webnovel

Musim Kawin

Pagi ini saya mengepel di ruang tengah dan Betta datang membawa koran lalu menyuruhku untuk segera menikah, karena musim ini adalah musim kawin. 

Dan aku bilang kalau aku menyuruhnya untuk menikah duluan, dan lalu kemudian Betta meledek ku. 

Di rumah pak Irfandi 

Di ruang tengah.. 

"Ngepel di sini yang belum, gak enak kalau ngepel gak nyanyi, emm hari ini nyanyi lagu apa, oh ya lagunya Sule saja tapi yang judulnya apa ya, oh ya Mimin I Love U saja deh", kata Paijo. 

                     ** 

Paijo menyanyikan lagu Sule sambil mengepel di ruang tengah. 

Mimin oh…

Mimin oh…

Mimin I LOVE U 

Mimin oh…

Mimin oh…

Mimin I LOVE U 

                     ** 

Masih di ruang tengah.. 

"Jo.., jo.., jo, Paijo..", seru Betta memanggil Paijo sambil membawa koran. 

"Betta kalau kamu mau lewat, lewat saja, kamu tidak lihat saya sedang mengepel apa ?", tanya Paijo dengan kesal. 

"Oh ya maaf jo, saya juga bukannya mau lewat jo, tapi ini loh jo, saya ingin memberikan kabar penting jo", jawab Betta. 

"Memangnya berita apa sih Betta ?", tanya Paijo lagi. 

"Ini loh jo, berita di koran tadi aku baca kalau bulan ini adalah bulan baik untuk menikah, ini buktinya ada salah warga mengantarkan undangan, itu artinya berita di koran bulan baik benar adanya", jawab Betta lagi. 

"Terus hubungannya sama saya apa ?", tanya Paijo lagi. 

"Loh ya kamu buru-buru menikah dong sama Erni mumpung bulan baiknya masih beberapa minggu lagi", jawab Betta lagi. 

"Eh Betta, jangan asal ngomong kamu,  kalau saya mah mau saja kawin sama Erni, tapi mbok Surip belum memberikan restu untuk saya menikahi Erni", kata Paijo. 

"Oh ya kalau begitu paksa dong, mumpung bulan baiknya masih ada, nanti kalau habis bagaimana ?", tanya Betta. 

"Kenapa tidak kamu saja yang kawin ?", tanya Paijo lagi. 

"Memangnya beneran jo boleh ?", tanya Betta lagi. 

"Ya boleh dong", jawab Paijo. 

"Asikkk kawin sama Erni", kata Betta meledek Paijo. 

"Atakiwir.., eeh.., awas kamu berani dekati Erni, Erni itu punya saya tau, maksud saya, kamu kawin dengan pacarmu sendiri begitu", kata Paijo lagi. 

"Hemm.., pacar yang mana jo ?", tanya Betta lagi. 

"Memangnya dengan orang aceh gak jadi ?", tanya Paijo juga. 

"Enggak jo", jawab Betta. 

"Gak jadi pacaran ?", tanya Paijo lagi. 

"Enggak jadi nikah jo", jawab Betta lagi. 

"Loh memang kenapa ?", tanya Paijo lagi. 

"Mahal jo, mahar atau mas kawinnya pakai emas, saya tidak sanggup, kan kamu tau sendiri saya orang tidak punya", jawab Betta lagi. 

"Tuh kan kamu mah kebiasaan, kalau kamu serius dengan dia ya kamu usahakan dong, jangan menyerah begitu saja, pastinya sekarang dia sudah menikah dengan orang lain kan ?", tanya Paijo lagi. 

"Iya jo, sudah bahagia dengan suaminya yang sekarang", jawab Betta lagi. 

"Yah itu mah salah kamu sendiri Betta, Betta dengarkan ya menurut buku catat mbah buyut saya, bulan yang baik itu bulan apa saja, tergantung ke ikhlasan hati kita, ada satu lagi Betta", kata Paijo lagi menjelaskannya pada Betta. 

"Apa itu jo ?", tanya Betta lagi. 

"Ada yang mau gak sama kamu ?", tanya Paijo juga. 

"He.. Emm.. Emmm..", Betta pun menangis. 

"Pakai lagu biar dramatis", kata Paijo lagi. 

"Boga kabogoh jauh meuntas laut leuweung gunung tapi apél teu bingung cukup hallo na telepon, he.. Emm.. Emmm..", Betta menyanyikan sebuah lagu sambil menangis.  

"Ehh Betta,  jangan lagu itu", kata Paijo lagi. 

"Loh kenapa ?", tanya Betta lagi. 

"Saya ingat dengan orang Sunda, sukabumi lagi Betta", jawab Paijo. 

"Kok bisa ?", tanya Betta lagi. 

"Kisah cinta saya telah kandas dengan orang Sunda, sukabumi, kamu tau tidak saya mencintainya dan menunggu nya sampai sekarang, ya kira-kira sudah tujuh belas tahunan lah Betta", jawab Paijo lagi. 

"He.. Emmm.. Emm..", Betta menangis semakin kencang. 

"Kok kamu yang nangis Betta ?", tanya Paijo lagi. 

"Itu kan kisah cinta penulis SSTM jo, he.. Emm.. Emm..", jawab Betta lagi. 

"Oh iya kamu benar Betta, kalau tidak salah namanya Kamil, dia adalah mantan tuan papi saya di cerita Ada Cinta di Pesantren Darussalam dan Preman Masuk Pesantren, Betta", kata Paijo lagi.

Pembaca Cerita SSTM, ini adalah kisah cinta aslinya penulis loh..

"Oh gitu ya jo, terus penggantinya tuan papi mu siapa jo ?", tanya Betta lagi. 

"Kok kamu malah tanya lagi sih Betta, tuan papi yang sekarang itu Arfan namanya", jawab Paijo lagi. 

"Eh salah jo, tuan papi mu yang sekarang itu pak Irfandi bukan pak Arfan, jo", kata Betta. 

"Itu kan di cerita yang aslinya kan penulisnya lebih memilih pak Arfan, kamu tau gak kenapa ?", tanya Paijo lagi. 

"Enggak jo, kenapa ?", tanya Betta juga. 

"Soalnya kata penulisnya pak Arfan lebih ganteng daripada pak Irfandi, pembaca cerita SSTM stttsss diam ya jangan bilang-bilang sama penulisnya", jawab Paijo lagi. 

"Loh kenapa jo ?", tanya Betta lagi. 

"Nanti honor saya di potong Betta..", jawab Paijo lagi. 

"Hee.. Emm.. E.. Mm..", Betta dan Paijo menangis sambil berpelukan. 

Di ruang keluarga.. 

"Wa'alaikumussalam jeng Tati, ya pastinya dong saya datang ke acara pernikahan anaknya jeng Tati, orang dulu waktu Titah dan Irfandi menikah saja jeng Tati juga datang, iya wa'alaikumussalam", kata kanjeng ibu. 

"Bu hari ini Titah dan mas Irfandi izin keluar ya", sambung Titah. 

"Mau kemana nduk, ngger ?", tanya kanjeng ibu. 

"Keluar bu, tadi kan Titah bilang begitu, boleh ya ?", tanya Titah juga. 

"Boleh, eh tapi nanti saja kamu perginya, ibu mau ajak kamu ke kondangan teman ibu, sekarang berangkatnya", jawab kanjeng ibu. 

"Haa, sekarang bu ?", tanya Irfandi. 

"Iya, kenapa haa.., Irfandi, gak mau kamu dan istrimu ikut ibu haa.. ?", tanya kanjeng ibu lagi. 

"Mau kanjeng ibu..", jawab Irfandi dengan gugup, karena takut pada mertuanya. 

"Bagus, ya sudah tunggu dulu disini ya", kata kanjeng ibu. 

"Iya..", seru Titah dan Irfandi. 

"Emm sayang", kata Irfandi. 

"Iya mas kenapa ?", tanya Titah lagi. 

"Kamu kemarin kan bilang, kalau kamu baru beli handycam kan sayang ?", tanya Irfandi lagi. 

"Iya mas, bukan lalu belinya dan belum pernah Titah pakai juga, kenapa memangnya mas ?", tanya Titah lagi. 

"Kamu bawa untuk besok ya sayang, kan besok kita mau kondangan juga ke kondangannya teman papi, mi", jawab Irfandi. 

"Oke, papi tunggu di sini dulu ya, mami mau ambil handycam nya di kamar", kata Titah. 

"Iya istriku sayang", sambung Irfandi. 

Lima menit kemudian.. 

Masih di ruang keluarga.. 

"Ini pi, tapi kotor tasnya, maklum saja pi gak pernah di pakai, baru hari ini di keluarkan dari lemari", kata Titah. 

"Iya mi tidak apa, kan bisa di lap, Asih..", sambung Irfandi yang memanggil Asih. 

"Inggih pak Irfandi, enten menapa ?"

(Iya pak Irfandi, ada apa?), tanya Asih. 

"Ini..", jawab Irfandi yang memberikan tas yang di dalamnya ada handycam nya pada Asih. 

"Apa ini pak, wah terimakasih ya pak Irfandi", sambung Asih. 

"Eehh.., bukan untuk kamu tau, saya mau minta tolong sama kamu, ini kan kotor kamu bersihkan ya", sambung Titah juga. 

"Loh ini apa ya bu Irfandi di dalam nya ?", tanya Asih. 

"Itu di dalamnya handycam, tolong kamu bersihkan ya", jawab Titah. 

"Siap laksanakan bu Irfandi, oh ya bu Irfandi di bersihkan nya bagaimana ya di cuci atau di apakan ya bu Irfandi ?", tanya Asih lagi. 

"Hemm..", keluh Irfandi sambil menghela nafas. 

"Kenapa pi ?", tanya Titah lagi. 

"Capek mi, kan Asih lemot, apa tidak lama kalau mami menjelaskannya pada Asih", jawab Irfandi lagi. 

"Oh iya, singkat saja ya sih, kamu lap saja tas dan handycam nya, satu lagi jangan sampai rusak, awas kalau sampai rusak", kata Titah lagi. 

"Laksanakan bu Irfandi", Asih melaksanakan perintah dari Titah. 

"Ya, ingat jangan sampai rusak Asih..", kata Titah lagi.

"Nggih bu Irfandi" 

(Iya bu Irfandi), seru Asih. 

Di dapur.. 

"Handycam kaya apa sih, coba tak buka tasnya, oh kaya gini ta handycam itu, lalu yang harus di lap itu handycam nya atau tasnya ya, bingung Asih", kata Asih. 

"Wah handycam nih, punya siapa sih ?", tanya Paijo. 

"Punya bu Irfandi, awas jangan dipegang, nanti rusak Asih yang disalahkan sama bu Irfandi, mas jo, hus, hus, sana", jawab Asih. 

"Iya Asih, tau kok, hemm..", kata Paijo. 

"Loh mas jo kenapa masa ngambek sih gara-gara Asih tidak memberikan pinjam handycam milik bu Irfandi ?", tanya Asih. 

"Bukan masalah itu Asih", jawab Paijo. 

"Lah terus ?", tanya Asih lagi. 

"Kayanya benar deh apa yang di katakan oleh Betta, kalau bulan ini adalah musim kawin", jawab Paijo. 

"Ya memang musim kawin mas jo, kenapa mas jo mau kawin, ya kawin saja", kata Asih. 

"Mau sih, tapi..", sambung Paijo. 

"Saya tidak mau mas jo", kata Asih lagi. 

"Maksudmu ?", tanya Paijo lagi. 

"Lah itu tadi mas jo ajak saya nikah kan, bilangnya seperti ini, mau sih, tapi.., apalagi coba kalau bukan mas jo mengajak Asih menikah ya kan ?", tanya Asih juga. 

"Bukan itu Asih maksudku", jawab Paijo yang mulai kesal pada Asih. 

"Oh bukan ya, saya kira ngajak Asih menikah mas jo, kalau bukan ngajak menikah terus kenapa mas jo ?", tanya Asih lagi. 

"Mbok Surip, Asih", jawab Paijo lagi. 

"Astaghfirullahalazim nyebut mas, mbok Surip kan belum jadi janda masih punya suami, masa mas jo mau menikahi mbok Surip, lagian juga mas jo gak pantas dengan mbok Surip, pantasnya sama mbak Erni, anaknya mbok Surip, mas jo", kata Asih lagi. 

"Maksudnya saya, Erni nya bukan mbok Surip, Asih, hemm.., sayangnya di negara Indonesia ini ada hukum coba kalau tidak ada sudah saya gantung kamu, heemmm heran saya, kamu itu kok lemot sekali sih, hemmm..", keluh Paijo. 

"Oh bilang dong mas jo, handycam nya sudah selesai di bersihkan, sekarang waktunya antar handycam ini lagi ke bu Irfandi", kata Asih. 

"Eeh Asih, mau kemana ?", tanya Paijo. 

"Ke ruang keluarga lagi, mau kasih ini, handycam nya bu Irfandi", jawab Asih. 

"Jangan sih", kata Paijo lagi. 

"Loh kenapa mas, kok gak boleh ?", tanya Asih lagi. 

"Bukan gak boleh, maksudnya saya, biar saya saja yang kasih handycam ini ke tuan mami", jawab Paijo lagi. 

"Oh ya sudah nih handycam nya saya mau lanjut kerja lagi", kata Asih yang memberikan handycam pada Paijo. 

"Oke..", seru Paijo. 

Aku pun ke depan untuk melihat tuan mami, tuan papi, dan kanjeng ibu, apakah membicarakan tentang pernikahan dan musim kawin hari ini, dengan beralasan mengembalikan handycam milik tuan mami. 

Ternyata benar tuan mami, tuan papi, dan kanjeng ibu membicarakan tentang pernikahan dan musim kawin. 

Keesokan harinya.. 

Aku melihat tuan papi dan tuan mami ingin pergi lagi ke acara pernikahan temannya. 

Lagi-lagi soal musim kawin, aku pun hanya bisa galau bersama dengan Betta, lalu Kamil, cucu dari kanjeng ibu datang menghampiri kami, dan seperti biasa Kamil mengejek kami yang sedang galau. 

Di rumah pak Irfandi 

Di halaman teras depan rumah.. 

"Tuan mami dan tuan papi tuh, mau kemana ya, rapih sekali, tuan mami masih pakai kebaya dan tuan papi masih pakai baju kebaya, hemm kayanya apa yang di bilang Betta itu benar deh, kalau bulan ini adalah musim kawin, buktinya kemarin banyak banget yang kawin kemarin dan banyak juga yang nyebar undangan, hemm galau lagi deh jadinya", kata Paijo lagi. 

"Jo, kamu galau juga ya karena bulan ini banyak yang menikah ?", tanya Betta. 

"Iya Betta, hemm..", jawab Paijo. 

"Sama dong", kata Betta. 

"Mas Betta dan lik jo, assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Betta dan Paijo. 

"Wa'alaikumussalam", Paijo dan Betta menjawab salam dari Kamil. 

"Ngapain di sini, ih kalian berdua merengut weh, kenapa sih ?", tanya Kamil. 

"Kami sedang sedih Kamil, kamu tau gak saya sedang sedih, galau, karena bulan ini banyak yang kawin", jawab Paijo. 

"Lah terus, oh kalian minta kawin gitu maksudnya, ya sudah kawin lah", kata Kamil. 

"Ngomong doang mah gampang den mas, lah saya kan gak punya pacar, mau nikah sama siapa coba ?", tanya Betta. 

"Lah memangnya sama orang sukabumi gak jadi ?", tanya Kamil. 

"Kok sama orang sukabumi, bukan sama orang aceh saya yang tidak jadi den mas", jawab Betta. 

"Oh bukan ya, salah dong", kata Kamil lagi. 

"Lah iya, memang salah, lagian juga ya den mas Kamil, yang gak jadi sama orang sukabumi itu bukan Betta, tapi tuan mami alias penulis SSTM, ssttsss, jangan bilang-bilang tuan mami ya, takut di potong honornya", sambung Paijo lagi. 

"Oke, lalu lik jo kenapa gak nikah, kalau sudah ingin menikah ?", tanya Kamil lagi. 

"Kalau saya bukannya tidak mau den, tapi belum dapat restu dari mbok Surip untuk menikahi Erni, den", jawab Paijo. 

"Haha, berarti dua-duanya sama dong", kata Kamil lagi. 

"Haa.., maksudnya sama bagaimana ya den mas ?", tanya Paijo lagi. 

"Ya sama-sama gak ada yang mau, yang satu gak ada yang mau untuk menjadi suaminya dan yang satunya lagi gak ada yang mau untuk jadi menantunya, haha..", jawab Kamil yang meledek Paijo dan Betta. 

"Berarti kita senasib dong", kata Paijo. 

"Iya jo..", sambung Betta. 

"He.. Ee.. Emmm..", Betta dan Paijo menangis. 

"Ciee nangis, ciee cengeng, hee.. Eemm.. Emm..", kata Kamil yang masih meledek Paijo dan Betta.