1 Satu

Jakarta, 3 maret 2016

Hari ini memang tidak terlihat begitu spesial. Tapi tetap saja, setiap kami pulang pada hari terakhir UTS akan terasa sangat menyenangkan, atau lebih tepatnya aku merasa lega dan puas. Hanya libur satu minggu memang, tapi itu lebih baik dari biasanya yang malah tak ada hari libur sama sekali. Aku bisa melihat dengan jelas senyum-senyum bahagia sudah bertebaran di tiap wajah temanku. Aku yakin mereka sudah menyiapkan rencana liburan yang takkan terlupakan.

"Ayah! Mamaaa!! Aku pulang!!"

Aku baru saja masuk beberapa langkah, tapi.... hmmm... tunggu dulu, kenapa banyak kotak-kotak kardus disini? Apa yang terjadi?

..............................

Hai, namaku Hans, Hans Lewis Dalton. Teman-temanku bebas memangilku apa saja karena 3 kata itu semua terdengar indah dan mudah diingat. Aku bukanlah anak yang istimewa. Menjadi wakil kapten dari tim futsal sekolah tidak membuatku menjadi anak yang populer. Prestasi akademikku juga ya standar-standar saja. Masuk kelas motivasi, menjadi ketua kelas. Tapi tak pernah sekalipun dipercaya untuk mengikuti lomba mewakili sekolah, padahal aku sangat menginginkannya. Aku mudah mencari sahabat disini, mungkin karena aku memang orang yang ramah, hehe. Aku sering berkata pada diriku sendiri, mungkin sekarang aku belum bisa menghasilkan apa-apa, aku belum dilihat oleh orang. Tapi aku yakin suatu hari nanti aku akan menjadi orang yang sangat berpengaruh pada dunia ini, aku yakin itu...

..............................

"Yah? Mah? Kenapa banyak kardus kardus disini?" tanyaku heran. Aku melihat Ayahku juga sedang sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam kotak-kotak itu.

"Wah kamu sudah pulang nak? Syukurlah karena ayah dan Mama punya berita besar untukmu"

"Berita besar apa yah??" aku bertanya dengan sangat antusias. Aku harap aku akan memiliki rumah baru! Dari dulu aku sangat mengimpikan rumah besar yang mewah. Itu akan membuatku terlihat keren di mata teman-temanku, dan rumah mewah seperti itu tidak mungkin tidak nyaman untuk dihuni.

"Ayah mendapat tawaran dari atasan ayah untuk pindah keluar negeri, di sana Ayah akan menjadi kepala cabang, dan kita bisa memilih, antara Paris atau Milan? Menarik bukan?" kata ayah dengan penuh harapan kepadaku untuk menyetujui ide ini.

Ayah? Ayah bisa ulang sekali lagi kalimat ayah tadi?

Sunguh, pindah dari kota ini, meninggalkan kota ini bukanlah keinginanku. Aku hanya mengharapkan sebuah rumah baru. Aku bahkan belum meraih apa-apa disini, aku juga belum menyelesaikan 2 semester di SMA-ku, apa aku akan sanggup melanjutkannya di sana? Entahlah tapi satu yang ada jauh di dalam hatiku adalah membuat Ibu dan Ayahku bahagia. Aku tidak mungkin membuat Ayah terbebani dengan pilihanku. Dan aku sendiri tak mungkin bisa bertahan lebih dari 3 hari jika ditinggal sendiri di kota ini. Mau bagaimana lagi..

"Wah!! Kabar yang sangat baik ayah!! Selamatt!!" aku memeluk ayahku untuk menambah kegembiraannya.

"Ayah tau kau pasti akan senang, jadi... waktunya memilih..."

"Hmmm aku tidak tau yah (Kataku sambil berpikir, menggerakkan mataku ke kanan dan ke kiri dan tak lupa meletakkan jari telunjukku di bibir bawahku), aku sangat ingin ke Milan, tapi pasti ayah dan Ibu lebih memilih Paris, bukan?" kataku santai dan pasrah...

"Tau aja hehehe, tapi apa kamu yakin?" tanya ayah meyakinkanku sekali lagi. Aku mengangguk. Atau lebih tepatnya aku hanya bisa mengangguk.

"Hehe selain anak yang baik, ternyata kamu juga mengerti kita ya nak... ibu bangga dan sangat sayanggg sekali kepadamu.." Ibuku mengelus-elus rambutku yang masih berantakan dan bau matahari ini.

"Iya nak, kami juga sudah mencari sekolah mana yang tepat untukmu, Delta International School, kamu pasti akan menyukainya." Sambung ayah.

"Wah kalau semuanya sudah disiapkan di Paris kenapa masih memberikanku pilihan ahahaha." Candaku, dan kami bertiga pun tertawa dan mengakhirinya dengan berpelukan bersama.

"Baiklah Yah, Bu, ada yang bisa Hans bantu??"

"Cepat bereskan barang barangmu dalam 5 menit atau kamu akan kami tinggal!! Ayo cepat cepat!! Dasar pemalas!!" canda ayahku berlagak seperti seorang komandan yang galaknya melebihi cewe yang sedang PMS.

"Ay ay kaptenn" kataku sambil hormat seakan-akan berlagak seperti tentara lalu segera berlari ke kamarku di atas.

..............................

Ahhhh.... Aku malas sekali beres-beres. lebih baik aku tiduran aja ahh di kasur empukku ini, mungkin aku akan rindu tiduran di sini, menatap langit langit kayu dan sesekali menatap jendela yang ada di samping tempat tidurku. Jujur kadang aku masih takut kepada jendela itu saat malam hari, mengingat dulu aku adalah bocah ingusan yang parno dengan gesekan daun-daun pohon terhadap jendelaku hingga menangis. Itu sangat menyeramkan. Terlihat seperti sebuah tangan besar sedang menggaruk-garuk kaca jendelaku itu an siap memecahkannya dan menarikku keluar sana. Persis seperti apa yang ku lihat pada sebuah film horror-film horror itu. ahaha memori masa lalu...

Lho... tunggu... Seketika pupilku membesar, mataku tertuju pada meja kayu di depanku yang jarang sekali kugunakan. Apa itu yang ada di meja belajarku? Aku tidak pernah melihat itu sebelumnya. Aku pun berjalan mendekati benda itu dan...

"Sebuah foto perempuan? Foto siapa ini?"

Aku heran. Aku belum pernah melihat perempuan ini sebelumnya, siapa juga yang menaruh ini di kamarku? Ahh aku tanya ayah dan mama dulu deh. Siapa tau mereka yang iseng menaruh foto ini di kamarku.

Aku berlari-lari kecil menuju lantai bawah dan segera mencari ayah dan mama.

"Yaaah! Maahh!" teriakku dari ujung tangga.

"Iya ada apa nak?" tanya ayahku agak heran.

"Coba lihat ini, apa ayah dan mama yang menaruhnya di kamarku? Siapa memangnya perempuan ini?"

"Wah.. bukan ayah yang menaruhnya, ayah juga belum pernah lihat."

"Ibu juga belum pernah melihatnya.. apa ada temanmu yang menyelipkannya di bukumu lalu terjatuh di meja?"

"Enngg... mmm... sebentar aku sepertinya melupakan sesuatu di kamar, terima kasih yahh, maah..."

Aku langsung lari menuju kamarku dengan terburu-buru. Apa yang membuatku takut bukanlah jawaban dari ayah dan mamaku, tetapi apa yang baru saja aku lihat.

Sesampainya di kamar aku melihat, atau bisa dibilang mengeceknya kembali, karena aku ragu apa diriku berhalusinasi atau tidak. Ternyata tidak... tulisan itu benar-benar ada...

"Find me please! I Love You..." Ya, itu yang tertera pada bagian belakang foto itu. Aku jadi takut. Tidak ada yang tau siapa dia, bagaimana foto ini bisa ada di sini. Semua tidak masuk akal.

Oh tuhan...Jujur saja aku takut, kenapa kejadian-kejadian menyeramkan harus selalu terjadi di dalam kamarku ini. Ini aneh bagiku. Ingin rasanya aku mengalihkan perhatianku dan memulai mengepak barang barangku ini. tapi entah bagaimana.. wajah perempuan ini jadi sangat melekat dalam bayanganku. Tak pernah hilang. Aku takut kalau aku justru akan salah memilih barang yang ingin ku bawa karena tidak fokus kalau kubereskan sekarang.

...................................

avataravatar
Next chapter