4 TERPERANGKAP

"Ya Allah!! di mana mobilku?" teriak Fajar berlari ke tempat mobilnya yang sudah tidak ada. Dengan refleks Fajar mengambil kunci mobilnya di dalam kantongnya.

"Astaghfirullah Al'adzim, kenapa bisa hilang? apa mungkin Alief??!"' tanya Fajar dalam hati masih mencari keberadaan mobilnya dengan bertanya pada beberapa orang yang ada di situ.

Fajar sungguh tak percaya semua orang yang di tanyai mengarah pada Alief semua. Dengan perasaan campur aduk, Fajar menghubungi Arani dan menceritakan tentang yang Alief lakukan.

"Masyaallah Ustadz, aku tidak percaya Alief begitu berani membawa lari mobil pesantren. Dan bagaimana dia bisa mengendarai mobil kalau tidak punya kunci mobilnya?" ucap Arani semakin geram dengan tingkah laku Alief yang sudah kelewatan.

"Kunci mobil aku simpan di kantong celanaku Tante. Aku juga tidak tahu, bagaimana cara Alief mengambilnya." ucap Fajar sambil menekan pelipisnya.

"Baiklah Ustadz, biar aku yang mencari di mana keberadaan Alief. Kalau Alief sudah di tentukan aku sendiri yang akan membawa ke tempat Ustadz. Ustadz jangan kemana-mana tunggu di sana sebentar." ucap Arani kemudian menutup panggilan Fajar dan segera menelepon ke temannya yang bekerja di kepolisian kota C.

"Harris, tolong bantu aku sekarang hubungi semua teman Alief dan ancam mereka untuk segera menyerahkan Alief siang ini juga. Jika mereka tidak menyerahkan Alief atau Alief yang menyerahkan diri, penjarakan saja semua termasuk Alief." ucap Arani dengan tegas.

"Kamu tenang saja Arani, biar aku yang membereskan hal ini." ucap Harris dengan tenang kemudian mengerahkan anak buahnya untuk menyebar mencari keberadaan Alief yang sudah sering membuat masalah.

***

Fajar duduk dengan gelisah di depan teras rumah makan. Hampir satu jam lebih tidak ada tanda-tanda kedatangan Arani atau Alief datang menemuinya.

"Bagaimana ini? aku harus secepatnya pulang. Kasihan Ustadz Gibran kalau menungguku." ucap Fajar dalam hati sambil menatap ke arah jalanan.

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"

Fajar menatap ke arah ponselnya yang berbunyi berulang-ulang.

Dengan cepat Fajar menerima panggilan dari Alief.

"Gadis manja, kamu dari mana saja? cepat kemari dan kembalikan mobil pesantren!" ucap Fajar sudah hilang kesabaran menghadapi Alief yang ternyata nekat untuk berbuat apapun.

"Aku tidak bisa ke sana Om, polisi sedang mencariku. Seperti biasa Mama sudah melaporkan aku ke Paman Harris untuk menangkapku." ucap Alief dengan penuh perasaan terluka.

"Dengarkan aku gadis manja, cepat kamu kemari. Aku akan melindungi kamu." ucap Fajar sambil melihat jam tangannya.

"Om saja yang datang kemari. Temanku Chriss sebentar lagi sampai di sana. Ikutlah dengannya Om atau aku akan menghancurkan mobil pesantren ini." ucap Alief dengan menahan tawa di sana.

"Jangan Alief!! jangan lakukan itu! baiklah, aku akan ikut temanmu. Di mana temanmu? siapa namanya? Chriss?? dia belum kelihatan." ucap Fajar sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan temannya Alief.

"Tunggu saja Om, dia pakai kaos warna biru gelap pakai motor King." ucap Alief kemudian menutup panggilannya.

Kembali Fajar mengangkat wajahnya menatap ke arah jalanan mencari laki-laki muda memakai kaos biru gelap.

"NGGRANKK...NGGRANKK...NGGRANKK"

Fajar menoleh ke arah jalan saat mendengar suara motor yang memekakkan telinga.

"Masyaallah, apa seperti ini teman Alief." ucap Fajar dalam hati saat melihat seorang pria muda berada di atas motor tepat di hadapannya dengan kaos tanpa lengan dan celana jeans robek juga memakai anting di hidung dan telinganya.

"Haii...Om!!! sorry menunggu lama. Ayo...kita berangkat Om." ucap Pria muda berambut panjang dan merah.

"Astaghfirullah Al'adzim... apa orang tua Alief tahu tentang semua teman-teman Alief?" Tanya Fajar dalam hati seraya menelan salivanya.

"Wooiii...Om!! jangan melamun!!" ucap Chriss sambil memberikan helm dengan menekan helm di dada Fajar hingga terbatuk-batuk.

"Uhukk... Uhukk... Uhukk"

"Sama sekali tidak sopan." ucap Fajar seraya menangkap dan memakai helm yang di terimanya.

"Cepat naik Om!!" ucap Chriss sambil mengunyah permen karet.

Dengan pelan Fajar naik ke atas motor, belum sepenuhnya naik ke atas motor Chriss sudah menjalankan motornya sambil menggas motornya dengan keras.

"NGGRANKK...NGGRANKK...NGGRANKK

"Astaghfirullah Al'adzim!! bisa pelan tidak!" ucap Fajar seketika berpegangan pada pinggang Chriss dengan kuat.

Berkali-kali Fajar berdoa dalam hati agar tidak pingsan dengan sikap Chriss yang sangat nekat saat menjalankan motornya.

"Om!! tenang saja!! Om akan selamat sampai tujuan!!" teriak Chriss pria muda tampan keturunan bule.

Fajar tidak berkomentar apa-apa selain berdoa demi keselamatannya juga Chriss.

Setelah berputar-putar menyusuri jalanan yang ramai, akhirnya Chriss mengarahkan motornya ke arah jalanan yang sepi.

"Di mana kita sekarang?" tanya Fajar saat Chriss menghentikan motornya di depan gudang pabrik minuman yang sudah tidak terpakai.

"Markas kita Om, tapi hati-hati Om. Kalau Om menceritakan tempat ini pada orang lain maka Om akan tinggal nama?" ucap Chriss sambil memberi isyarat telunjuk jarinya di lehernya dengan gaya memotong.

Fajar tidak mendengarkan ucapan Chriss yang penting dia harus membawa Alief dan mobilnya pulang ke Pondok pesantren.

"Di mana Alief?" tanya Fajar dengan perasaan kesal turun dari motor.

"Tenang Om, jangan tergesa-gesa. Santai..." ucap Chriss sambil melepas helmnya kemudian bersiut tangan memanggil seseorang.

"JK!!! cepat kemari!! panggil sayangku Alief!" teriak Chriss sambil mengibaskan rambutnya.

Bergegas seorang laki muda bernama JK datang dengan Alief yang tersenyum simpul saat melihat Fajar tidak melepas helmnya.

"Om... kalau sudah tidak naik motor helmnya di lepas." ucap Alief dengan tatapan matanya yang bening melepas helm Fajar.

Kembali Fajar menelan salivanya, melihat sikap Alief yang tidak sopan melepas helm dari kepalanya.

"Di mana kunci mobilku Alief?" tanya Fajar tanpa basa-basi mengulurkan tangannya meminta kunci mobilnya.

Alief menggelengkan kepalanya dengan tatapan matanya yang lucu.

"Tidak!! aku tidak akan memberikan kunci mobil ini sebelum Om mau melakukan sesuatu!" ucap Alief dengan wajah serius.

"Melakukan apa?" tanya Fajar sambil melihat Chriss yang memeluk Alief dengan seenaknya.

"Hei...anak muda lepaskan tanganmu dari Alief." ucap Fajar dengan tatapan serius.

Chriss tertawa keras saat mendengar ucapan Fajar.

"Kenapa kamu melarangku memeluk Alief. Alief adalah kekasihku! aku berhak melakukan apa saja pada Alief termasuk memeluknya." ucap Chriss sambil mencium pipi Alief.

"Alief, cepat tinggalkan tempat ini dan ikut bersamaku!" ucap Fajar tanpa sepengetahuan Chriss sudah mengirim lokasi pada Arani untuk segera datang.

"Tidak!! Om tidak menjawab pertanyaanku!!" ucap Alief dengan bibir cemberut.

"Bagaimana aku bisa menjawabmu, kalau aku tidak tahu kamu bertanya apa?" sahut Fajar dengan gemas melihat Alief semakin uring-uringan tanpa sebab.

Alief terdiam sejenak kemudian menatap Chriss dan beralih ke Fajar lagi.

"Aku...aku mau minta uang!!" ucap Alief dengan wajah merah padam.

"Apa?? uang!!" sahut Fajar secara refleks meraba kantong celananya.

"Astaghfirullah Al'adzim! dompetku!!" ucap Fajar sambil menatap Alief.

avataravatar