63 Mau Lanjut Lebih Dalam?

Beberapa menit kemudian. Khaibar pun sudah sampai di depan rumah. Tangannya menyodorkan selembar uang ratusan untuk membayar taksi. Pak supir tersenyum lalu mengembalikan uang kembalian kepada Khaibar, tapi Khaibar menolak dan itu membuat pak supir sangat senang.

"Benarkah, kembalian ini buat Bapak?" Khaibar mengangguk. "Terima kasih, Nak, semoga rezeki kamu berlimpah."

"Amin, Pak, sama-sama, Bapak hati-hati ya." Pak supir hanya tersenyum. Lalu mengemudikan taksi kembali setelah melihat Khaibar sudah keluar dari taksinya.

Langkah Khaibar dipercepat karena sudah tidak sabar untuk bertemu Kimberly. Kimberly yang ternyata ada di depan rumah dan duduk bersantai sendirian, sambil menyesap tehnya. Ia tak tahu kalau Khaibar sudah datang. Gara-gara sibuk dengan ponselnya dan berselfie saja.

Khaibar tersenyum, dia pun membunyikan kicauan dari bibirnya. Kicauan itu sangat persis dengan burung, entah dari mana Khaibar belajar. Hingga Kimberly yang tersentak dan terganggu oleh suara Khaibar, ia langsung mencari usul suara itu dan tertawa melihat suaminya yang sudah di belakangnya, memeluk lehernya dari belakang.

"Ehhh, apa kamu yang membunyikan kicauan tadi? Kenapa sama persis? Haha, ajarin aku dong," rengek Kimberly, tapi langsung keningnya disentil oleh Khaibar, jadinya bibir Kimberly pun dikerucutkan. Merasa kesal.

"Kamu merajuk? Haha bibirnya terlihat panjang 5 meter, jangan seperti itu, jelek tau? Kamu tau? Gak boleh cewek seperti itu, biar aku saja yang bisa, bukannya aku pelit, tapi malahan nanti kamu merayu cowok lagi, dengan suara kicauan, jadi tidak boleh, aku cemburu. Ini akan mengundang hasrat bagi yang mendengarnya haha." Alasan Khaibar itu berhasil mengaduk-aduk hati Kimberly. Kimberly lalu menoleh dan membalikkan kursinya, jadi mereka berdua sudah saling bertukar pandangan. Akibatnya ciuman pun berlangsung dengan sangat lama. Keduanya tertawa lalu menghentikan ciuman itu, dengan Kimberly yang sudah mengalungkan tangannya di leher Khaibar.

"Mau lanjut lebih dalam?" Kimberly menggeleng, dia sangat letih hari ini, jadi hanya mau bermanjaan dengan Khaibar saja. Kimberly menepuk tempat duduk yang ada di sampingnya, supaya Khaibar bisa duduk juga. Khaibar lalu duduk. Kimberly pun bangkit dan duduk di pangkuan Khaibar sekarang.

"Ohhh, jadi seperti ini? Sayangku mau manja-manja sekarang? Tapi jangan begini juga sih, bisa-bisa tongkat sakti akan bangkit, kamu ini!" kata Khaibar dengan menahan hasrat itu. Kimberly hanya terkikik geli, dia langsung bangkit dan duduk di samping Khaibar saja. Mereka akhirnya saling berbincang dengan saling berpandangan dan mengusap rambut bergantian.

"Kamu sudah pulang dari kantor?" Khaibar mengangguk. "Kenapa? Kok cepat sekali? Apa Papa berbuat yang tidak-tidak sama kamu? Apa Papa sangat keterlaluan? Mana yang sakit? Apa kamu dihajar Papa dan dipecat?" brondong pertanyaan dari Kimberly. Tangan Khaibar langsung ke arah bibir Kimberly dan membungkamnya. Ia sedari tadi ingin menjelaskan, tapi tiada kesempatan karena Kimberly nerocos saja tanpa jeda sedikit pun.

Kimberly menggeliatkan bibirnya, mencoba menggigit Khaibar, tapi tangan Khaibar belum saja tergigit. Khaibar langsung melepaskannya. "Mau menggigitku? Yeeek gak kena weeeek." Khaibar menjulurkan lidahnya menggoda Kimberly.

Kimberly yang manyun merengek karena tiada balasan dari Khaibar. "Jawab dong pertanyaanku ... ihhh kamu."

"Habisnya kamu pertanyaannya panjang bener sih, Kim, seperti kertas ujian saja, ya sudah aku akan balas semua, kamu dengarkan ya." Kimberly mengangguk. Khaibar menghembuskan nafasnya dengan lembut, lalu berceloteh kembali.

"Kata Papa semua sudah selesai, besok lagi dibutuhkan? Terus Papa enggak kenapa-kenapa dia baik kok, jadi enggak usah khawatir ya." Khaibar hanya bicara begitu saja, dia tak mau membuat Kimberly khawatir dan kepikiran, jadi tak bercerita secara detail. Biar Khaibar yang memendam rasa itu sendiri, semoga saja pikiran buruknya tentang mertuanya salah dan lambat laun Papa Kendrick akan menerimanya dengan tulus.

"Beneran hanya begitu? Kamu tak menutupi sesuatu dariku?" Kimberly memicingkan matanya, merasa tak puas dan tak percaya dengan jawaban Khaibar. Terlihat mata Khaibar sedikit gersang seperti menutupi suatu rahasia yang besar. Hingga Kimberly terus memaksa Khaibar dengan menggoyangkan badannya.

Khaibar hanya membisu, dia memutar kedua bola matanya. Mencari alasan terus dan terus. Akhirnya ia langsung mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang keseruan Kimberly di rumah.

"Kamu tadi ngapain saja di rumah, Kim incesku? Apa di rumah saja? Atau sibuk jalan-jalan?" Pertanyaan Khaibar itu membuat Kimberly terpancing dan langsung membalas Khaibar, dia seketika melupakan permasalahan Khaibar itu.

"Aku? Ya shopping dong, kamu tahu? Aku punya sesuatu buat kamu, ayo masuk ke kamar saja! Akan aku perlihatkan, kamu pasti suka," ajak Kimberly. Keduanya pun bangkit dari duduknya. Saling bergandengan tangan menuju ke kamar.

Tiba di kamar. Kimberly langsung menuju ke bingkisan yang ada di atas meja. Dan memberikannya kepada Khaibar.

"Buat aku?" Kimberly mengangguk. Khaibar yang tidak sabaran menerimanya dan membuka dengan cepat bingkisan itu, matanya berkaca-kaca melihat baju branded yang sebanyak itu. Khaibar hampir tak percaya. Tubuhnya langsung memeluk Kimberly dengan erat.

"Terima kasih, Kim, semua ini sangat mahal, aku gak tau harus membalasnya dengan apa, aku sangat mencintaimu," ucap Khaibar dengan tulus.

"Cihhh, mentang-mentang senang, jadi mengucap kata cinta, coba tidak pasti enggak mengucapkan, menyebalkan!" keluh Kimberly. Khaibar hanya tertawa saja. Kimberly tak membahas masalah tentang wanita dan anaknya yang menjengkelkan itu, karena menurut Kimberly sangat malas dan muak dengan kejadian tadi, bahkan dia ingin melupakannya saja, sehingga Khaibar tidak tau tentang itu semua.

***

Sedangkan Kendrick masih asyik di kantornya bersama orang-orang berwarga negara Amerika itu. Ia sesekali melirik ke arah Kendrian yang sedari tadi hanya memanyunkan bibirnya. Tapi Kendrick hanya menepuk bahunya, sangat gengsi untuk bertanya kenapa adiknya kenapa seperti itu, tapi dengan cepat Kendrian langsung menepis tangan Kendrick yang ada di pundaknya. Ia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja, tanpa mengucap apapun kepada Kendrick.

"Dia kenapa sih? Benar-benar aneh! Apa karena jabatan? Apa benar begitu? Astagaaa masaaak? Tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi, kinerja dia buruk, meskipun dia adikku tapi aku harus profesional dong, lebih baik Khaibar dari pada dia, nanti akan aku pikirkan apa yang cocok buat dia." Kendrick berkata sendiri dengan sangat lirih, hingga tak ada yang bisa mendengarnya.

Para klien yang sudah puas berbincang kepada Kendrick. Mereka pun menjabat tangan Kendrick dan berpamitan. Kendrick pun mengiyakannya. Akhirnya mereka pun pergi dan berniat pulang ke halamannya masing-masing.

Di perjalanan menuju ke ruangnya. Langkah kaki Kendrian dihentakkan dengan kasar. Ia sangat marah dan berjanji akan menghancurkan siapa pun yang menghalanginya. Tangannya terus mengepal. Mengumpat terus dan terus.

"Beraninya cecunguk itu menyingkirkan aku! Aku tidak akan membiarkannya, aku bersumpah akan menendangmu ke jalanan!"

Dia terus berjalan dan tersenyum saat mendengar sedikit pembicaraan dari para karyawan.

'Jadi? Khaibar adalah menantu Kakak? Pantas saja Kakak menempatkannya di posisi di sampingnya, tapi tetap saja aku sedarah dengan Kakak, aku yang sangat berhak jadi aku tidak akan terima semua ini, ini benar-benar permainan menarik! Aku suka! Aku akan menyelidikinya hingga ke akar, kenapa pernikahannya hanya sedikit orang yang mendengarnya.'

avataravatar
Next chapter