1 Bab 1

Siang itu, mobil lamborghini berwarna hitam melaju kencang, membelah jalan raya. Mobil itu berhenti di depan rumah mewah bagaikan istana. Tak lama kemudian, keluarlah seorang pria tampan, bak pangeran Yunani.

Membuat siapa saja yang memandang, seakan terhipnotis. Saat melihat mahkluk ciptaan Tuhan, yang begitu mempesona.

Pria itu adalah Erick Fardan. Seorang bos besar, pemimpin sekaligus pemilik perusahaan Ritz Company. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan ringan serta minuman.

Kini, Erick sudah berdiri di depan pintu kediaman orang tuanya. Dari tadi ia sedikit ragu-ragu untuk memencet bel. Sampai akhirnya, pintu itu terbuka sendiri.

"Masuk," perintah seorang wanita yang menatap Erick dengan tatapan tajam. Sambil menyilang kan tangannya.

"Mama." Erick tidak punya pilihan lain lagi. Ia harus masuk, dan bersiap menerima siraman rohani dari mamanya.

"Ya, kenapa? Kamu mau kabur, Rick? tanya Riana, yang sudah tahu isi kepala putranya.

"Tidak, Ma. Siapa bilang? Erick mau masuk ke dalam kok," jawab pria berusia 25 tahun itu, yang hanya beralasan.

"Hmm, baguslah kalau begitu. Ada hal penting yang ingin Mama bicarakan sama kamu," ucap Riana yang berjalan mendahului putranya, lalu duduk di salah satu sofa, yang berada di ruang keluarga.

"Mama mau bicara apa sama Erick?" tanya pria itu, yang sebenarnya sudah bisa menebak. Kalau mamanya tidak menyukai, jika dia berhubungan dengan Viona Caroline. Seorang model ternama, yang merupakan kekasihnya.

Saat ini, Riana menatap tajam ke arah putranya. "Sekarang juga Mama minta sama kamu, putuskan Viona kekasihmu itu, Rick," pinta Riana dengan tegas.

"Ma, bukannya masalah ini sudah kita bicarakan berulang kali. Erick mencintai Viona. Jadi tolong, jangan pisahkan kami.

"Erick, Mama tidak pernah melarang kamu berhubungan dengan wanita lain. Tapi tolong, jangan wanita itu. Kamu kan, tahu. Jika dulu Viona pernah menjadi simpanan pejabat. Apa wanita seperti itu, yang mau kamu jadikan pendamping hidupmu?" Riana berusaha memberikan pandangan kepada putranya. Supaya Erick mengerti, dan mau menuruti keinginannya.

"Ma, Erick tidak peduli dengan masa lalu Viona. Karena Erick mencintai wanita itu. Jadi Erick mohon, jangan pisahkan kami." Erick berusaha membujuk Riana. Supaya wanita itu mengerti, akan ketulusan cintanya terhadap Viona.

"Tidak bisa, Erick. Sebaiknya kamu cari wanita lain, untuk kamu nikahi dan itu bukan Viona. Jika tidak, Mama akan menjodohkan kamu dengan wanita pilihan Mama!"

Deg!

Erick sangat terkejut mendengar perkataan dari mamanya. Ternyata Riana tidak main-main, dengan niatnya memisahkan Erick dari kekasihnya.

"Mama Egois! Sampai kapanpun, Erick tidak akan memutuskan hubungan dengan Viona. Karena Erick berniat, ingin menikahi wanita itu." Erick tidak mau kalah, saat mendengar perintah dari mamanya. Ia tetap bersikukuh dengan pendiriannya.

"Baik, jika kamu berniat ingin menikahi wanita itu, kamu harus bersiap-siap menerima kehancuran perusahaan Ritz Company. Karena Mama tidak akan segan-segan menghancurkan perusahaan mu itu, Erick. Mama mau lihat. Apakah Viona masih mau berhubungan dengan kamu, jika kamu sudah tidak memiliki apa-apa lagi."

Deg!

Erick tahu, Mamanya tidak akan pernah main-main dengan perkataannya barusan. Apalagi perusahaan Ritz Company, adalah perusahaan yang ia bangun dari nol.

Berkat kerja kerasnya, perusahaan tersebut memiliki brand sendiri. Hingga produknya tersebar, tidak hanya di Indonesia. Tapi juga sudah go internasional.

Kini Erick hanya bisa tertunduk lemas. Setelah mendengar ancaman dari Riana mamanya. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain. Selain mengikuti keinginan wanita itu.

"Tolong, Ma. Jangan lakukan itu. Jangan hancurkan perusahaan Erick!" pinta Erick cepat.

Mendengar hal itu, membuat senyum mengembang di wajah Riana. "Oke, kalau begitu kamu turuti perintah Mama. Secepatnya kamu harus menikah dengan wanita pilihan kamu, atau wanita pilihan Mama."

Erick hanya bisa menunduk pasrah. Saat mendengar pilihan yang begitu berat, keluar dari mulut mamanya.

"Mama tenang saja. Erick akan mencari wanita pilihan Erick sendiri," jawab pria itu, sambil menatap mamanya. Walau ada sedikit keraguan yang ia rasakan.

"Good. Mama kasih kamu waktu dua minggu. Jika lewat dari itu, maka kamu harus bersedia dijodohkan dengan wanita pilihan Mama."

"Apa, Ma? Kenapa secepat itu?" tanya Erick yang sangat terkejut. Ketika mendengar permintaan mamanya, yang rasanya mustahil.

"Ya sudah, kalau kamu tidak bisa memenuhi permintaan Mama, kamu turuti saja keinginan Mama," ucap Riana dengan begitu santai. Membuat Erick seketika, membelalakkan matanya.

"Oke, secepatnya Erick akan membawa wanita itu kehadapan Mama. Kalau begitu, Erick permisi."

Setelah mengatakan kalimat itu, Erick langsung pergi meninggalkan mamanya. Sedangkan Riana, ia tersenyum puas. Karena berhasil membuat Erick setuju. Atas keinginannya.

***

Saat ini di tempat lain. Ada seorang wanita muda yang menatap iba ke arah adiknya. Karena saat ini, adiknya divonis oleh dokter, mengidap leukemia.

Wanita berusia 21 tahun itu bernama Rania Vanessa. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya. Saat ini, ia harus memutar otak mencari pekerjaan. Agar bisa mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan adiknya.

"Raf, kamu yang kuat, ya. Kakak yakin kamu pasti bisa melawan penyakit yang bersarang di tubuhmu." Rania berusaha memberikan semangat kepada Rafa. Menyalurkan kasih sayang, kepada adik satu-satunya tersebut.

"Terima kasih, Kak Rania. Maaf, kalau aku hanya menjadi beban buat Kakak," ucap pria itu dengan tertatih-tatih, sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu jangan berbicara seperti itu, Raf. Kamu sama sekali bukan beban Kakak dan juga mama. Sebaiknya kamu harus tetap semangat. Karena kami akan selalu berada bersamamu," Setelah mengatakan itu, Rania langsung memeluk adiknya erat. Berusaha menahan tangis. Jika harus memikirkan kondisi adiknya sekarang.

***

Keesokan hari tiba. Sekarang Rania sudah mengenakan kemeja putih, dan juga rok berwarna hitam, yang kini melekat di tubuhnya.

Dengan dandanan ala kadarnya, tidak menutup kecantikan, yang dimiliki oleh wanita itu. Tak lama kemudian Ratna yang merupakan ibu dari Rania dan juga Rafa datang menghampiri putrinya.

"Pagi-pagi begini, kamu sudah rapi. Memangnya kamu mau pergi ke mana Sayang?" tanya Ratna, sambil tersenyum ke arah Rania.

"Rencananya, hari ini Rania mau pergi melamar pekerjaan, Bu. Do'akan Rania ya, supaya diterima bekerja," jelas wanita itu kepada Ratna.

"Iya, Nak. Ibu pasti, akan selalu mendoakan mu."

Semenjak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ratna terpaksa membanting tulang mencari nafkah, untuk menghidupi kedua anak-anaknya. Ratna bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik. Membuat wanita itu kadang jarang berada di rumah.

Karena merasa kasihan melihat ibunya menjadi tulang punggung keluarga. Rania memilih untuk bekerja sambil kuliah. Dengan begitu, ia bisa memenuhi keperluan sehari-hari, serta biaya kuliah. Tanpa harus meminta kepada Ratna.

"Ya sudah, Rania pergi dulu ya, Bu. Doakan Rania, ya. Supaya hari ini Rania bisa mendapatkan pekerjaan. Dengan begitu, Ibu tidak perlu lagi bekerja, dan bisa menjaga Rafa," ucap wanita itu, yang tulus ingin menggantikan posisi ibunya, menjadi tulang punggung keluarga.

"Terima kasih, Nak. Ibu akan selalu mendoakan kamu. Supaya Tuhan mempermudah langkahmu, dalam mendapatkan pekerjaan yang halal," jawab Ratna sambil tersenyum ke arah putrinya, yang kini sudah pergi meninggalkannya.

"Tuhan, hamba mohon. Permudahkan langkah putri hamba, untuk mendapatkan pekerjaan. Karena dia harapan hamba satu-satunya. Supaya bisa mengangkat derajat keluarga kami. Amin."

Bersambung.

avataravatar
Next chapter