webnovel

SUAMI YANG KU RINDUKAN

Saat mimpi datang secara terus menerus dan menjadi kenyataan, akankah itu sebuah pertanda? Atau hanya sebuah ilusi belaka? Sedikitpun tidak terlintas dalam pikiran Inayah Saharah (24 th) wanita tuna susila bertemu dengan Yusuf (30 th) dalam razia malam. Yusuf seorang laki-laki dewasa yang selalu datang di dalam mimpinya.... Yusuf Hanafi seorang Ustadz di sebuah pondok yang mempunyai kelebihan indera ke enam mampu membaca pikiran manusia juga bisa melihat sesuatu yang akan terjadi. Hati Yusuf merasa terpanggil untuk menghibur dan membantu orang-orang yang akan mengalami takdirnya. Hingga pertemuannya dengan Inayah wanita yang hadir dalam mimpinya meninggal dalam kecelakaan. Akankah Yusuf bisa mengubah takdir Inayah yang akan meninggal dalam suatu kecelakaan seperti yang di lihat dalam penglihatannya?? Mungkinkah Inayah mendapatkan suami yang di rindukannya??

Nickscart_1 · History
Not enough ratings
32 Chs

MELARIKAN DIRI

"Lepaskan dia! Apa kamu tidak mendengar apa yang di katakannya!" tiba-tiba terdengar suara cukup keras dari arah belakang di mana Darno berdiri.

Seketika Darno menoleh ke belakang dan melihat dua orang laki-laki yang berbadan tinggi tegap dengan penampilan preman.

Dengan kasar Darno mendorong Inayah sangat keras hingga terbentur di dinding. Tubuh Inayah terasa lemas tak mampu berdiri selain menatap samar pada kedua laki-laki yang datang di waktu yang tepat.

Entah kedua laki-laki itu datang untuk menolongnya atau tidak, yang terpenting sudah menghentikan aksi Darno yang akan menyiksanya lagi.

"Apa maksudmu memintaku untuk melepaskan dia! siapa kalian?" tanya Darno mendekati kedua laki-laki itu dengan penuh amarah.

Yusuf dan Ridwan saling pandang kemudian tersenyum merasa penyamarannya benar-benar telah berhasil.

"Apa kalian tidak mengenalku, aku bos preman di kampung sebelah." sahut Ridwan sambil mengusap jambang palsu yang menempel di rahangnya.

Yusuf tersenyum dalam hati mendengar jawaban Ridwan apalagi melihat gaya Ridwan saat berbicara dengan membusungkan dadanya.

"Aku tidak peduli kalian preman dari kampung mana!! kalian ke sini ada perlu apa? ini wilayahku! semua anak buahku ada di sini, kalau kalian macam-macam! kalian hanya tinggal nama!" ucap Darno sambil bersiul beberapa kali.

Dan benar saja tidak lama kemudian muncul enam orang di belakang Yusuf dan Ridwan.

Ridwan menatap Yusuf dengan tatapan serius, agar Yusuf segera bicara.

Yusuf menganggukkan kepalanya sangat mengerti apa yang di inginkan Ridwan.

"Dengar, aku ke sini menginginkan Inayah selama dua jam. Aku sudah menemui Salimah dan membayar tiga kali lipat lebih mahal daripada orang itu." ucap Yusuf sambil menunjuk Pelanggan yang akan menyewa Inayah.

Mendengar jawaban Yusuf, seketika wajah Inayah menjadi pucat dan tubuhnya semakin gemetar.

Rasa putus asa kembali menyerang hati Inayah dan itu membuat Inayah menangis terisak-isak di tengah rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Apa itu benar? aku tidak percaya!" ucap Darno dengan tatapan tak percaya.

"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada Salimah. Aku akan menunggu di sini." ucap Yusuf dengan tenang namun hatinya sangat cemas melihat Inayah menangis sedih.

"Maafkan aku Inayah aku tidak bisa mengusap air mata kesedihanmu saat ini. Semoga setelah ini kamu bisa bebas dan menentukan jalan hidupmu." ucap Yusuf dengan perasaan sedih merasakan kesedihan yang di alami Inayah.

"Baik!! aku akan ke Salimah. Kalian jangan kemana-mana sebelum aku datang! Ayo, kamu ikut denganku menemui Salimah." ucap Darno pada Yusuf dan Ridwan kemudian mengajak Pelanggan Inayah yang benar-benar kecewa pada Salimah.

Yusuf dan Ridwan saling pandang, kemudian melihat ke arah enam orang yang berdiri di sekeliling mereka.

Dengan tenang Yusuf melepas jaketnya dan mendekati Inayah.

"Pakailah jaket ini." ucap Yusuf dengan suara beratnya.

Dengan tubuh lemas dan mata yang berkunang-kunang, perlahan Inayah mengangkat wajahnya untuk melihat Yusuf dari dekat.

Sambil menerima jaket Yusuf, Inayah berusaha membuka matanya untuk bisa mengamati wajah Yusuf yang tepat berada di wajahnya.

Hati Inayah berdebar-debar saat melihat tepat kedua mata tajam Yusuf yang berkaca-kaca penuh kecemasan.

"Ustadz... akhirnya Ustadz datang..." ucap Inayah dengan suara lirih dan tersenyum lemah kemudian perlahan menutup matanya dan pingsan.

Seketika wajah Yusuf terkejut mendengar Inayah menyebut dirinya Ustadz. Apalagi melihat Inayah pingsan membuat Yusuf menjadi panik, dan segera mendekati Ridwan.

"Kita harus cepat membawa Inayah pergi dari sini Ustadz. Aku tidak ingin Inayah kenapa-kenapa." ucap Yusuf berbisik di telinga Ridwan.

"Ya sudah Ustadz, Ustadz bawa Inayah biar aku yang membereskan enam orang ini." ucap Ridwan sambil mengeluarkan rantai besi dari kantong jaketnya.

"Ustadz? dapat dari mana rantai besi itu?" tanya Yusuf sedikit terkejut dengan Ridwan yang penuh kejutan.

"Aku menemukan ini di garasi, lumayan bisa buat senjata." ucap Ridwan dengan tersenyum.

"Kita harus melakukannya sekarang sebelum Darno kembali dan mengetahui kalau kita sudah menipunya. Tapi bagaimana caranya aku membawa Inayah?" ucap Yusuf dengan dadanya berdetak sangat kencang.

"Ustadz, tidak mungkin juga Inayah jalan sendiri kan? Ustadz harus mengangkat dan menggendongnya!" ucap Ridwan berbisik dengan gemas.

"Apa aku yang menggendongnya?" tanya Yusuf dengan perasaan gugup.

"Lalu? siapa lagi Ustadz? apa aku? atau mereka?" ucap Ridwan semakin gemas dan mendorong Yusuf agar segera mengangkat Inayah.

Dengan tubuh dan tangan gemetar Yusuf memakaikan jaketnya pada Inayah. Sambil menghela nafas panjang dan memejamkan matanya Yusuf mengangkat tubuh Inayah dan menggendongnya.

"Hei!! mau kamu bawa kemana Inayah!!" teriak anak buah Darno.

"Aku akan membawanya ke rumah sakit. Dia terluka." ucap Yusuf berusaha tenang.

"Kalian tidak bisa kemana-mana sebelum Darno kembali." ucap anak buah Darno mendekati Yusuf berniat menghentikannya, namun dengan cepat Ridwan menarik tangan anak buah Darno dan memukulnya tepat di dadanya.

"Hei!! apa yang kalian lakukan!! Hajar dan tangkap mereka!!" teriak anak buah Darno yang lain saat melihat temannya di pukul telak oleh Ridwan.

"Cepat Ustadz, bawa Inayah pergi!" ucap Ridwan sambil memasang kuda-kuda dan mulai beraksi dengan rantai besi yang di pegangnya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Ustadz! kita lumpuhkan mereka bersama-sama!" ucap Yusuf berdiri tepat di belakang Ridwan sambil menggendong Inayah.

"Hajar mereka berdua!!!" teriak anak buah Darno yang telah merasakan pukulan keras Ridwan.

Serentak lima anak buah Darno menyerang Yusuf dan Ridwan beramai-ramai.

"TAGH...TAGH!"

"BUGH...BUGH...BUGH!"

Rantai besi Ridwan beberapa kali mengenai perut dan punggung anak buah Darno, belum lagi tendangan lurus dan melingkar dari Yusuf yang lebih menguasai ilmu bela diri.

Anak buah Darno semakin kalap dengan serangan Yusuf dan Ridwan hingga tiga orang dari mereka mengeluarkan senjata pisau yang mereka selipkan di pinggang.

Dengan membabi buta mereka menyerang Yusuf dan Ridwan dan salah satu dari mereka mendapat sela dan bisa melukai lengan tangan Yusuf.

"SREETT!!"

"Ustadz! Ustadz tidak apa-apa?" tanya Ridwan saat melihat lengan Yusuf terluka dan berdarah karena melindungi Inayah.

"Aku tidak apa-apa Ustadz, kita selesaikan ini segera!" ucap Yusuf kembali memberikan tendangan-tendangan yang telak pada anak buah Darno.

Tidak beberapa lama kemudian Yusuf dan Ridwan sudah melumpuhkan anak buah Darno bersamaan dari jauh Darno datang dengan beberapa anak buahnya yang lain dan berteriak keras.

"Berhenti!!! jangan pergi kalian!!" teriak Darno saat melihat Yusuf dan Ridwan berlari menjauh sambil membawa Inayah.

"Ayo Ustadz, kita harus cepat pergi dari sini!" ucap Ridwan berlari kencang ke arah kebun di mana dia menyembunyikan motornya.

Tiba di kebun dengan cepat Ridwan naik ke atas motornya sedangkan Yusuf berdiri bengong masih dengan menggendong Inayah.

"Ustadz!! ayo... naik!!" ucap Ridwan dengan tatapan gemas melihat Yusuf yang terlihat gugup.

"Bagaimana aku bisa naik? Inayah bagaimana?" tanya Yusuf tidak bisa berpikir dengan baik.

"Ustadz! buruan naik, Inayah tetap Ustadz gendong saja!" ucap Ridwan dengan cepat sambil melihat ke arah jalan di mana Darno sudah melihatnya.

"Hei!!! berhenti!! Kalian tidak bisa pergi begitu saja!" teriak Darno berlari mendekat.