1 Job

Hai semua, aku sangat berkenan jika kalian berkenalan terlebih dahulu dengan tokoh utama kita, Celine Saraya.

Seorang gadis berukuran mini ini akan memimpin jalannya cerita ini. Gadis yang punya keberanian sangat besar melampaui badannya. Keberanian yang tidak main-main, membuatnya kerap mendapat jalan terjal dalam hidupnya.

Gadis yang suka berpakaian kasual, dengan celana jeans dan kaos putih ini punya kebiasaan buruk, yaitu tidak pernah membersihkan kamarnya.

Mari kugambarkan bagaimana menjijikkannya kamar Celine.

Dimulai dari dekat pintu, tempat sampah yang meluap-luap karena sampah yang tak pernah dibuang, kemudian baju kotor yang tergeletak dilantai, selimut yang lebih mirip kain pel, dan kertas yang sudah tak karuan bentuknya.

Benar-benar seperti melihat ruangan tanpa penghuni selama berabad-abad.

Teguran tidak lagi mempan oleh telinga bebal Celine. Aku sebagai sahabatnya merasa miris akan remaja yang tak kunjung punya pacar itu, jelas saja bagaimana ia bisa punya pacar jika mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu?

"Rey, apa sih yang kamu tulis itu? Semuanya menuliskan tentang keburukanku." Protes Celine pada orang bernama Rey.

Reyna adalah aku, seorang yang saat ini duduk bersila di tempat kos sahabatku. Tugas sekolah sastra yang menyuruhku untuk mendeskripsikan tentang sahabat.

"Aku menulis apa yang benar-benar nyata. Aku tidak ingin menulis sebuah kebohongan." Tegas Reyna.

Celine dan Reyna, sahabat yang telah menjamur. Dari TK mereka sudah menjadi sahabat karib dan itu terbawa hingga mereka dewasa.

Celine mendengus kesal dan berlalu berniat untuk keluar rumah.

"Mau kemana?" Tanya Reyna yang melihat Celine sudah berjalan dekat pintu sembari menyambar jaketnya.

"Mau beli makanan, kamu mau apa?" Mata Reyna berbinar ketika Celine menyebutkan makanan, ia benar-benar sangat lapar saat ini. Tugas-tugas ini membuatnya lupa akan makan sejak pagi tadi.

"Ramen saja, yang paling pedas seperti biasa."

"Mi aja terus, sampai ususmu keriting." Ejek Celine yang mendapat lemparan kertas oleh Reyna.

Celine tertawa puas ketika melihat sahabatnya itu marah. Reyna itu punya kulit yang putih jadi sekalinya marah langsung merah dan itu terlihat menggemaskan.

Hanya butuh satu menit Celine telah menginjakkan kakinya di swalayan yang cukup besar.

Ia masuk dan berniat membeli beberapa roti, camilan, dan mi instan.

Namun, bukannya fokus pada keinginan awalnya, Celine malah terbelalak melihat poster besar yang bertuliskan "Dibutuhkan Karyawan Segera!!"

Celine membaca poster itu lamat-lamat hingga ia tidak sadar sudah diawasi oleh satu orang bertubuh tinggi di sampingnya.

"Apa Anda tertarik?" Secara otomatis Celine ambruk, ia adalah tipe yang mudah terkejut. Orang ini sudah seperti hantu saja karena kehadirannya tidak disadari oleh Celine.

"Maaf, apa Anda baik-baik saja?" Tangan orang itu terulur mencoba membantu Celine untuk berdiri, tapi dengan cueknya Celine mengabaikannya dan memilih untuk berdiri sendiri.

Laki-laki berponi itu menarik kembali tangannya pelan, merasa malu akan tawarannya yang sia-sia.

Bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu, Celine malah pergi tanpa suara mirip hantu juga.

Laki-laki itu hanya menatap kepergian Celine, dengan sebuah gumaman yang tidak jelas, yang pasti gumaman itu membuat Celine merinding.

Dengan cepat Celine melangkah menuju barang-barang yang sebelumnya ingin ia beli. Ia merasa tidak nyaman di tempat ini untuk waktu yang lama.

Tidak biasanya ia merasakan hal ini, hanya hari ini nuansa swalayan ini sedikit berbeda. Tapi Celine membuang pikiran buruknya jauh-jauh karena mungkin ini hanya perasaannya.

Semua barang-barang itu telah dibayar dan orang itu adalah laki-laki yang membuat Celine terkejut sebelumnya.

Ia benar-benar tidak suka dengan laki-laki itu terutama matanya. Hatinya merasa resah ketika melihat orang itu, padahal orang itu hanya diam tanpa ekspresi.

"Baiklah, semuanya 50 ribu. Apa Kakak punya kartu langganan Kami?"

Celine menggeleng cepat dan segera memberikan uangnya. Syukurlah jumlahnya pas seperti harapannya, tidak perlu berlama-lama ia bisa langsung pergi meninggalkan swalayan yang terlihat aneh hari ini.

"Kak!" Sebuah teriakkan dari orang yang suaranya masih beberapa menit yang lalu ia dengar. Ada apalagi ini?

"Japit rambut Kakak tadi terjatuh." Kata laki-laki itu dan memberikan sebuah Japit berwarna hitam, Celine pun berniat mengambil japit itu, tapi dengan cepat laki-laki itu memasangkannya pada rambut Celine.

"Namaku Geo, senang bertemu dengan Kakak." Laki-laki itu langsung berbalik dan masuk dalam toko.

Celine masih mengerutkan dahinya, ia tidak paham dengan orang itu. Menakutkan, pikirnya.

"Siapa juga yang mau tahu namanya. Dasar cowok aneh." Geram Celine yang langsung melepas japit itu dan membuangnya begitu saja.

Lirikan tajam yang tidak pernah disadari oleh Celine. Lirikan mata yang menunjukkan sebuah ambisi. Sudut bibir yang mulai terangkat, menampilkan deretan gigi yang hampir semuanya menyerupai taring.

"Menarik."

~~~

Sepanjang malam Celine tidak bisa memejamkan matanya. Entah kenapa wajah laki-laki tadi terbayang-bayang dalam otaknya.

Jarak yang terlalu dekat untuk dirinya. Ia setengah kesal dan setengah bingung dengan orang yang bernama Geo itu.

Kesal dengan sifatnya kurang ajar dan bingung dengan aura orang itu yang aneh.

Rasanya tubuh Celine bisa terus merinding jika orang itu ada di dekatnya. Matanya juga aneh, terlalu tajam dan intens jika diperhatikan.

Semalaman yang dilakukan Celine hanya terus memindah posisi tidurnya. Ia sudah siap jika konsekuensinya akan tidur di kelas. Kenapa manusia seaneh ini? Ketika jamnya tidur tidak mengantuk, tapi saat waktunya terbangun malah mudah sekali mengantuk.

Celine menangkupkan selimutnya dan berusaha sekuat mungkin untuk terpejam, bagaimana pun juga setidaknya ia bisa tidur satu jam.

Pyarr...

Barusaja ia terlelap tapi suara kaca pecah membuat tubuhnya refleks bangkit. Celine membelalakan matanya ketika melihat kaca jendela kos-nya pecah.

Celine langsung berjalan mendekat, melihat ke sekeliling. Tidak ada apapun di luar, hanya jalanan yang sepi. Jalan depan kosnya bukan jalan yang biasa dilewati orang, jalan ini berujung buntu, kemungkinan hanya anak kos yang berkeliling di daerah sini. Tapi bagaimana bisa kaca kos-nya pecah?

Celine buru-buru menyambar jaketnya dan berjalan keluar dengan bantuan senter ponsel.

Celine memeriksa di setiap penjuru, namun tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan seseorang. Ia pun memutuskan untuk kembali, mungkin ada angin yang menerbangkan batu. Sungguh pemikiran yang mustahil tapi coba dibuat benar oleh Celine, agar perasaan keponya itu berhenti.

~~~

Dugaan Celine benar, jika ia akan tertidur di kelas. Selama tiga jam full Celin tidak memperhatikan pelajaran sama sekali.

"Ratu tidur, tiap hari molor terus ya." Ejek Gilang. Bocah yang selalu sekelas dengan Celine. selama 12 tahun mereka terus bersama dan itu membuat Celine muak.

Celine tidak menggubris ejekan Gilang dan memilih untuk meninggalkannya saja. Namun, teriakan Gilang membuat langkah Celine berhenti.

"Celine! Sejak kapan rambutmu jadi pendek?!"

Celine langsung mengerutkan dahinya, ia memegang rambutnya yang tadi pagi tidak ia sisir, bahkan ia hanya mengenakan bedak secara asal karena terburu-buru.

Rambutnya yang sepanjang dada hanya tinggal sedaun telinga. Jantung Celine benar-benar berdegup kencang. Ini terlalu aneh, ia benar-benar syok ketika rambutnya berubah begitu saja dalam semalam.

Gilang langsung menyambar tangan Celine dan menariknya keluar, Celine terlihat hanya pasrah ia masih terlalu terkejut untuk menerima kenyataan bahwa rambutnya memendek dengan sendirinya.

Apa semalam ada orang yang masuk ke kamarnya dan memotong rambutnya? Dilihat dari potongannya ini bukan dari tangan profesional.

Apa ini ada hubungannya dengan jendelanya yang pecah?

avataravatar
Next chapter