webnovel

Bubur Buatan Paijo

Pagi itu di rumah tuan mami dan tuan papi kedatangan tamu ternyata dia adalah tetangga baru di komplek ini, dan ternyata lagi dia adalah istri barunya pak Seno yang bernama Nadia. 

Di teras depan rumah Irfandi..

"Kerja, kerja, kerja..", kata Paijo. 

"Assalamu'alaikum", Nadia memberikan salam pada Paijo. 

"Wa'alaikumussalam, mbaknya cari siapa ya ?", Paijo menjawab salam dari Nadia dan kemudian Paijo bertanya pada Nadia. 

"Perkenalkan nama saya Nadia, tetangga baru di komplek ini", jawab Nadia. 

"Oh kalau begitu perkenal kan diri, nama saya Paijo", kata Paijo yang memperkenalkan dirinya pada Nadia. 

"Oh iya..", seru Nadia. 

"Eh Joya ada siapa ?", tanya bu Ayu. 

"Ini tetangga baru bu Ayu", jawab Paijo. 

"Oh ini bu Irfandi ya, perkenalkan saya..", kata Nadia. 

"Bukan mbak..", sambung bu Ayu. 

"Ini adiknya bu Irfandi, namanya yu yu", sambung Paijo juga. 

"Yu yu, bukan saya Ayu, emm ya sudah masuk yuk, jo tutup", kata bu Ayu. 

"Emm.. Sebel.., kebiasaan kalau begini pasti yang di suruh nutup saya", keluh Paijo. 

"Jo..", seru bu Ayu. 

"Iya, eh tuan mami, tuan papi.., habis darimana nih ?", tanya Paijo lagi. 

"Gak lihat kamu saya bawa handuk dan air minum, tandanya..", jawab Irfandi. 

"Saya tau", seru Paijo. 

"Emang apa ?", tanya Irfandi. 

"Joging kan alias lari pagi kan ?", tanya Paijo juga. 

"Nah itu tau ngapain kamu nanya lagi", jawab Irfandi lagi. 

"Ada siapa di dalam kaya nya rame banget", kata Titah. 

"Itu tetangga baru di komplek ini", sambung Paijo. 

"Oh..", seru Titah dan Irfandi. 

"Ya sudah Titah ku sayang, kita mandi yuk habis itu sarapan lalu berangkat deh ke kantor masing-masing", kata Irfandi. 

"Yuk mas, dah Joya", sambung Titah. 

"Emm.., sudah kalau kaya gini saya lagi yang nutup pintu", keluh Paijo lagi. 

Di ruang tamu..

"Oh ternyata namanya mbak Nadia", kata kanjeng ibu. 

"Iya..", seru Nadia. 

"Rumahnya dimana ?", tanya Ayu. 

"Di blok sebelah bu nomer 23", jawab Nadia. 

"Nomer 23 itu kan rumahnya pak Seno", kata kanjeng ibu. 

"Iya bu ini penggantinya bu Seno yang baru", kata Ayu. 

"Oh, eh tapi setau ibu ya pak Seno dan bu Seno belum cerai, kawin sirih ya jeng.., cerita dong jeng", kata kanjeng ibu. 

"Maaf bu saya harus pergi mau berkunjung ke rumah tetangga yang lain", kata Nadia yang pamit pergi. 

"Ih jangan begitu atau pun malu, sini cerita dulu dong kawin sirih ya jeng", kata kanjeng ibu lagi. 

"Maaf, permisi", kata Nadia lagi. 

"Jeng eh jeng", seru kanjeng ibu. 

"Bu ini namanya young leaves on the pillow", kata Ayu. 

"Daun muda di atas bantal", sambung kanjeng ibu. 

"Berondong..", seru kanjeng ibu dan Ayu. 

"Eh ibu Sudah dong jangan terlalu banyak makan yang manis-manis nanti bisa kena diabetes loh", kata Ayu. 

"Ayu is silent, you are just a prospective doctor not yet become a doctor so you don't need to regulate your mother" 

(Ayu diam, kamu itu baru calon dokter belum jadi dokter jadi gak usah ngatur-ngatur ibu mu), keluh kanjeng ibu. 

"But ma'am, maintaining health is necessary ma'am, emm.."

(Tapi bu, menjaga kesehatan itu perlu bu, emm..), bu Ayu di sumpal brownies oleh kanjeng ibu. 

"Ini mbak.., loh kok..", kata Paijo yang kaget melihat Nadia sudah tidak ada di ruang tamu. 

"Kenapa jo ?", tanya Ayu. 

"Mbak Nadia mana ?", tanya Paijo juga. 

"Sudah pulang, sudah minum nya untuk saya saja", jawab kanjeng ibu. 

"Gak bisa dong, enak saja saya capek-capek bikin ini, minuman buat mbak Nadia masa saya kasih kanjeng ibu", keluh Paijo lagi. 

"Sudah kasih saja buat kanjeng ibu kasihan napasnya sudah stoping, stoping..", kata Ayu lagi. 

"Tidak bisa, emm enak saja, emm enak banget manisnya pas", kata Paijo yang meminum teh manis tersebut dan Paijo meledek kanjeng ibu, hingga kanjeng ibu kesal. 

"Hmm.. Jo.. Ya..", kanjeng ibu kesal pada Paijo. 

Di kamar Irfandi dan Titah.. 

"Titah ku sayang", seru Irfandi. 

"Iya mas..", sambung Titah. 

"Aku ke depan duluan ya", kata Irfandi. 

"Iya mas..", seru Titah lagi. 

"Kamil mana ?", tanya Irfandi. 

"Sudah berangkat di antar Aiman tadi sekalian ke pasar", jawab Titah. 

"Oh gitu", seru Irfandi lagi. 

"Iya..", sambung Titah juga. 

"Kalau Silvy dan Citra ?", tanya Irfandi lagi. 

"Main sama bapak", jawab Titah lagi. 

"Oh..", seru Irfandi lagi. 

Tuan papi alias pak Irfandi pergi ke depan rumah melihat bu Nadia keluar rumah dan juga melihat mobil belum di cuci serta Abdul latif belum siap mengantar tuan papi pun marah padanya. 

Di garasi mobil..

"Wah.. Siapa tu cantik banget, aduh haaa kok belum di cuci hmm.. Abdul Latif, Abdul Latif..", Irfandi menabrak tembok dan memanggil Abdul Latif. 

"Iya pak, ada apa ?", tanya Abdul Latif. 

"Ada apa, ada apa lagi.., nih lihat mobilnya kenapa belum di cuci, malah kamu belum mandi lagi, saya dan istri saya sudah siap untuk berangkat kerja tau..", jawab Irfandi dengan kesal. 

"Iya maaf pak, saya bangunnya kesiangan karena saya  semalam nonton bola pak, eh malah kalah, saya mendukung real madrid pak..", kata Abdul Latif. 

"Oh.., sayang sekali dong dul kalau begitu saya saja mendukung..", sambung Irfandi. 

"Loh memangnya bapak mendukung siapa ?", tanya Abdul Latif lagi.  

"Saya mendukung mike tyson..", jawab Irfandi lagi. 

"Oh.., loh pak..", seru Abdul Latif. 

"Apa loh pak, loh pak hmm..", kata Irfandi masih dengan kesal pada Abdul Latif. 

"Gak apa-apa", sambung Abdul Latif. 

"Ya sudah sekarang kamu cuci mobil dulu sana..", kata Irfandi yang masih kesal pada Abdul Latif. 

"Mas yuk, loh kok mobilnya", kata Titah. 

"Tau tuh si Abdul Latif", sambung Irfandi. 

"Ya sudah mas kita naik taksi online saja", kata Titah lagi. 

"Ya sudah yuk..", sambung Irfandi lagi. 

Aku menunggu Abdul Latif untuk membicarakan soal aku dan dia akan keluar alias berhenti bekerja di keluarga kanjeng romo. 

Setelah itu baru aku tidur-tiduran di ruang keluarga yang kebetulan dekat dengan kamar pak Arfan dan juga tuan papi, pak Arfan yang melihat aku langsung memarahi ku dan tuan papi juga mengancam ku akan di pecat kalau saya hanya bersantai saja di rumah setelah mengurus ke tiga anaknya (Kamil, Silvy, dan Citra). 

Di ruang keluarga..

"Hemmmm, loh kok eh Joya..", kata Arfan. 

"Iya pak Arfan", seru Paijo. 

"Kamu ngapain disini nganggu pemandangan saya saja kamu di sini", kata Arfan yang kesal pada Paijo. 

"Saya istirahat dulu pak Arfan..", sambung Paijo. 

"Kenapa sih Fan ?", tanya Irfandi. 

"Ini loh si Joya, Fandi, bukannya kerja malah tidur-tiduran disini nganggu pemandangan saya yang keluar dari kamar", jawab Arfan. 

"Ada apa sih ribut-ribut ?", tanya kanjeng ibu. 

"Kanjeng ibu diam, ini adalah urusan antara saya dan Joya alias atasan dan bawahan..", jawab Irfandi dengan tegas. 

"Silahkan", kata kanjeng ibu. 

"Eh Joya, saya peringatkan ya sekali lagi kalau sikap kamu tidak diubah saya tidak segan-segan akan memecat kamu tanpa pesangon", kata Irfandi dengan tegas. 

"Tapi tuan papi", keluh Paijo. 

"Aah mboh..", keluh Irfandi juga. 

"Wow.., aku bangga banget sama kakak ipar ku yang ini selain dia pengusaha yang sukses dia bisa tegas kepada pegawainya dan ibu mertuanya", kata Ayu. 

"Iya saya juga bangga sama Irfandi yang seorang pengusaha dan juga dokter bisa berani sama mertuanya apa lagi sama istrinya, loh tapi kan mertuanya saya, Ayu hmm..", keluh kanjeng ibu. 

"Pisss ibu", seru Ayu yang ketakutan karena kanjeng ibu kesal padanya. 

Keesokan harinya.. 

Di ruang makan,

Di meja makan..

"Si Irfandi itu marah kenapa sih yu ?", tanya kanjeng ibu. 

"Kemarin mas Irfandi marah soal kedisiplinan pada pegawainya", jawab Ayu. 

"Semua ?", tanya kanjeng ibu lagi. 

"Joya dan Abdul Latif saja bu", jawab Ayu lagi. 

"Memang harus seperti itu mereka berdua kurang disiplin beda dengan abdi dalem yang lain, oh ya yu ini jam weker ada disini ?", tanya kanjeng ibu lagi. 

"Duh bu, Ayu juga gak tau kenapa ada di sini", jawab Ayu lagi. 

Jam weker pun berbunyi dan saya segera membereskan makanan yang ada di meja makan, begitu juga dengan Abdul Latif yang kena semprot atau omelan lagi dengan tuan papi. 

Masih di meja makan..

"Kok bunyi sih, yu", kata kanjeng ibu. 

"Gak tau bu..", sambung Ayu. 

"Eh Joya, kamu tau gak saya dan Ayu sedang makan siang dan belum selesai kenapa kamu bereskan", kata kanjeng ibu. 

"Tau nih kamu,  jo..", sambung Ayu. 

"Waktu makan siang selesai kanjeng ibu dan bu Ayu, saya ingat pesan tuan papi kemarin harus disiplin dalam bekerja kalau tidak saya akan dipecat", kata Paijo yang menjelaskannya pada kanjeng ibu dan bu Ayu. 

"Tapi kan jo kita masih mau nambah", kata bu Ayu. 

"Gak bisa bu Ayu..", seru Paijo. 

"Keterlaluan si Joya ini", kata kanjeng ibu masih dengan kesal pada Paijo. 

"Beri saja pelajaran ibu", sambung Ayu. 

"Baik tapi nanti setelah ibu puas marahi dia", kata kanjeng ibu. 

"Oke bu..", seru Ayu. 

Di teras depan rumah Irfandi..

"Silahkan pak Irfandi, bu Irfandi..", kata Abdul Latif yang membukakan pintu mobil untuk Irfandi dan Titah. 

"Iya dul..", seru Irfandi dan Titah. 

"Loh pak, emmm pak Irfandi..", keluh Abdul Latif. 

"Ada apa dul ?", tanya Irfandi. 

"Pak Irfandi ini bagaimana, saya buka kan pintu mobil yang kanan bapak malah keluar sendiri lewat pintu mobil sebelah kiri, katanya harus disiplin, nanti saya lapor ke atasan atau bos saya loh pak..", jawab Abdul Latif. 

"Titah ku sayang", seru Irfandi. 

"Iya mas..", sambung Titah. 

"Sini, untuk kamu, Abdul Latif, terserah saya dong mau saya begini kek, begitu kek, itu semua urusan saya, oh ya satu lagi sekarang saya tanya bos kamu siapa ya dul ?", tanya Irfandi lagi. 

"Ya pak Irfandi dong..", jawab Abdul Latif lagi. 

"Salakatur, yuk Titah ku sayang kita masuk ke dalam rumah", kata Irfandi lagi. 

"Yuk mas..", seru Titah. 

Di ruang makan lagi..

"Ingat ya Joya sekali lagi saya belum selesai makan siang kamu ambil makannya saya pecat kamu", kata kanjeng ibu yang masih kesal pada Paijo. 

"Eh tunggu kanjeng ibu, gak bisa gitu dong, kanjeng ibu gak ada haknya untuk memecat saya", kata Paijo. 

"Loh kok gitu, aturan darimana ?", tanya kanjeng ibu. 

"Iya dong kan kanjeng ibu bukan yang menggaji saya, jadi kanjeng ibu tak bisa ikut andil untuk mengatur saya kan sudah jelas saya itu di gaji oleh tuan papi alias pak Irfandi, bukan kanjeng ibu", jawab Paijo yang menjelaskan pada kanjeng ibu. 

"Hmm..", keluh kanjeng ibu. 

"Assalamu'alaikum", Irfandi dan Titah memberikan salam pada kanjeng ibu. 

"Wa'alaikumussalam", kanjeng ibu menjawab salam dari Irfandi dan Titah. 

"Eh Fandi sini kamu, urus nih anak buah mu yang benar masa saya di bilang tidak berhak untuk mengatur dia sekaligus memecatnya", kata kanjeng ibu. 

"Emm.., kanjeng ibu", kata Irfandi. 

"Mas kok dari tadi cuma em, em doang sih..", sambung Titah. 

"Kenapa pak Irfandi gak berani ngomongnya kalau yang lebih berhak atas saya dan para abdi dalem yang lain adalah pak Irfandi ?", tanya Paijo. 

"Emm..", seru Irfandi. 

"Mas..", sambung Titah. 

"Oke, kalau begitu tuan papi alias pak Irfandi yang terhormat saya akan memasukan anda ke daftar SSTM dan GGTSI", kata Paijo. 

"Tunggu jo, itu artinya apa ya jo ?", tanya Irfandi. 

"SSTM artinya Suami Suami Takut Mertua dan GGTSI artinya Ganteng Ganteng Takut Sama Istri, hmm..", jawab Paijo. 

"Urus tuh..", pinta kanjeng ibu. 

Setelah aku bekerja dengan mbak Nadia, saya di kembalikan oleh mbak Nadia karena baru dua hari saya bekerja dengannya sudah dimintai tolong oleh keluarga pak Irfandi alias tuan papi, kini aku bekerja kembali menjadi pengasuh anak sekaligus asisten rumah tangga begitu juga dengan Abdul Latif, dia di terima kembali oleh pak Irfandi alias tuan papi untuk bekerja sebagai supir pribadinya kembali. 

Selain saya bekerja di rumah atau keluarga pak Irfandi alias tuan papi, ternyata ada yang kangen dengan bubur ayam buatan saya yaitu kanjeng ibu, beliau ternyata sedang sakit, setelah ku buatkan bubur ayamnya dan ku suapin juga keadaan kanjeng ibu yang membuat tuan mami khawatir sudah membaik. 

Di kamar kanjeng ibu dan kanjeng romo..

"Tuh jo lihat kan keadaan ibu mertua saya alias kanjeng ibu bagaimana, saya juga gak tega melihat istri saya khawatir dengan keadaan ibu mertua saya", kata Irfandi. 

"Ya sudah tuan papi saya bantu", sambung Paijo. 

"Benar jo ?", tanya Irfandi. 

"Iya tuan papi..", jawab Paijo. 

"Terimakasih ya jo", kata Irfandi. 

"Iya, assalamu'alaikum", sambung Paijo dan Paijo memberikan salam pada kanjeng ibu. 

"Wa'alaikumussalam", kanjeng ibu menjawab salam dari Paijo. 

"Jo.. ya..", seru kanjeng ibu. 

"Iya saya kanjeng ibu", kata Paijo. 

"Jo..", seru kanjeng ibu. 

"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo. 

"Aku kangen bubur ayamnya Joya, buatkan ya jo..", pinta kanjeng ibu. 

"Oh iya saya buatkan tapi ada syaratnya", kata Paijo. 

"Apa itu jo ?", tanya kanjeng ibu. 

"Syaratnya saya mau di temani oleh tuan mami masaknya", jawab Paijo. 

"Loh kok saya", keluh Titah. 

"Gimana mau gak atau boleh gak ?, kalau gak boleh atau gak mau ya sudah..", tanya Paijo. 

"Tah, nduk..", seru kanjeng ibu. 

"Iya deh saya temani", jawab Titah. 

"Oke.., yuk.. eh.. tuan papi ngapain ?", tanya Paijo lagi. 

"Ya saya mau jagain istri sayalah jo..", jawab Irfandi. 

"Kalau sama tuan papi saya gak mau", kata Paijo. 

"Fandi..", seru kanjeng ibu. 

"Iya kanjeng ibu, eh jo jangan di apa-apain ya tapi istri saya ini", kata Irfandi. 

"Tenang saja tuan papi saya akan jaga tuan mami seperti saya menjaga diri saya sendiri", kata Paijo. 

"Ya sudah cepet", keluh kanjeng ibu. 

"Oke kanjeng ibu, yuk tuan mami", kata Paijo. 

Di dapur..

"Loh eh, lik jo", kata Asih. 

"Iya Asih.., kamu bisa gak tinggalin saya dan tuan mami berdua saja di dapur untuk masak bubur ayam", pinta Paijo. 

"Kok gitu sih lik, oh Asih tau takut di contek ya sama Asih cara membuat bubur ayam terenak itu seperti apa ?", tanya Asih. 

"Caem, alias cakep alias pintar.., ya sudah gih sana", pinta Paijo lagi. 

30 menit kemudian..

Masih di dapur..

"Tara, bubur ayam buatan Joya sudah siap", kata Paijo. 

"Ya sudah yuk jo, kita ke kamar kanjeng ibu", sambung Titah. 

"Tunggu dong tuan mami jangan terburu-buru gitu", kata Paijo lagi. 

"Dahası, jo.., annenin istediği tavuklu yulaf lapasını yapmak için mutfakta otuz dakika sana eşlik ettim, peki şimdi ne olacak ?" 

(Apa lagi sih jo.., saya sudah menemani kamu selama tiga puluh menit di dapur untuk membuat bubur ayam yang kanjeng ibu minta, lalu sekarang apa lagi?, yuk buruan ke kamar kanjeng ibu), tanya Titah menggunakan bahasa Turki. 

"Maaf tuan mami saya kurang paham", kata Paijo. 

"Hmm..", keluh Titah. 

"Saya tau pasti Imbecile kan ?, Emm tuan mami..", tanya Paijo. 

"Bukan, apa lagi ?", tanya Titah lagi. 

"Icipin dulu buburnya tuan mami bagaimana rasanya asin apa enggak ?", tanya Paijo. 

"Oh gitu bilang dong", jawab Titah. 

"Mana sini", pinta Titah. 

"Ini tuan mami", Paijo memberikan bubur pada Titah untuk di cicipi. 

"Emm, jo..", seru Titah. 

"Gimana ?", tanya Paijo. 

"Jo jure que c'est vraiment bon, il est approprié que ma mère aime que votre bouillie de poulet soit très bonne" 

(Jo sumpah ini enak banget, pantas ibu saya suka sama bubur ayam buatan kamu ternyata enak banget), jawab Titah menggunakan bahasa Prancis. 

"Itu apa artinya tuan mami ?", tanya Paijo lagi. 

"Enak banget jo..", jawab Titah lagi. 

"Oh ya jelas Joya.., emm jadi ke kamar kanjeng ibu gak tuan mami ?", tanya Paijo lagi. 

"Jadi, tapi jangan cuma satu bawa ke kamar kanjeng ibu ya banyak sekalian, disitu ada suami saya, kakak ipar saya Anak-anak saya, adik saya, dan kanjeng romo juga", jawab Titah lagi. 

"Oh oke siap tuan mami", seru Paijo. 

"Man bawain ya", pinta Titah. 

"Siap bu Irfandi", Aiman melaksanakan perintah dari Titah. 

Di kamar kanjeng ibu & kanjeng romo lagi..

"Fandi..", seru Arfan. 

"Apa fan ?", tanya Irfandi. 

"Kamu ngapain sih mondar-mandir ?", tanya Arfan juga. 

"Tau kaya setrikaan saja kamu ini", keluh kanjeng romo. 

"Bukan begitu fan, kanjeng romo..", kata Irfandi. 

"Terus apa ?", tanya Arfan lagi. 

"لقد كان ما يقرب من ثلاثين دقيقة زوجتي وخادمي لم يعودوا أيضا" 

(Sudah hampir tiga puluh menit istri ku dan Paijo belum kembali juga), jawab Irfandi menggunakan bahasa Arab. 

"أوه هذه هي المشكلة ، كن صبوراً بعد فوات الأوان" 

(Oh jadi itu masalahnya, sabar nanti juga kembali), kata Arfan yang menggunakan bahasa Arab juga. 

"assalamu'alaikum", Titah, Paijo, dan Ainan memberikan salam pada semua yang ada di kamar kanjeng romo dan kanjeng ibu. 

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di kamar kanjeng romo dan kanjeng ibu menjawab salam dari Titah, Paijo, dan Aiman. 

"There it is, fandi, your wife" 

(Nah itu dia, Fandi, istri mu), kata Arfan menggunakan bahasa Inggris. 

"Yes, my wife loves you where have you been in the kitchen for so long" 

(Iya, istri ku sayang kamu darimana saja mengapa di dapur lama sekali), sambung Irfandi menggunakan bahasa Inggris. 

"I'm sorry my dear husband that I'm late again"

(Maafkan saya suami ku sayang kalau saya telat kembali), kata Titah yang menggunakan bahasa Inggris juga. 

"Nih kanjeng ibu bubur ayam buatan saya", kata Paijo memberikan bubur ayam buatannya pada kanjeng ibu. 

"Kalian harus coba karena bubur ayam buatan Paijo enak banget..", kata Titah lagi. 

"Jo..", seru kanjeng ibu. 

"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo. 

"Suapin..", pinta kanjeng ibu dengan manja. 

"Loh kan ada kanjeng romo, kanjeng ibu..", kata Irfandi. 

"Gak mau pokoknya Joya yang suapin", kata kanjeng ibu. 

"Gimana kanjeng romo, boleh ?", tanya Paijo. 

"Boleh jo, suapin saja..", jawab kanjeng romo. 

"Benar kanjeng romo ?", tanya Paijo lagi. 

"Iya jo..", jawab kanjeng romo lagi. 

"Duh saya jadi gak enak nih, ya sudah saya suapin kanjeng ibu", kata Paijo. 

keesokan harinya.. 

Di dapur.. 

"Akhirnya mulai kerja lagi di sini di rumah yang lama seperti rumah sendiri punya majikan yang baiknya luar biasa seperti keluarga sendiri, beres-beres dulu ah..", kata Paijo. 

"Jo.. ya..", seru kanjeng ibu. 

"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo. 

"Kamu hari ini antarkan saya ya", pinta kanjeng ibu. 

"Kemana kanjeng ibu ?", tanya Paijo. 

"Ke pasar, karena aku hari ini kangen bubur buatannya Joya lagi", jawab kanjeng ibu. 

"Oke, siap kanjeng ibu", Paijo melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.