webnovel

Malam Panjang

"Akhhhhh." Reina berteriak kencang.

"Shit! nikmatnya." Theo menutup matanya rapat begitu merasakan nikmat yang sangat luar biasa.

Selaput darah Reina rusak, darah perawan keluar dari vagina Reina dan Theo pun mendiamkannya sebentar.

"Sakit." Reina mengeluarkan air matanya.

"Tahan sayang, ini akan tergantikan dengan kenikmatan."

Theo mulai me maju mundurkan penisnya, begitu di rasa vagina Reina sudah terbiasa dengan penisnya.

"Sempit sekali sayang."

"Kak Theo."

"Ini sangat nikmat." Theo tersadar, kenapa tidak dari awal saja mereka melakukan sex.

"Aah."

"Teruslah mendesah sayang."

"Aaah."

Theo semakin mempercepat temponya, itu membuat mereka berdua semakin mendesah dan berteriak kenikmatan.

"Aku ingin keluar Kak Theo."

"Keluarkan bersama-sama sayang."

Karena mereka akan mencapai pelepasan, Theo menambahkan kecepatan dan.

"Aaahhhh."

Mereka keluar bersama, namun Theo memperdalam penisnya bermaksud agar spermanya tidak ada yang keluar. Reina merasakan kehangatan di dalam rahimnya begitu sperma Theo masuk ke dalam.

"Kak Theo lepaskan, ini sangat mengganjal."

"Ayo kita lakukan lagi."

"Tapi Kak Theo."

Theo kembali me maju mundurkan penisnya karena penis Theo masih berdiri dan masih menginginkan kenikmatan surga dunia. Begitu vagina Reina di tusuk oleh penisnya.

"Aah."

"Sempitnya."

"Kak."

"Shit! aku akan terus menusuk lubang mu sayang." Theo mempercepat kecepatannya.

"You are mine and always my mine baby." Ucap Theo sambil menghentakkan penisnya semakin dalam.

Reina mendesah kencang, Theo terlalu dalam memasukan penisnya, Reina merasa sedikit perih namun nikmat di waktu yang bersamaan. Reina berusaha memperingati Theo agar tidak terlalu dalam, namun karena pada dasarnya Theo tidak akan mau mendengar ucapan Reina, Theo tetap memasukannya dalam dengan hentakan yang tak main-main cepat.

Reina kelabakan, rasanya Reina ingin mengakhiri kegiatan panas mereka, tetapi Theo, Theo seperti masih belum puas dengan gairahnya. Mereka selesai melakukan ronde kedua, baru saja Reina bisa bernapas, Theo kembali memasukan penisnya dan kembali menggempur vagina Reina. Bukan itu saja, Theo juga asik bermain di area dada, leher dan tentunya di bibir.

Hati Reina berontak, tetapi tubuhnya justru merespon dan menikmati setiap sentuhan yang Theo berikan. Theo sendiri begitu terlihat sangat bergairah, Theo dengan penuh semangat dan ambisi terus saja melakukan hal yang dia inginkan tanpa peduli rengekan Reina untuk berhenti dan memberikannya waktu untuk bernapas dan beristirahat sebentar.

Malam penuh kehangatan, dimana untuk pertama kalinya mereka melepaskan keperawanan juga keperjakaan mereka, tapi, apakah ini atas dasar cinta atau kah ini hanya nafsu semata, namun apapun itu, mereka sudah terjalin dalam sebuah ikatan suci.

.

.

.

Reina terbangun begitu cahaya mentari masuk, saat Reina berbalik, Reina melihat dengan jelas wajah tenang Theo saat sedang tidur.

Reina melihat penampilan mereka yang polos dan hanya tertutup selimut, saat bayang-bayang kejadian semalam hinggap, Reina tidak tau harus senang atau sedih, rasanya terlalu campur aduk.

Theo perlahan bangun dan hal pertama yang dia lihat adalah wajah Reina, namun tatapan Reina kosong.

"Selamat pagi sayang." Sapa Theo dengan suara khas bangun tidur.

"Pagi." Reina membalas sapaan Theo.

Theo mendekatkan tubuh mereka, memeluk Reina dengan erat lalu menyematkan kecupan di kepala Reina.

"Aku ingin lagi." Reina mengerti maksud ucapan Theo.

Reina sedikit menjauhkan tubuh mereka, "Kak Theo."

"Bolehkan?" tanya Theo.

"Tidak, ini sudah siang," jawab Reina.

"Sayang sekali, apa lubang mu masih sakit sayang?"

"Emm." Reina baru merasakannya setelah mereka tidak lagi melakukan hubungan intim.

"Biar ku cek." Tangan Theo meraba vagina Reina.

"Kak Theo." Reina menggigit bibir bawahnya.

"Jangan mendesah dan juga jangan menggodaku sayang, kamu mau aku melakukannya lagi?" Reina menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau begitu jangan mendesah." Dengan jahil Theo kembali meraba vagina Reina.

"Kak Theo, hentikan." Tangan Reina memegang tangan Theo yang sedang meraba vaginanya.

"Why baby?"

Reina mencari alasan, lalu berkata, "Kak Theo akan terlambat ke kantor." Theo menatap jam yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

"Bersiap-siaplah, aku akan tidur lagi," ucap Reina.

"Kenapa kita tidak mandi bersama saja sayang?" tanya Theo.

"Gak boleh," jawab Reina.

"Ayo lah."

"Aku masih sakit." Keluh Reina dengan wajah memelas.

"Malam sudah tidak kan?"

"Gak tau."

"Oke, nanti malam lagi." Theo langsung bangkit untuk membersihkan diri, Theo meninggalkan Reina yang terpaku di tempat.

"Apa, lagi?" Reina menggeleng, semalam saja entah sudah berapa kali Theo menggempurnya, Reina dibuat kelelahan yang amat sangat dan Theo tidak memberikan jeda untuk Reina bernafas.

Begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka, Reina langsung berpura-pura tidur. Sebelum keluar, Theo menyematkan kecupan kecil di bibir Reina.

"Aku berangkat, bersiaplah untuk nanti malam." Barulah Theo pergi keluar.

Reina duduk bersandar di ranjang, ucapan Theo memenuhi pikirannya.

"Gak." Dengan perlahan Reina melangkah untuk membersihkan diri, selangkangannya sangat sakit, dengan pelan Reina masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi, Reina awalnya ingin menemui Adya juga Safira, namun tidak jadi karena untuk berjalan saja rasanya Reina tidak kuat, rasa sakitnya masih terasa.

Di lantai bawah, Theo sedang sarapan bersama dengan Adya juga Safira.

"Kak Theo ngapain sih senyum-senyum? Kak Reina lagi sakit, tapi Kak Theo malah terlihat senang." Ucap Safira sambil menatap kakaknya sebal.

"Mommy, aku titip Reina."

"Iya sayang."

"Kak Theo, hello, jawab aku." Safira melambaikan tangannya di hadapan Theo.

"Apa Safira?" tanya Theo.

"Kak Reina sakit apa?" Safira bertanya balik.

"Sakit karena semalam, jadi kamu jangan menganggu, biarkan Reina istirahat yang banyak."

"Hah?" Safira terbelalak kaget.

"Makannya, Kak Theo kalau main jangan kasar, kasian Kakaknya aku." Lanjut ucapan Safira dengan nada tinggi.

"Sayang, habiskan makananmu, Mommy mau mengantarkan sarapan untuk kakakmu." Adya lantas pergi menemui Reina.

"Kakak pergi, bye." Theo pun pergi, karena waktu jam kantor akan segera di mulai.

"Oke bye." Safira menghabiskan sarapannya sendiri, dan hari ini Safira memiliki janji dengan Nathan untuk jalan-jalan ke itaewon.

Adya mengetuk pintu kamar menantunya, tak lama Reina membuka pintu kamar, begitu melihat mertuanya Reina pun mempersilahkan Adya untuk masuk.

Adya meletakan makanan yang dia bawa khusus untuk Reina, "Jangan lupa habiskan makanannya."

"Iya Mommy, terima kasih, maaf Reina merepotkan Mommy."

"Tidak repot sama sekali, apa ada yang perlu kamu butuhkan lagi sayang?"

Reina menggelengkan kepalanya, "Tidak ada Mommy."

"Kalau begitu Mommy pergi, istirahat yang banyak."

"Iya Mommy."

Adya tersenyum, Reina membalas senyuman Adya, lalu Adya pun pergi dari kamarnya.

Saat Adya kembali ke lantai bawah, Safira lantas berpamitan kepada Mommy nya. Safira akan berangkat sekarang juga untuk menemui Nathan, yang jelas keluarganya hanya tau jika Safira akan pergi jalan-jalan dengan temannya.

Next chapter