1 Cinta yang Palsu

"Dasar cowok brengsek!!" teriak seorang wanita berbaju merah dengan lantang. Dengan rasa kesal yang meluap-luap, dia pun menggebrak meja bar keras-keras. Seketika, perhatian pengunjung bar lainnya langsung tertuju pada wanita yang sudah muntab itu. Terlintas di pikiran mereka, kok bisa dia sampai marah menjadi-jadi?

Namun tidak semua pengunjung yang memandangnya keheranan. Justru, hampir semua laki-laki di bar itu memandangnya seperti serigala mengintai rusa. Bagaimana tidak? Baju merah wanita itu ketat dan menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah. Rambutnya yang sehitam langit malam terikat dengan rapi di atas kepalanya. Kulit kuning langsatnya pun membuat wajahnya yang cantik dan lehernya yang panjang semakin menggoda. Kecantikan yang eksotis.

Sky Lounge merupakan salah satu dari sekian banyak kelab malam di ibukota yang biasa dikunjungi oleh orang - orang dari Eropa. Kelab malam ini terletak di atap di sebuah pusat perbelanjaan ternama di tengah kota. Umumnya, Sky Lounge selalu ramai pengunjung pada hari Jumat dan akhir pekan. Namun setiap hari Rabu, Sky Lounge selalu mengadakan Ladies Night di mana wanita - wanita karir sepulang kerja dapat menikmati potongan separuh harga untuk seluruh minuman.

Lisa memang bukan pelanggan baru di Sky Lounge. Dia sudah biasa semalaman suntuk di salah satu kelab malam paling ramai di ibukota itu, terutama di saat Ladies Night. Apa lagi sejak hubungan asmaranya berakhir dengan kacau, beberapa waktu lalu. Ternyata mantan brengseknya hanya mencintai uang. Laki-laki macam apa yang tega menjalin hubungan dengan wanita hanya untuk menipunya?

Tepat dua hari yang lalu, mantan pacar Lisa, Aditya Satyadibrata menipu uang Lisa dengan jumlah yang tidak sedikit pula. Ratusan juta rupiah yang sudah lama Lisa kantongi selama ia bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi ternama itu langsung raib.

Selama ini ternyata kebaikan seorang Aditya hanyalah topeng untuk meraup untung. Sungguh, Aditya adalah pria licik selicik rubah. Untung saja Lisa segera memutuskan ikatan cinta palsu tersebut.

"Kita nanti akan menikah dan bulan madu di Bali sayang," ejek Lisa kepada bayang - bayang Aditya di dalam pikirannya. "Nanti modal yang sudah kamu tanam pasti kembali lagi, iya balik ke dompet lo maksudnya," dengusnya kesal.

Memang sial sekali nasib Lisa Soewandi. Jadi, untuk melupakan ingatan buruk itu, Lisa memesan dua botol soju ditemani satu sloki vodka. Mumpung diskon separuh harga pikirnya.

Ditemani alkohol yang menghangatkan badannya, mata Lisa pun mulai mengamati pengunjung Sky Lounge lainnya. Dia memang sering mengunjungi kelab-kelab malam tempat bergaul pria-pria Eropa. Begitu Lisa melihat pria Eropa, matanya langsung berbinar-binar! Baginya, pria Eropa elegan dan menawan, jauh beda dari pria lokal yang norak dan tidak berkelas.

Sesekali ia menyesap soju yang digenggamnya. "Hari ini yang datang bening - bening ya?" ucapnya dalam hati. Selain dipenuhi pria - pria tampan, Sky Lounge terkenal dengan prostitusi terselubungnya. Beberapa orang rela menghamburkan seluruh penghasilannya hanya untuk merasakan cinta satu malam. Mulai dari tante - tante kaya kesepian, hingga wanita lajang seperti Lisa.

Sudah bukan hal yang aneh bila ada pemandangan seorang pria Eropa sedang merayu tante - tante berduit. Anehnya, tante - tante itu selalu tertawa girang, walau jelas dia kurang paham apa yang dikatakan si pria Eropa. Lebih parah lagi, terkadang terlihat seorang pengunjung pria dan wanita sedang bercinta di ambang pintu toilet. Ketika nafsu mereka semakin menjadi, mereka akan melanjutkan urusan mereka di salah satu bilik toilet - sial saja siapapun yang harus buang air.

Lisa memutuskan untuk memesan satu botol soju yang ketiga, "Oi Dimas! Tambah satu lagi dong," tangannya yang ramping dan mulus melambai kepada salah satu bartender yang sudah lama ia kenal.

Dimas si bartender menyodorkan botol soju dengan tangkas di hadapan Lisa, "Silakan nona, hati - hati mabuk, nanti handphone dan dompet ketinggalan lagi."

"Heh, gue emang mau mabuk malam ini Dim!" ujar Lisa dengan kesal.

"Pokoknya kalo lo sampai mabuk lagi, gue nggak mau nganterin lo pulang," tukas si Bartender kesal. "Minta si Aditya sana!"

"Hih, ngga usah sebut - sebut namanya Dim!"

Lisa meneguk soju dengan cepat, "Dim, satu lagi dong!"

"Gila lo Lis! Sudah habis tiga botol, lo masih mau lagi?"

"Heh, gue mau mabuk atau nggak itu bukan urusanmu!" Celetuk Lisa dengan suara melengking.

"Ya tapi jangan sampai berlebihan juga, Lisa!" Balas Dimas yang kesabarannya mulai habis. "Kalau sampai ada apa-apa, memang siapa yang bakal nganter lo pulang? Polisi?"

Namun Lisa nampaknya tidak menghiraukan kata-kata penuh kekhawatiran dari Dimas. Alkohol yang sudah dia teguk telah mengacaukan pikirannya. Walaupun Lisa masih bisa berdiri dan bahkan berdansa, omongannya sudah mulai kacau.

Tiba - tiba Lisa beranjak dari kursinya, "Aditya cowok bangsat! Beraninya lo pacaran sama gue cuma demi isi dompet gue??? Dasar cowok nggak punya harga diri!! Awas saja lo!!!" Semakin lama dia berada di Sky Lounge, semakin acak-acakan isi otaknya.

"Lis," sela Dimas mulai khawatir, "Sebaiknya lo pulang aja deh sekarang, kelakuanmu sudah semakin nggak karuan." Desaknya.

Bukannya menyadari kalau Dimas peduli padanya, Lisa justru semakin marah! "Berani-beraninya lo nyuruh gue pulang! Memangnya lo siapa, hah!? Apa hak lo ngatur - ngatur hidup gue!?" hardik Lisa sembari menggebrak meja.

Walau maksud Dimas baik, akal sehat Lisa semakin ditenggelamkan oleh arus soju dan vodka yang mengalir deras. Sepertinya akal sehatnya tidak akan kembali sebelum dia sudah merasa tuntas meluapkan frustasinya.

Lisa pun mengacungkan jari telunjuknya sembari tersenyum lebar. "Dimaaas! Tambah soju satu lagi!"

avataravatar
Next chapter