2 2. Cerita Jihan

Setelah ke pergian andi, jihan berlalu pergi meninggalkan ruang meeting menuju ruang kebesarannya sebagai CEO.

Amel sekretaris jihan mengikuti langkah jihan dari belakang, amel terlihat memperhatikan Jihan yang tampak cemas hingga amel memberanikan diri untuk bertanya dengan jihan.

"Buk jihan?" panggil amel dibelakang jihan.

"Iya amel." ucap jihan sejenak memberhentikan jalannya.

"Buk, saya lihat buk jihan terlihat cemas, ada apa buk kalau amel boleh tau?"tanya amel.

"Hem... begini amel, ayah saya masuk rumah sakit dan sekarang keadaannya lagi kritis." ucap Jihan menunduk sedih.

"Ma syaa Allah buk, saya ikut sedih mendengarnya, saya doakan semoga ayah buk Jihan segera sadar."ucap amel.

"Iya amel, terima kasih atas doanya, amel bisa kita bicara nya sambil jalan?"tanya jihan melihat amel.

"Bisa buk, oh iya buk jihan sebenarnya saya tidak berani untuk bicara seperti ini sama ibuk, mengingat buk jihan adalah seorang CEO di perusahaan tapi karena saya melihat wajah buk jihan cemas saya memberanikan diri untuk menanyakan kepada ibuk, buk jihan tidak marahkan?"tanya amel sedikit takut.

"Untuk apa saya memarahi kamu Amel, bagi saya kamu seperti teman saya sendiri jadi jangan sungkan untuk bicara dengan saya, jangan anggap saya seorang CEO di perusahaan lantas kamu merasa segan untuk bicara dengan saya."ucap jihan melihat amel.

Amel seketika diam saat perkataan jihan, hingga Jihan bertanya ke pada Amel.

"Amel, kamu mau kan jadi teman saya?"tanya Jihan.

"Dengan senang hati buk, Amel mau jadi teman buk Jihan."ucap Amel.

"Baiklah Amel, mulai sekarang dan seterusnya kita berteman, oh iya amel kalau berada diluar kantor jangan panggil saya ibuk jihan panggil saya jihan saja."ucap Jihan.

"Tapi buk?" ucap amel langsung dipotong jihan.

"Tidak ada tapi- tapian amel, pokoknya kamu harus panggil saya jihan saat diluar kantor".ucap jihan serius.

"Baiklah buk jihan." ucap amel tersenyum.

Sepanjang perjalanan Jihan dan amel asik mengobrol, hingga tak terasa jihan pun tiba di depan ruangannya.

"Baiklah Amel, kalau gitu saya masuk ke ruangan saya dulu ya."ucap jihan pamit ke amel.

"Iya buk." ucap amel.

Jihan masuk kedalam ruangnya sedangkan amel ia pergi menuju ruangannya yang tak jauh dari ruangan jihan.

Saat berada didalam ruangan nya jihan langsung mengambil kunci mobil beserta tasnya yang berada di meja kerjanya, setelah itu Jihan langsung bergegas pergi ke rumah sakit menemui sang ayah , jihan jalan keluar dari ruangan nya menuju lift khusus CEO untuk mengantarkannya ke lantai bawah tepatnya di lobby perusahaan company fernandez group.

Sesampainya dilantai bawah jihan segera jalan menuju mobilnya, ketika jalan menuju mobil sapaan karyawan menyambut nya, tampak jihan membalas sapaan karyawannya dengan senyuman.

Tak berapa lama melangkah kan kakinya, kini jihan sudah berada di dalam mobilnya ia pun melajukan mobilnya ke rumah sakit, dimana Wisnu sering di rawat.

Sekitar satu jam mengendarai mobilya, kini jihan sampai di rumah sakit, setelah memarkirkan mobilnya Jihan langsung bergegas masuk ke koridor rumah sakit untu bertanya ke pada resepsionis rumah sakit dimana letak ruang ayahnya di rawat, setelah resepsionis memberi tahu tempat Wisnu di rawat.

Jihan segera menuju ruangan sang ayah dengan jalan tergesa-gesa, tak berapa lama melangkah kan kakinya jihan melihat asih dari ke jauhan sedang duduk di depan ruang ruang rawat wisnu, dengan jalan cepat jihan mendekati dan menanyakan kabar ayahnya kepada ibu asih.

"Ibu asih?"panggil Jihan mendekati asih.

"Iya nona." ucap asih berdiri dari duduknya.

"Bagaimana keadaan ayah?"tanya jihan khawatir.

"Bapak masih kritis nona."ucap asih menunduk sedih.

"Ya Allah sadarkan lah ayah hamba ya Allah."ucap Jihan sedih.

"Nona, pak Wisnu pasti segera sadar."ucap asih menenangkan jihan.

"Semoga ibu asih, kalau gitu jihan masuk ke dalam dulu ya ibu asih mau melihat keadaan ayah?"ucap jihan.

"Iya nona." ucap asih.

Jihan beranjak pergi meninggalkan asih yang berada di luar ruangan, seketika Jihan langsung membuka pintu ruang rawat Wisnu.

Ceklekkk....

Jihan melihat wisnu terbaring lemah dengan wajahnya begitu pucat dan

terlihat alat alat yg berada ditubuh ayahnya untuk membantu nya bernafas dan melihat detak jantung wisnu.

Cukup membuat Jihan sedih melihat keadaan Wisnu, ingin rasanya jihan menggantikan posisi sang ayah yg begitu menyakitkan didalam benaknya.

Jihan duduk disebelah wisnu dengan mata menatap Wisnu,jihan memegang tangan wisnu sambil berbicara.

"Ayah ini Jihan yah, bangunlah yah, tadi pagi ayah masih baik- baik saja kita masih bicara kenapa sekarang ayah kayak gini yah, ayah sayangkan sama Jihan kalau ayah sayang sama Jihan bangun yah, jihan takut kalau ayah akan tinggalkan jihan hiks..hiks..hiks." ucap Jihan menunduk sedih dengan berlinang air mata.

Tak berapa lama jihan terlihat lelah dengan menangis nya, jihan beranjak keluar dari ruang rawat wisnu untuk menemui asih yang berada di luar ruangan wisnu.

"Ibu asih? "Panggil jihan mendekati asih.

"Iya nona jihan."ucap asih melihat jihan.

"Ibu pulang saja kerumah, biar jihan yang menjaga ayah disini?"ucap jihan duduk disebelah asih.

"Tidak nona, saya mau temani nona disini saja."ucap asih.

"Ibu asih, kalau ibu asih disini nanti bisa sakit ."ucap jihan.

"Tidak nona, ibu tidak sakit".ucap asih penuh keyakinan.

"Ya sudah kalau ibu asih mau temani jihan disini."ucap jihan pasrah.

"Makasih nona, telah mengijinkan saya disini".ucap asih.

"Iya buk asih, tapi kalau ibu asih mau istirahat, istirahat saja ya?"ucap jihan.

"Iya nona".ucap asih.

"Ibu asih udh makan?"tanya jihan.

"Sudah nona, tadi sewaktu nona di dalam ruangan pak wisnu saya pergi keluar cari makan nona, ini saya beli satu buat nona jihan, saya tadi mau minta izin sama nona jihan untuk membeli makan ini tapi sewaktu saya buka pintu kamar pak wisnu saya melihat nona jihan menangis jadi saya mengurungkan niat saya untuk meminta izin kepada nona jihan".ucap asih.

"Ya ampun, jihan kok gak menyadari kalau ibu asih buka pintunya ya?" ucap jihan.

"Mungkin nona terlalu memikirkan kondisi pak wisnu jadi nona gak dengar kalau saya buka pintunya".ucap asih.

"Iya ibu asih, jihan memang memikirkan kondisi ayah." ucap jihan.

"Ya sudah jangan dipikirkan lagi nona, nanti pasti bapak sadar."ucap ibu asih menghibur jihan"

"Iya ibu asih, semoga ayah cepat sadar."ucap jihan.

"Iya nona, kita doakan saja nona."ucap asih.

"Iya ibu asih."ucap Jihan.

"Ya sudah kalau gitu nona makan dulu nanti nona bisa sakit".ucap asih.

"Iya, jihan akan makan ibu asih."ucap jihan.

Jihan memakan makanan yg dibelikan asih untuknya karena sudah waktunya malam jadi itu makan malam buat jihan.

Tak berapa lama Jihan sudah selesai dengan makannya sedangkan ibu asih minta ijin kepada Jihan untuk istirahat disebelah kamar wisnu, jihan mengijinkan asih untuk istirahat.

Kini jihan sudah duduk di samping wisnu, iya mencium kening Wisnu setelah menciumnya Jihan mengelus lembut tangan Wisnu sambil berkata ke pada wisnu.

"Ayah bangunlah yah, Jihan ingin bicara sama ayah." ucap jihan memegang telapak tangan ayahnya.

Selang beberapa menit, Jihan terlihat menguap beberapa kali dengan air mata turun pelupuk matanya, Jihan langsung meletakkan kepalanya di tempat tidur wisnu yang meyisahkan tempat untuk kepalanya saja, karena memang Jihan sudah mengantuk dan tak tahan lagi dengan ngantuk nya tak butuh lama jihan akhirnya terlelap dengan tidurnya.

avataravatar
Next chapter