1 Chapter 1 - Sebuah Tragedi

"Saya tidak mau tahu, kemeja ini harus kembali seperti semula. Ini kemeja mahal, hadiah ulang tahun dari almarhum kakekku dari Prancis. Kamu tahu berapa harganya?! Lima juta lebih, gajimu sebagai Petugas Loundry selama satu bulan tidak akan cukup untuk menggantinya!"

Seorang pria tampan dengan bibir tipis, kulit putih,hidung mancung dan mata yang teduh namun tatapannya seperti elang tengah memarahi seorang Petugas Loundry karena kemeja mahalnya terkena lunturan sesuatu hingga warnanya yang putih bersih berubah menjadi sedikit kebiruan.

"Saya akan ganti rugi, mohon maafkan keteledoran saya, secepatnya saya usahakan," Perempuan itu memelas untuk mendapatkan kemurahan hari pria yang tengah memarahinya.

"Tuan Vian, Nyonya Besar meminta Anda segera kembali ke rumah," Seorang pengawal laki-laki meminta pria yang ternyata bernama Vian itu untuk segera pulang ke rumahnya.

"Tunggu di mobil. Lima menit lagi aku menyusul," Ujarnya tegas.

"Baik, Tuan." Pengawal itu segera undur diri, meninggalkan Vian yang masih ingin melanjutkan amarahnya yang tertunda.

"Saya beri waktu kamu satu minggu. Saya tidak mau tahu, Kamu harus mendapatkan Kemeja yang sama persis seperti ini. Kalau sampai satu minggu Kamu belum mendapatkan kemeja itu, Kamu harus menggantinya dengan uang, sepuluh kali lipat!" Vian tidak menunggu respon dari Si Petugas Loundry, ia berbalik dan pergi begitu saja.

"Kenapa,Put? Ada apa?" Salah satu teman Si Pekerja Loundry yang ternyata bernama Putri itu penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

"Lihat ini, kemeja mahal punya cowok tadi kena lunturan apa ini sampai ada warna biru yang nempel. Aku harus ganti. Mana harganya lima juta, duit darimana? Kalau sampai seminggu aku nggak bisa ganti, aku di denda sepuluh kali lipat," Keluh Putri, membuat temannya itu merasa iba.

"Dapat uang darimana satu minggu? Gaji kita sebulan juga nggak sampai segitu, lagipula ini kita baru kerja di minggu pertama. Aku punya tabungan kalau kamu mau pakai gapapa, tapi cuma ada dua jutaan," teman Putri itu berbaik hati akan meminjamkan uang simpanannya pada Putri.

Gadis itu tampak berpikir keras, ia juga bingung, bagaimana ia bisa mendapatkan uang lima juta dalam satu minggu, sementara ia hanya Petugas Loundry yang gajinya bahkan tidak sampai tiga juta dalam satu bulannya.

Tiga hari berlalu. Putri belum juga mendapatkan uang untuk mengganti kemeja Vian. Hanya kegelisahan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Bagaimana kalau sampai satu minggu ia tidak mendapatkan uang itu, ia harus membayar denda lima puluh juta.

"Hei, kamu...!" Sebuah suara tak asing terdengar memanggil seseorang. Putri secara otomatis menengok ke sumber suara. Ia benar, itu suara Vian. Bahkan, belum satu minggu lelaki itu sudah menagih kemejanya.

"Maaf, Kakak mencariku?" Putri tergopoh-gopoh mendatangi Vian. Ia tidak mau lelaki itu membuat keributan di tempat kerjanya. Tempat dimana ia mencari uang untuk kuliahnya yang baru ia dapatkan beberapa hari lalu.

"Siapa yang kau panggil Kakak? Panggil aku, Vian." Sahutnya ketus. Ia tampak tidak senang karena Putri memanggilnya dengan sebutan kakak.

Pria yang biasa menyebut dirinya dengan sebutan 'Saya' itu mrndadak merubah panggilannya sendiri menjadi 'Aku'. Hal ini sedikit ganjil bagi Putri tetapi ia berusaha mengabaikannya.

"Ba-baik Vian. Maaf, aku belum bisa mengembalikan kemejamu," Putri menunduk. Ia tahu, pria itu pasti akan mengomelinya lagi.

"Lupakan masalah kemeja. Ada hal yang lebih penting, aku bisa membuat hutangmu impas, tapi ada syarat yang harus Kau penuhi," Ujar Vian sambil tersenyum licik.

Ia tentu saja tidak mau rugi dalam hal ini, tetapi sebaliknya, Vian tidak suka merugikan orang lain. Ia ingin mengajukan sebuah kerjasama yang saling menguntungkan pada Putri.

"Apa syaratnya? Aku akan lakukan kalau aku bisa," Putri pasrah dan berdo'a, semoga persyaratannya mudah, sehingga ia mampu melakukannya. Uang lima juta itu, sangat sulit ia dapatkan apalagi dalam waktu yang terbatas. Jika ada jalan keluar lain, tentu saja Putri akan mengambilnya.

"Menikah denganku, dan pura-pura menjadi istriku selama satu tahun. Aku akan memberimu fasilitas hidup layak dan gaji per bulan Sepuluh juta rupiah.Dengan kata lain kita kawin kontrak. Bagaimana?"

Putri berpikir sejenak, sepertinya penawaran Vian menarik. Dengan gaji sepuluh juta, ia bisa mengirim uang untuk orangtuanya di kampung dan membiayai sekolah adik-adiknya. Dalam setahun, ia juga bisa hidup layak, dan paling penting, ia tidak perlu lagi pusing membayar tagihan uang kos.

Ia juga masih harus membiayai kuliahnya sendiri. Mungkin dengan kawin kontrak dengan Vian, ia akan mudah menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal satu semester.

"Baiklah, aku setuju untuk kawin kontrak denganmu. Tapi aku ingin minta syarat juga darimu, dan harus ada tanda tangan hitam di atas putih," Kali ini Putri berkata dengan tegas. Ia tidak tahu mendapat keberanian darimana untuk mengucapkan kalimat yang meluncur begitu saja dari bibirnya.

"Apa itu? Sebutkan saja. Asal kamu mau menikah denganku, aku pasti akan setuju." Jawaban Vian membuat putri lega. Setidaknya ia tidak akan takut, pernikahan kontrak itu bisa merugikan dirinya.

"Aku minta, jangan ada kontak fisik di antara kita. Sedikitpun. Termasuk cium, pegang tangan dan lain sebagainya," Pinta Putri dengan tegas. Ia tidak bisa mempertaruhkan harga dirinya untuk uang.

"Aku setuju, kecuali pegangan tangan. Aku harap kamu izinkan. Karena akan terasa aneh saat di lihat keluargaku nanti," Vian coba menawar kesepakatan di antara mereka.

"Ba-baiklah. Pegangan tangan boleh." Dengan berat hati Putri memperbolehkan Vian nanti memegang tangannya saat mereka sudah menikah.

"Bagus. Aku akan segera membuat perjanjian kontraknya. Dalam tiga hari ke depan, aku akan menjemputmu, pengawalku akan mempersiapkan semuanya. Mengirim gaun pengantin dan segala.macamnya, Aku pergi dulu. Jangan lupa hubungi kontakku, ini kartu namaku." Vian menyodorkan kartu namanya yang berwarna biru. Ia sangat senang karena menemukan calon istri yang bisa di nikahinya di depan nenek.

Tujuan dari pernikahannya adalah untuk mencairkan warisan peninggalan orangtuanya. Syarat utama dari pengalihan kekayaannya adalah Vian harus menikah dengan perempuan yang di setujui oleh neneknya. Jika ia menikah tanpa persetujuan nenek, ia tidak akan mendapatkan apapun.

Vian memang sudah memiliki pacar, bukan hanya satu, tetapi tidak ada satupun dari pacar-pacarnya itu yang memenuhi kriteria dari neneknya. Sementara, Vian tidak akan mungkin mengabaikan nenek yang sangat ia sayangi.

avataravatar
Next chapter