webnovel

Kesulitan Bernapas

(POV Ota)

Musim gugur di bulan Oktober, aku dan murid Kelas 1-F akan melakukan perjalanan sekolah. Setelah melakukan perundingan, akhirnya kami sekelas sepakat untuk menjadikan Kyoto sebagai destinasi wisata pada perjalanan sekolah kali ini. Kami semua antusias menyambut acara ini, soalnya kami tidak pernah mengunjungi Kyoto sebelumnya. Hanya Lev yang merasa biasa saja, karena dia memang asli orang Kyoto.

Aku sangat bersemangat pagi ini. Perjalanan sekolah memang acara yang sangat dinantikan oleh semua murid SMA. Semalam aku sudah tertidur sangat pulas, aku jadi tidak khawatir akan ketiduran di perjalanan.

"Anak-anak, ayo berbaris." Jui-sensei meniup peluit, membuat kami berbaris seperti sekumpulan anak bebek. "Sebelum memasuki bis, silakan kalian mengambil nomor tempat duduk," kata Jui-sensei sambil memegang sebuah kotak yang bagian atasnya memiliki lubang.

Di saat perjalanan seperti ini, setiap orang pasti ingin duduk di samping teman terdekatnya. Tapi, Jui-sensei ingin membuat kita lebih berbaur. Dia menentukan tempat duduk berdasarkan nomor undian, jadi kita tidak bisa memilih siapa teman sekursi kita. Bagus juga sih menurutku, selain dengan Hoshi dan Shuu, aku tidak begitu akrab dengan murid yang lain.

Akhirnya, barisan mulai melaju. Satu persatu dari kami mengambil nomor undian dan segera masuk ke dalam bis.

Aku sudah mengambil nomor undian, nomorku adalah 15. Setelah masuk bis, aku mencari kursi dengan nomor 15. Anak-anak lain juga mulai duduk di kursi sesuai dengan nomor yang mereka dapat.

Ah, akhirnya ketemu.

"Waah, Ota-hentai!"

Nana menyambut kedatanganku dengan perkataan hentainya.

"Yo!" balasku.

Aku kemudian duduk di samping Nana. Aku duduk di sebelah kanan Nana, berada di sisi yang dekat ke tengah. Sedangkan Nana mendapat sisi yang dekat dengan jendela.

(Enaknya...)

"Ota-hentai, awas loh kamu jangan sampai ketiduran!" Nana memperingatkan dengan wajah mengancam.

"Iya, santai saja. Semalam aku tidur pulas, hari ini aku tidak akan tertidur," balasku.

Hasil undian tempat duduk lumayan mencengangkan. Meskipun tempat duduknya diacak, beberapa orang merasa sangat senang dengan sistem seperti ini. Susunan tempat duduk perjalanannya seperti ini.

Lemon - Gen

Akemi – Hoshi

Kensel – Maggiana

Lullin – Lev

Shino – Hashimoto

Shuu – Yurina

Hide – Sera

Ota – Nana

Emili – Jui-sensei

Erza – Rock

Tentu saja, yang paling senang adalah Hoshi, Hashimoto dan Hide. Mereka bertiga duduk bersama dengan orang yang mereka sukai. Mereka bertiga tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Aku juga senang kok, aku ingin lebih banyak mengobrol dengan Nana.

Jui-sensei berdiri di depan, kemudian mengatakan sesuatu memakai pengeras suara.

"Ota dan Hoshi, silakan bertukar tempat."

Mendengar ucapan itu, Hoshi kaget dan berteriak protes.

"Heeeeeeee. Kenapa begitu, sensei?!"

"Aku khawatir Ota ketiduran di jalan, itu sangat berbahaya. Kalau di sampingnya ada Akemi, dia bisa lebih mudah dibangunkan." Jui-sensei menjelaskan.

"Tidak bisa begitu! Aku tidak mau, aku tidak mau!!!!" Hoshi merengek seperti anak kecil.

"Ayolah Hoshi, ini demi keselamatan kita semua." Jui-sensei membujuk Hoshi lagi.

"Kita tanya saja pada Ota. Kalau dia tidak mengantuk, lebih baik kita tidak usah bertukar tempat," kata Hoshi. Lalu, Hoshi berdiri dan melihat ke arahku. "Ota, kau tidak ngantuk, 'kan? Kau tidak akan ketiduran di perjalanan, 'kan?" Hoshi bertanya padaku dengan tatapan penuh harap.

Aku tersenyum mendengar pertanyaan Hoshi.

"Aduh!!! Aku ngantuk sekali, semalam aku tidak tidur karena terlalu bersemangat. Aku akan ketiduran selama perjalanan. Aduh... gimana ini???" kataku, berakting.

Semua orang memandangku dengan tatapan curiga, aktingku sangat buruk, terlihat jelas kalau aku sedang berpura-pura.

Untungnya, ada satu orang bodoh yang percaya.

"Haah, baiklah. Ayo kita bertukar tempat duduk." Hoshi mendengus kecewa.

Aku dan Hoshi kemudian berjalan bertukar tempat duduk.

"Hoshi, nanti kutraktir makan deh," kataku, berbisik pada Hoshi.

"Iyaa," jawab Hoshi, lemas.

Akhirnya, aku duduk di sebelah Akemi.

Sebenarnya, aku tidak begitu berharap duduk di sebelah Akemi. Duduk dengan siapapun aku tidak masalah. Aku hanya ingin menjahili Hoshi saja. Aku ingin membalas dendam pada Hoshi karena dia pernah menggotongku ke tengah lapangan.

(Rasakanlah pembalasanku, hahaha)

Seperti biasa, Akemi tersenyum saat aku hendak duduk di sampingnya. Akemi memang orang yang sangat ramah. Meski tidak banyak bicara, Akemi selalu tersenyum kepada setiap orang yang ia kenal.

"Lev, tolong jaga Lullin. Jangan biarkan dia mengantuk," pinta Jui-sensei.

Seketika, semua orang merinding ketakutan. Semua orang melihat ke arah Lullin. Bagaimana jadinya jika Lullin menguap, kemudian sopir bis yang pingsan?

"Iya, jangan khawatir. Aku akan mengobrol dengan Lullin seharian," balas Lev, percaya diri.

Ekspresi wajah Lev sangat meyakinkan, semua orang jadi merasa lega.

"Satu lagi. Para murid perempuan, kalian jangan ada yang kentut!" tambah Jui-sensei.

"Iyaaaaa." Semua cewek kompak membalas.

Setelah mendapat peringatan dari Jui-sensei, bis akhirnya melaju.

***

Tidak terasa bis telah melaju selama 3 jam. Mengobrol dengan Akemi, membuat waktu terasa lebih cepat. Akemi bertanya banyak hal padaku, terutama tentang ilmu permasakan. Akemi bilang dia tidak bisa memasak. Masakan Akemi sangat tidak enak, kucing peliharaannya pernah batuk ketika mencoba masakan Akemi.

Aku yang terbiasa memasak, tentu saja merasa senang. Berbagi ilmu kepada orang lain ternyata membuat hati merasa bahagia. Sebagai balasannya, Akemi bilang akan selalu siap jika aku ingin menanyakan pelajaran kepada dirinya, kecuali pelajaran fisika.

Mengobrol selama 3 jam membuat Akemi kelelahan. Akemi mulai mengantuk, matanya semakin terlihat sayu. Akemi terhuyung-huyung. Tanpa permisi, Akemi menyenderkan kepalanya dibahuku, kemudian tertidur.

(Wadawww)

Ini pertamakalinya seorang perempuan menyenderkan kepalanya di bahuku, apalagi orang itu adalah Akemi, seorang perempuan yang sangat aku kagumi. Aku yang tidak merasa ngantuk menjadi semakin tidak ngantuk. Untuk kedua kalinya, aku merasa bersyukur punya kekuatan aneh ini. Hahaha.

Jarak kota Tokyo dengan Kyoto adalah 500 km. Dengan menggunakan bis, jarak sejauh itu dapat ditempuh dalam waktu sekitar 7 jam. Sangat lama bila dibandingkan dengan kereta Shinkansen yang cuma butuh waktu 2 jam saja untuk sampai pada tujuan.

Aku menoleh ke samping, Yurina sedang tertidur. Di sebelahnya, Shuu sedang mendengarkan musik memakai headset. Tapi, mata Shuu tertutup, sepertinya dia juga tertidur. Saat menoleh ke belakang, Kensel dan Maggiana juga tertidur. Erza dan Rock juga tertidur. Emili dan Jui-sensei juga tertidur. Bahkan Lev juga tertidur. Semua orang sedang tertidur, kecuali aku, Lullin dan Pak Sopir.

Saat memfokuskan mata lebih jauh, aku melihat mata Lullin sudah mulai sayu. Lullin sudah mulai mengantuk!!

(Astaga... bagaimana ini?!)

Kalau Lullin sampai menguap, sudah pasti bis ini akan kecelakaan. Kalau bukan aku, pasti pak sopir yang pingsan. Soalnya, yang terbangun cuma aku dan Pak Sopir saja.

(Astaga... bagaimana ini?!)

Aku ingin sekali mendekati Lullin dan menanyakan keadaannya. Tapi, Akemi sedang menyenderkan kepalanya ke bahuku, aku gak berani bergerak. Mau ngirim SMS juga gak bisa, di sebelahku ada Shuu. Hapeku gak ada sinyal.

(Astaga... bagaimana ini?!)

Lullin terlihat sangat menderita, dia menutup mulutnya rapat-rapat. Wajah Lullin terlihat sangat merah karena menahan diri untuk menguap, padahal dia sangat ingin melakukannya. Lullin bukan ingin tidur, Lullin cuma ingin menguap. Lagipula, Lullin tidak bisa tidur kalau dia belum menguap.

(Aduh Lev... kenapa kau tertidur?!)

Perjalanan menuju Kyoto masih sangat lama, Lullin tidak mungkin menahan menguap selama empat jam lamanya. Lullin pasti akan sangat tersiksa.

(Terpaksa, aku harus melakukannya!)

"MALINGGGGG!!!!!!" Aku berteriak sekeras-kerasnya.

Semua orang terperanjak kaget dan mulai terbangun.

"Waaa!!!" Akemi juga kaget karena aku tiba-tiba berteriak. Suaranya sangat imut.

"Woy!! Jangan ribut! Ini perpustakaan!" teriak Hoshi.

"Ini mobil, kampret!" kataku.

Semua orang jadi ribut gara-gara aku berteriak. Mereka yang sedang nyaman tidur merasa sangat terganggu. Kampretnya, si Lev masih saja tertidur, padahal dia yang duduk di sebelah Lullin.

Karena Akemi udah gak nyender lagi, aku jadi bisa berdiri dari tempat duduk.

"Teman-teman, Lullin ingin menguap. Jangan ada yang tidur!" kataku dengan suara keras.

Secara serempak, semua orang memandang Lev, karena Lev yang bertugas menjaga Lullin. Mereka kemudian berteriak.

"LEV!!!!!!!!"

Lev yang tertidur pulas pun terbangun karena teriakan mereka sangat keras. Lev terbangun dengan wajah tanpa dosa, dia masih saja sok bertingkah keren.

Mulut Lullin tertutup rapat, dia masih menahan mulutnya supaya tidak terbuka. Pernah gak sih kamu menahan menguap? Rasanya bagaimana?

"Lullin, sakit, ya? Kamu ingin menguap, ya?" Lev bertanya.

Lullin mengangguk.

"Menguap aja, gapapa. Kemungkinan sopir bis yang kena cuma 1 banding 20 orang. Tenang saja, sopir bis bakal aman, kok. Kalau Ota yang kena, kan ada Akemi." Lev meyakinkan Lullin.

Lullin tersenyum, kemudian dia menguap.

'Hoahmmmm'

Uapan Lullin cukup panjang, dia pasti sangat bahagia karena bisa menguap.

*klepek (Suara orang pingsan)

"Lemon pingsan!!!" Semua kompak berteriak.

Kami semua hampir jantungan, karena Lemon duduk dekat dengan Pak Sopir. Astaga, hampir saja.

Semua orang tahu, Lullin itu hobi menguap, tapi gak bisa tidur. Setiap dua menit sekali, Lullin selalu menguap. Semua orang berkeringat dingin karena takut Pak Sopir yang kena. Entah kenapa, bis ini melaju sedikit lebih cepat, sepertinya Pak Sopirnya juga ketakutan. Dia ingin mobil ini cepat sampai.

"Erza pingsan!!!"

"Hide pingsan!!!"

"Maggiana pingsan!!!"

"Jui-sensei pingsan!!!"

"Lev pingsan!!!"

"Lemon pingsan lagi!!!"

Semua anak kompak berteriak setiap kali ada yang pingsan. Pak Sopir semakin berkeringat dingin karena jumlah orang yang bangun tinggal sedikit.

Kau tahu skenario terburuk selain sopir bis yang pingsan? Ya, Akemi yang pingsan, disusul aku yang pingsan setelahnya. Kalau itu yang terjadi, siapa yang akan membangunkanku?

Setelah Lemon pingsan, Lullin mulai tertidur. Semua anak yang menonton merasa lega, karena Lullin tidak akan menguap lagi.

Syukurlah

Semua anak sudah tenang, mereka kembali duduk dengan tenang. Termasuk Akemi yang raut wajahnya sudah terlihat tidak khawatir lagi.

Namun, tiba-tiba...

'Tuuttttt!'

Ada suara kentut yang terdengar sangat nyaring.

Anak-anak yang sudah tenang kembali jadi tegang. Semua anak melihat ke arah Rock. Tapi, tidak ada yang terjadi. Rock masih senyum-senyum seperti biasa, dia tidak berubah jadi kera liar. Berarti, yang kentut seorang lelaki.

"SIAPA YANG KENTUT????" Hoshi berteriak.

*Tiit... Tiit...

Klakson bis tiba-tiba berbunyi.

Oh, ternyata sopir bis yang kentut.

Setelah itu, empat jam berlalu, bis telah sampai ke tempat tujuan. Kami sekelas berhasil sampai tempat tujuan dengan sehat walafiat. Tidak ada yang terluka ataupun kehabisan oksigen. Astaga, ini adalah perjalanan paling menegangkan yang pernah aku alami.

*to be continued