webnovel

bagaimana ini?

Setelah sekian lama aku bertahan di gerombolan orang yang tidak ku kenal akhirnya aku sampai ditempat tujuan dengan keadaan yang Alhamdulillah tidak begitu baik. Walau begitu aku bersyukur aku kuat hingga akhir perjalanan malam ini. Dengan berbagai cobaan usaha ku lalui dengan rasa sabar.

Hawa sejuk pedesaan mulai aku rasakan, angin lembut menyapu kulit yang membuat badan sedikit menolak untuk bertahan lama diluar ruangan. Masih ku pandangi sudut perkampungan yang sedikit asing, dengan keelokan lukisan semburat mentari pagi. Alir dengan tenang menyusuri daun hingga akhirnya jatuh membasahi tanah yang semakin lembab.

Kulihat senyumnya menyapa, lambaian tangan pertanda sambutan luar biasa yang aku rasakan. "Bagaimana keadaanmu?" Sapa nya setelah kurang lebih dua tahun kami meninggalkan bangku SMK. "Seperti yang kau lihat? Aku nampak baik baik saja bukan" jawabku dengan senyum bahagia. Kuakui kami memang tidak terlalu dekat, tidak banyak pula cerita yang bisa ku bahas selain tentang pekerjaan yang dia tawarkan.

"Assalamualaikum?" Ucapku lirih memasuki rumah yang seumur hidup baru aku singgahi. Iya ini rumah saudara temanku sekaligus calon rekan kerja serta partner ku untuk beberapa waktu selama aku dikota ini. "Wa'alaikumsalam" jawabnya menuntunku berjalan ke kamar yang ia singgahi selama ini. "Tidurlah dulu, pasti perjalananmu begitu melelahkan bukan? Nanti setengah 6 aku bangunkan kita akan bersiap untuk interview jelasnya seraya meninggalkan ku untuk sedikit melepas penat.

Mataku memang sudah tidak bisa berbohong, sepertinya dia sangat rindu terpejam tenang. Ku pejamkan mata walau agak sulit bagaimanapun ini tempat baru butuh waktu untuk aku beradaptasi dengan keadaan yang berbeda. Ku lihat jam menunjukan pukul 4 lebih, ada beberapa notifikasi terpampang jelas, tapi masih ku abaikan mengingat waktu tidurku hanya sekian menit. Ku isi daya ponselku akhirnya aku memaksa mataku untuk terpejam.

Suara gorden membangunkan ku jujur mataku masih berat untuk ku buka, bagaimana pun aku harus bangun. "Belum aku bangunkan" dia melirik ku dengan tersenyum "bagaimana badanmu sudah sedikit bugar?" Aku hanya tersenyum mengangguk meski anggukan itu sangat terpaksa nyatanya badanku masih ingin bersandar lebih lama lagi. "Kamu mandi saja terlebih dulu, biar aku bereskan kamar ini" aku menurut saja, ku lawan dinginnya air pagi ini.

"Minum teh dulu ya? Pagi ini memang sangat dingin" dia memberiku secangkir teh hangat "terima kasih" dinginnya pagi ini hingga teh hangat pun terasa dingin di tanganku. "Aku mandi dulu, kamu sudah menyiapkan baju putihnya?" Aku mengangguk. Ku persiapkan segala keperluan yang menurutku penting. Ku raih ponsel yang tergeletak di sampingku ku baca pesan demi pesan yang ada. Jelas pesan yang ku buka dan ku balas pertama adalah pesan mba ku 'Vi, bagaimana sudah sampai' pesan tertanda pengirim my sister 'alhamdulillah mba sudah' balasku yang langsung dibalas lagi 'nyampe jam berapa? Lancar perjalanan nya?' lagi lagi aku harus berbohong 'jam 4 an mba Alhamdulillah lancar, oiya nanti via mau interview do'a in ya biar lancar' aku menyertakan emotikon senyum 'Iya Vi mba do'a in yang terbaik buat via.

Ku awali langkah dengan bismillah berharap semoga diberi kelancaran dan ridho dari Allah SWT. Ku beri pesan pada adik bungsuku 'Tari, mba udah nyampe bilangin ke mama mba pamit berangkat interview mba minta do'a mama bapa semoga mba diberi kelancaran dan hasil yang sesuai harapan' Ku akhiri pesan dengan hati tenang meski belum mendengar suara mama tapi setidaknya pesanku sedikit mengurangi rasa gugup menjelang interview pertamaku.

Jujur nyawa serasa belum terkumpul, bagaimana tidak tanpa persiapan matang dan badan yang fit aku harus menghadapi beberapa pertanyaan secara lisan dan tulisan. Sempat terlintas betapa perihnya jika hasil tidak sesuai harapan. Langkah yang melukai hati sebagian orang, langkah yang menimbulkan perdebatan, langkah yang sempat digoyahkan oleh keraguan. Ku tepis rasa yang ada. Kembali ku ingat senyum senyum mereka yang berharap banyak dari ku selama ini. Sempat menetes butiran bening mengingat kedua orang tua yang Banting tulang, ibarat menukar kaki untuk kepala dan kepala untuk kaki, jatuh bangung mencari rezeki, maju mundur membiayai kami, tersandung dan terjatuh dalam menutup lobang untuk kembali digali lagi. Sungguh niat mantap hanya ingin membahagiakan mereka saja hingga diriku sendiri aku lupakan, hingga hatiku sendiri ku tempatkan diurutan kesekian.

Aku duduk di bangku ke dua paling depan mendengar arahan dari HRD yang akan memberi beberapa pertanyaan nanti. Interview dimulai siang pukul sepuluh sementara ini menunjukan pukul delapan. Beberapa kertas dibagikan tes tertulis kami jalani beberapa pertanyaan bisa ku selesaikan hingga akhirnya waktu habis dan pengumpulan tes tertulis pun telah selesai. Jam menunjukkan pukul sembilan masih ada waktu satu jam untuk mempersiapkan semuanya.

Ku buka ponsel ku cari referensi untuk bahan interview nanti. Ku cermati, beberapa informasi tentang seputar pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh HRD nanti. Ku lihat banyak sekali orang yang mendaftar di perusahaan ini awalnya sedikit insecure, ku lihat mereka satu persatu tampilan mereka jauh di atas ku. Berulang kali ku yakinkan diriku sendiri aku bisa aku bisa bersaing dengan mereka. Untuk interview ini aku harus menyiapkan visi misi karena menurut berita yang ku baca pertanyaan yang kemungkinan ada adalah seputar visi misi.

Ku cermati nama demi nama yang dipanggil, kelompok pertama bukan namaku, aku kembali fokus merangkai visi misi dan motivasi ku bekerja di perusahaan ini. Pemanggilan kelompok ke dua masih belum tersebut mamaku begitupun ke tiga dan keempat namaku pun turut dipanggil dengan perasaan yang sedikit gugup ku langkahkan kaki menuju ruangan, hawa dingin AC menambah dingin suasana sepi di ruangan ini. "Via Nanda Anisa, silahkan perkenalkan diri anda" aku menarik nafas dalam "bismillah, Assalamualaikum nama saya Via Nanda Anisa, saya lahir di Purbalingga 1 November 1999, saya lulusan multimedia tahun 2018 sekian" HRD menatap tajam "Apa yang anda tahu tentang perusahaan ini?" Ya Allah satu poin penting yang aku lupakan aku lupa mencari informasi tentang perusahaan ini.

"Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pangan, dan termasuk perusahaan yang besar dengan jangkauan yang luas" jawabku mengira ngira berharap HRD mengerti maksud yang aku katakan "lalu apa visi misi anda?" Benar pertanyaan itu muncul kembali kutarik nafas lebih dalam "visi saya menjadi karyawan yang baik misi saya memajukan perusahaan dan visi misi saya menjadi karyawan yang baik dengan memajukan perusahaan dengan cara mencurahkan segenap tenaga dan pikiran dalam bekerja" kulihat HRD menganggukan kepala berulang ulang "lalu apa motivasi anda?" Sepertinya HRD masih penasaran dengan profil ku "motivasi saya adalah orang tua, saya ingin membahagiakan dan membantu orang orang tua saya terutama dalam segi finansial"

Tidak hanya sampai disini HRD masih mengajukan pertanyaan "sebelumnya bekerja dimana?" Aku tersenyum menenangkan diri "sebelumnya saya bekerja disalah satu perusahaan dikota saya yang bergerak di bidang pembuatan rambut palsu dengan job operator produksi selama 6 bulan" sepertinya HRD semakin tertarik "mengapa anda memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut?" Aku mulai tenang menghadapi pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan "saya memutuskan untuk resign karena kondisi wabah yang mulai meluas, selain itu saya berusaha untuk menghindari kerumunan karena pekerjaan tersebut menimbulkan kerumunan setiap berangkat dan pulang nya"

"Lalu apa kesibukan anda setelah tidak bekerja disana?" Dia menuliskan beberapa kata di lembar formulir yang aku kumpulkan "kesibukan saya membatu orang tua di kebun termasuk membantu adik saya belajar karena dampak dari wabah ini membuat pelajar seperti adik saya harus belajar dari rumah" jawab saya menunggu pertanyaan yang mungkin akan ditujukan lagi "terima kasih atas perkenalan anda" ternyata beliau mengakhiri interview ini. Alhamdulillah puji syukur ya Allah hamba dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan.

Ramai riuh orang membicarakan tes tertulis dan interview tadi. Aku yang penasaran dengan UMK kota ini mencoba mencari info. Dan info itu benar benar mengejutkan ku astaghfirullah ternyata UMK di daerah ini dan daerahku sama persis. Miris ingin ku menangis ditempat bagaimana bisa jauh jauh aku merantau tapi UMK nya sama dengan UMK kampung halamanku. Hampir putus asa hingga aku berdoa yang tidak seharusnya aku berharap tidak diterima di perusahaan ini.

Saat yang ditunggu pun tiba disebut nama demi nama yang akan berlanjut ke tahap berikutnya yaitu medical checkup aku berharap namaku tidak tertera disana. Beberapa nama disebut dan namaku pun turut serta dalam barisan itu. Aku masih berharap nama yang terpanggil adalah nama yang gugur. Kami diarahkan ke sebuah ruangan dengan kuota yang hampir separuh dari kuota pertama.

"Saya ucapkan selamat pada kalian karena kalian akan maju ketahap berikutnya, dan harap menunggu untuk medical checkup, untuk jadwal pelaksanaan nya akan ada info lagi, nanti akan ada grup untuk info selanjutnya" entah harus senang atau sedih aku pun bingung. Aku hanya bisa berserah semoga ini yang terbaik semoga Allah memberi jalan dibalik semua ini. Selain itu ini pun kesempatan untuk meringankan beban keluarga. Aku kuat kuatkan meski aku tau akan ada tidak hanya satu dua luka yang ku terima.

'ya Allah terima kasih atas nikmat mu kali ini. Maaf hamba yang sempat mengkhufuri nikmat ini. Untuk kedepannya semoga engkau memberi jalan memberi Rizki yang berkah untuk membantu kedua orang tua hamba. Aamiin