat berpikir liburanku akan sangat membosankan karena kurangnya kegiatan. Aku yang hidup sendiri tanpa keluarga tak tahu harus pergi kemana di saat seperti ini. Walaupun liburan ini bukan kemauanku, namun kurasa tak buruk juga untuk mengganti suasana. Aku bertanya-tanya di mana sahabatku sekarang ini. Ia berkata dalam suratnya akan kesini ketika urusannya selesai.

Mungkin sebaiknya aku tak menceritakan tentang kotak ini kepadanya. Aku tak ingin ia tahu bahwa aku kini berkirim surat dengan seorang wanita yang tidak ku kenal. Aku tahu betul ia pasti akan mengejekku bila tahu hal ini.

Kulanjutkan membuka buku yang belum selesai ku baca. Membuka halaman demi halaman untuk mengetahui akhir dari sebuah kisah yang ada dalam buku ini. Tentunya aku harus segera membeli buku yang baru agar tak bosan dengan hari-hari yang kulalui saat libur panjang seperti ini. Besok aku akan pergi ke toko buku lagi dan membeli beberapa buku. Aku pun berencana akan mampir ke toko roti lagi karena roti dan kue kering yang baru ku beli tadi kini hampir habis.

Mungkin menyenangkan jika bisa berbagi kue dengan Nona Rose. Aku yakin ia akan menyukainya. Besok akan aku kirim roti melalui kotak ini. Berharap ia bisa mencicipi juga. Tanpa terasa hari sudah gelap di luar. Hujan yang datang lagi membuat malam ini semakin dingin. Kurasa aku akan mengakhiri hari ini lebih cepat seperti Nona Rose. Dingin yang kurasakan seakan masuk ke dalam tulang. Aku sangat ingin masuk kedalam selimut tebal di ranjangku untuk menghangatkan diri. Semoga esok hari akan menjadi hari yang cerah berbeda dengan hari ini.

Aku juga berharap bisa banyak berkirim surat dengan Nona Rose esok hari. Aku segera bangun dari kursi hangatku menuju tempat tidur dan menenggelamkan diriku dalam selimut tebal, berharap matahari akan segera menampakkan dirinya agar aku bisa membaca balasan atas suratku.

Meskipun begitu aku masih terus terjaga dalam selimut ini. Mataku tetap terbuka walau pun aku berusaha untuk terlelap. Aku yakin ini efek dari kopi yang aku minum. Kini aku hanya bisa berbaring dalam selimut dan tetap berusaha untuk terlelap bagaimana pun caranya.