1 Prolog

Di ujung barat benua...

Awan terlihat menyatu pada langit, warnanya gelap, namun bukan hitam. Petir-petir menyambar udara, suaranya meramaikan kesepian yang seharusnya ada. Di bawah sambaran yang bertubi-tubi, berdiri tembok tinggi yang kokoh dengan kawat berduri yang melingkar di atasnya. Suasana horor akan dirasakan setiap orang yang melihatnya, dan mereka akan menduga itu sebuah benteng kosong yang ditinggalkan.

Tapi, kenyataannya, itulah yang diinginkan oleh para pemiliknya. Dan kenyataan apa yang ada di dalamnya tak akan terpikirkan oleh siapapun selain orang yang telah mengetahuinya. Tidak, bahkan tak akan ada orang yang peduli dengan kenyataan itu.

Tembok tua itu memiliki tinggi sekitar lima belas meter dengan tambahan diameter kawat sekitar dua meter. Tak ada pintu yang tampak sebagai jalan untuk memasukinya, karena pintu benteng tersebut disamarkan dan hanya bisa dibuka oleh orang-orang tertentu dengan mekanisme khusus. Tembok yang telah berlumut itu tampak memanjang sejauh mata memandang jika seseorang berdiri tepat di depan tembok.

"Kapten!"

"Ssstt!" Itu hanya isyarat jari yang berdiri di depan bibir dan bukan suara.

(tapi?) orang disampingnya berbisik.

Orang yang dipanggil kapten tadi memberi isyarat dengan melipat ibu jari dan jari kelingking.

(ehm? Tiga?)

Saat jari telunjuk mulai terlipat, ia tahu maksud isyarat itu. Ia menarik nafas panjang bersamaan jari yang tersisa mulai terlipat satu persatu hingga seluruh jari tangan kanan sang kapten terlipat seluruhnya. Saat itulah, langkah cepat diambilnya, sebuah tugas yang harus dilaksanakan.

Drap..drap..drap..

Umpan.

Itulah tugasnya saat ini dan apa yang biasa ia lakukan di tiap misi. Ia terkenal dengan sebutannya : Kilat berjalan. Dari dua ratusan misi, ia hanya pernah tertangkap sekali ketika misi organisasi yang paling sulit seumur hidupnya.

"PERHATIAN! PARA PENJAGA DUNGU SEKALIAN, APAKAH KALIAN TAHU SIAPA AKU?"

Suara yang diteriakkannya terdengar pada radius yang sangat luas, lalu sirine keamanan berbunyi satu persatu menanggapi perbuatannya. Suaranya sungguh menarik perhatian, karena sebuah ungkapan yang telah beredar dimanapun. Adalah sebuah kehormatan menghadapi secara langsung sang legenda terlicin di masa ini.

" Buktikan kehebatanmu dengan menangkap 'Kilat Berjalan'!"

Kata-kata itu telah mendarah daging bagi setiap pendukung pemerintah. Dikeluarkan dari mulut satu-satunya orang yang pernah berhasil menangkapnya dengan susah payah. Tapi, selain licin, 'Kilat Berjalan' juga patut diberi julukan 'Jagoan Kabur Tingkat Atas', hanya sehari setelah dijebloskan ke dalam penjara, pada hari berikutnya tempat ia mendekam telah kosong tanpa jejak.

Dan apa yang ia lakukan saat ini, saat musuh telah berfokus padanya, setelah berhasil memprovokasi, ia berlari seperti halnya orang biasa berlari, tak ada panik, dada yang tenang, nafas yang teratur. Ketika setiap orang merasakan hal ini sebagai ujung kehidupan, ia justru merasakan sensasi yang luar biasa nikmat. Ia berbalik melihat orang-orang, senjata-senjata, dan alat-alat pengintai yang sekarang berada di depan matanya.

Lalu—

Apakah ia benar-benar seorang legenda? Apakah hanya seperti ini akhirnya? Semua orang menurunkan alisnya, karena kecewa.

"Aku sang 'Kilat Berjalan', aku menyerah!"

....Bersambung....

^Kritik dan saran sangat berarti. Terima kasih atas perhatiannya^

avataravatar
Next chapter